Descargar la aplicación
10.05% Echoes Of Love|GAoW1| / Chapter 35: Echoes Of Love|GAoW1| [35]

Capítulo 35: Echoes Of Love|GAoW1| [35]

Cuaca akhir-akhir ini kurang bagus ya?

Karena cuaca nya ga menentu akhirnya aku drop :(

Siapa yang kangen mereka berdua?

Angkat tangan kalian!

Ada yang bisa nebak apa yang bakal terjadi selanjutnya?🤭

Seperti biasa jangan lupa vote,dukung,share terus cerita ini biar aku makin semangat update.

Happy reading!

_________

Sinar matahari sudah menyeruak masuk kedalam kamar melalui jendela kaca besar yang menghadap langsung ke menara Eiffel yang merupakan ikon terkenal kota Paris. Seorang wanita yang terlelap diatas ranjang empuk dan luas perlahan membuka kedua matanya yang jernih dan indah.

Pemandangan ruangan asing namun mewah menyambut penglihatan pertama nya. Dia mengejapkan matanya beberapa kali sambil kembali mengingat apa yang terjadi. Beberapa saat kemudian dia baru menyadari kalau dia sekarang berada di Paris karena Aiden membawanya ikut.

Lova melangkahkan kakinya menuju jendela besar yang menampilkan pemandangan luar bisa indah. Kedua matanya sibuk mengamati keindahan menara Eiffel dengan kagum. Tak terbayangkan oleh dirinya kalau ia akan meihat menara terkenal ini secara dekat. Memang dulu dia sudah pernah membuat rencana untuk mengelilingi dunia ini suatu hari nanti dan tujuan pertama nya adalah the city of love, Paris.

Tapi siapa yang menyangka bahwa awal perjalanan impian nya harus ia lakukan dengan pria yang berpura-pura menjadi suaminya alias boss nya. Tak pernah sekalipun terbayangkan olehnya. Rahasia takdir Tuhan sungguh luar bisa.

"Kamu sudah bangun ternyata."

Lova menolehkan wajahnya kearah seorang pria yang terlihat santai dengan kaos putih polos dengan celana pendek longgar berwarna hitam. Rambutnya terlihat sedikit basah dan berantakan. Mungkin dia baru saja selesai mandi tadi. Kedua tangan nya yang kekar dan berotot memegang laptop yang masih terbuka layarnya. Dan jangan lupakan kacamata yang bertengger di hidung nya yang mancung dan bibir tipis sexy miliknya yang melengkung ke atas. Oh tidak. Jangan senyum itu lagi. Batin Lova.

'Kenapa dia harus selalu tampan sih?.' Rutuk Lova dalam hati.

Lova tidak pernah menyangkal kenyataan itu. Faktanya memang seperti itu dan kalau kalian tidak percaya silahkan buktikan sendiri. Dari sisi mana saja dan dalam keadaan apapun, Aiden tetap lah tampan dan mempesona. Memang tak perlu diragukan lagi bahwa semua yang laki-laki itu dapatkan berkat gen orang tua nya yang luar biasa. Terima kasih untuk mereka yang membuat Aiden ada di dunia ini.

"Terpesona lagi nona?." Tanya Aiden sambil terkekeh.

Lova menggelengkan kepalanya berusaha menyadarkan dirinya dari khayalan yang sudah menjalar kemana-mana. Sadarlah Lova!. Kau tidak boleh terpesona padanya!. Ingat itu!.

"Bagaimana perasaan mu saat tau kau sekarang ada di Paris denganku?." Tanya Aiden yang telah duduk bersandar pada sandaran kasur dengan laptop di pangkuannya.

"Tak bisa aku jelaskan menggunakan kata-kata."

"Kau mau menjelaskan pakai tubuhmu? Aku sih tidak masalah."

Lova langsung menatap Aiden dengan tatapan kesal dan laki-laki itu hanya tertawa geli. Lova menatap Aiden yang tertawa dengan tatapan terkesima. Melihat Aiden tertawa seperti melihat sesuatu hal yang indah yang ingin kau lihat dalam waktu yang lama. Tanpa sadar Lova juga ikut tertawa dalam suasana hangat yang Aiden ciptakan. Tubuh nya lagi-lagi berkhianat. Mengabaikan semua perintah otaknya dan kemauan ego nya yang tinggi. Tubuhnya saat ini hanya mendengarkan kata hatinya saja.

Aiden menatap Lova yang sedang tersenyum secerah cahaya matahari yang menyinarinya melalui jendela besar dibelakangnya. Pemandangan menara Eiffel yang indah dibelakangnya tak mampu menyeimbangi pesona yang Lova pancarkan. Pancaran matanya yang cerah berkilau tetap bersinar walau sinar matahari yang berada di belakangnya berusaha menghalangi. Rambut hitam kecoklatan miliknya bergerak kesana kemari mengikuti pergerakan tubuh pemiliknya. Cantik sekali.

Entah kenapa Aiden merasa bahwa wanita yang bernama Lova ini membawa sesuatu yang selalu.. Ia rindukan. Sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Bisa dikatakan sesuatu itu hanya ia rasakan saat bersama cinta pertamanya.

Walaupun pada kenyataan nya mereka adalah dua orang yang berbeda. Tapi setiap detik yang aku lalui dan setiap hari yang aku jalani tanpamu. Tak pernah bisa mengubah sedikitpun rasa cinta dan rasa rinduku padamu. Kehadiranmu tetap aku rasakan sampai saat ini dan perasaan ini akan tetap sama sampai aku menutup mata. Tapi bolehkah aku menikmati perasaan hangat ini sejenak walau bukan denganmu, Rose?.

"Apa kau pernah ke Paris sebelumnya?." Tanya Aiden asal.

"Belum pernah. Aku tak punya waktu dan uang untuk berpergian ke luar negeri." Jawab Lova sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Lalu kenapa kau punya pasport?."

"Itu hanya untuk berjaga-jaga saja." Jawab Lova dengan raut muka sedih namun dia mencoba tetap tersenyum.

"Berjaga-jaga?." Tanya Aiden penasaran.

"Aku hanya menyiapkan sesuatu yang mungkin aku butuhkan suatu hari nanti seperti sekarang kan. Kamu tiba-tiba membawaku ke luar negeri."

Aiden hanya terdiam sambil menatap Lova yang perlahan memutar tubuhnya kembali menghadap jendela. Lova kembali menatap suasana yang berada di balik jendela besar yang ada dihadapannya dengan tatapan sendu. Tidak mungkin kan kalau dia bilang kalau pasport itu untuk dia melarikan diri dari keluarga ayah nya yang terus menyiksa nya?. Disamping impian indah nya ada alasan lain yang menjadi alasan kuat dia ingin kabur. Alasan itu adalah paman dan bibinya yang tak pernah bersikap baik padanya.

Semenjak kecil Lova sudah terbiasa menerima perlakuan buruk dari keluarga ayah nya. Mereka mengatakan bahwa darah pelacur mengalir deras di dalam tubuh nya. Mau sejuta kali Lova menyangkal semua tuduhan tentang ibu nya, mereka tetap mengatakan hal buruk itu sejuta kali juga.

Selain itu dia juga tau kalau rumah keluarga nya masih ada dan tidak disita. Dia juga tau kalau harta orang tua nya masih ada. Dia juga tau kalau kedua orangtua nya meninggalkan warisan mereka untuk nya. Tapi saat itu dia terlalu polos untuk mengetahui semuanya. Apasih yang bisa dilakukan anak berumur 10 tahun yang sedang dilanda duka dan kesedihan selain menangis?.

Tapi tidak apa-apa. Berkat mereka Lova jadi tau apa itu kehidupan sesungguhnya, apa itu kemandirian dan kekuatan, apa itu kedewasaan pemikiran dan sikap. Dan berkat mereka juga Lova tumbuh menjadi anak yang lebih kuat dan tangguh. Lova tidak melupakan semua perlakuan buruk mereka padanya tapi menjadikan semua itu menjadi hal positif untuk dirinya.

Tapi suatu saat dia akan mengembalikan semua yang seharusnya menjadi miliknya agar orang tua nya tidak merasa sedih diatas sana. Terutama ibu nya. Dia bertahan dan kuat karena ibu nya.

"Sebentar lagi aku akan meeting tapi sebelum itu kita makan siang terlebih dahulu." Ucap Aiden yang sudah menutup laptop nya dan melepaskan kaca mata miliknya sebelum memasuki kamar mandi.

"Baiklah."

Lova bergegas menuju walk in closet lalu menggeser pintu lemari kaca besar untuk memilih setelan jas berwarna Charcoal grey, kemeja berwarna putih garis-garis serta dasi berwarna merah gelap dengan motif kotak-kotak kecil. Setelah itu Lova menuju kearah meja yang berada di tengah walk in closet. Memilih jam tangan,ikat pinggang dan penjepit dasi yang cocok untuk setelan jas yang telah ia pilihkan tadi. Setelah semua ia letakkan diatas tempat tidur. Tugas terakhir nya adalah mengambil salah satu sepatu kulit yang berjejer rapi di dalam lemari.

Barang-barang milik pria itu memang luar bisa berkelas. Dari kasat mata saja sudah terlihat bahwa barang-barang miliknya bermerek dan mahal. Rasanya semua barang itu terasa pas dengan kemewahan kamar hotel yang mereka tempati sekarang. Semuanya terasa seperti mereka berada di rumah daripada di hotel. Lova melihat keseliling kamar dan baru menyadari kalau kamar mereka memang persis seperti kamar mereka yang ada di mansion Aiden. Kenapa aku baru menyadari nya sekarang? Dasar bodoh!.

Pintu kamar mandi terbuka lebar dengan hawa panas yang menguar dari dalamnya. Aiden keluar dengan handuk yang hanya melilit bagian intim nya saja. Perut kekar dan berotot terlihat dengan sangat jelas oleh Lova. Tanpa berkedip ataupun mengalihkan pandangan nya. Lova terus melihat melihat Aiden dengan tatapan terpesona. Cobaan apalagi ini ya Tuhan?!. Batin Lova.

"Kau tidak mau mandi? Atau mau aku mandikan?." Tanya Aiden heran.

"Aku mau mandi sendiri!." Ucap Lova panik sambil berlari melewati Aiden yang tertawa terbahak-bahak di depan pintu kamar mandi.

__________

To be continuous


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C35
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión