Descargar la aplicación
10% Sepenggal Kisah Gama ( END ) / Chapter 1: Gama Side 1
Sepenggal Kisah Gama (  END ) Sepenggal Kisah Gama (  END ) original

Sepenggal Kisah Gama ( END )

Autor: Ncheet_Nca

© WebNovel

Capítulo 1: Gama Side 1

Hola..

Salam kenal buat yang belum kenal ya😂..

Bagi yang udah kenal dan udah mengikuti ceritaku sebelumnya.. Apa kabar??? ( ceileh.. Lebay bet dah.. 😂😂😂😂😂)

Ini cerita ketiga yang aku upload di aplikasi ini..

Mudah2an sesuai ekspektasi kalian ya untuk bag pertama..

Langsung aja atuh dinikmati

Happy Reading😘

##############

Aku duduk termenung di salah satu restoran mall di ibukota yang aku datangi ini setelah pertemuan dengan rekan bisnisku.

Pikiran ku melayang pada seorang gadis yang saat ini menyandang status sebagai seorang istri dari pria lain.

Ya.. Aku adalah pria yang gagal move on setelah ditinggalkan oleh mantan kekasihku menikah.

Kinanti..

Wanita yang bersarang di hatiku selama hampir 6tahun ini.

Wanita yang tidak bisa tergantikan oleh siapapun.

Andai saja aku tidak melakukan kesalahan besar dimasa lalu, mungkin saat ini akulah yang menjadi suaminya.

Bukan si pria gila yang beberapa kali membuat wajahku hancur karena keposesifannya itu.

Tapi aku akui, pria itu jauh lebih baik dari pada diriku yang hanya seorang pengecut dan pria dengan masa lalu kotor.

Mabuk-mabukan dan free sex sudah menjadi keseharianku menjalani hidup semasa remaja.

Puncaknya sampai dimana aku melukai Kinanti begitu dalam lima tahun yang lalu yang membuat dia dan diriku merasakan trauma.

Setelah aku menyakiti Kinanti, aku tidak bisa berhubungan dengan wanita lain lagi karena bayangan masa lalu karena perbuatan bejatku terhadap Kinan.

Free sex sudah bukan menjadi kebiasaanku lagi setelah lima tahun lalu aku pindah ke Singapura untuk menghilang dari hadapan Kinan sesuai perintah wanita manis itu.

Kinan.. Mengapa sangat sulit menghilangkan bayanganmu??

Aku ingat kata-kata tulusnya ketika aku datang ke pesta pernikahannya yang mengharapkan kebahagiaan untukku.

Kebahagiaan?

Pantaskah aku bahagia??

Ya Allah, bisakah aku bahagia seperti yang diinginkan Kinan?

Arrghh.. Sudahlah.. Mengapa aku selalu jadi mellow begini jika selalu teringat Kinan.

Lebih baik aku pergi dan menyibukkan diri dengan pekerjaanku.

Aku beranjak dari dudukku dan menuju kearah kasir untuk membayar pesananku.

Setelah sampai di meja kasir, aku mengeluarkan kartu debitku untuk pembayaran.

Aku melihat sang kasir beberapa kali mencuri pandang kearahku.

Aku sudah terbiasa dengan ini.

Kata orang wajahku tampan dan mampu membuat wanita bertekuk lutut.

Tapi mengapa tidak berlaku pada Kinan??

Shit!!

Mengapa aku kembali memikirkannya??

Hentikan Gama, dia sudah menjadi milik orang lain.

Poor you Gama.

Usia 23th masih betah menjomlo karena Gagal Move On.. Sial!!

Aku melangkah keluar area restoran menuju eskalator turun setelah selesai proses pembayaran.

Dukk..

"aduh.."

Tiba-tiba ada seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang tingginya selututku menabrakkan dirinya padaku dan terjatuh.

Akupun berjongkok untuk membangunkannya.

"hey.. Kamu gak papa?" tanya ku lembut setelah berhasil membuatnya berdiri kembali.

Deg..

Wajah ini..

Anak kecil itu menatapku dengan tatapan yang lucu dan imut khas tatapan anak kecil.

"kenapa kamu lari-larian, sayang.."

"atu.. Lagi numpet dali mama.." ucap anak kecil itu polos yang entah mengapa membuatku tertawa karena gaya bahasanya yang lucu.

"kok pakai ngumpet segala?" tanyaku setelah meredakan tawa.

"abisan mamanya ngecelin.. Gala tan mau main di temjone eh tata mama becok aja. Padalan Atu tan maunya main cetalang.." ucap anak laki-laki itu sambil bersedekap dengan memanyunkan bibirnya lucu yang membuatku semakin melebarkan senyum.

"kamu nggak boleh seperti itu, mungkin mama kamu lagi ada urusan jadinya gak bisa main sekarang"

"beditu ya?"

"iya.. Emang biasanya mama kamu gak bolehin kamu main ke time zone?" tanyaku penasaran.

Eh??

Kenapa aku jadi penasaran??

"eng.. eng.. enggak cih.. Biacanya mama celalu itutin maunya Gala.. Munkin benel tata om ya.. Mama ladi ada ulucan.." ucapnya lucu sambil mengerutkan alisnya dan jangan lupakan jari telunjuknya yang berada di dahi yang menandakan Ia sedang memikirkan apa yang aku katakan.

Ya ampun..

Lucu sekali anak ini!!

Bolehkah aku bawa pulang?

What?? Apa yang aku fikirkan?

Yang ada nanti orang tua anak ini melaporkanku pada pihak yang berwajib karena tuduhan penculikan.

"oia, nama kamu Gala ya?" tanyaku memastikan karena beberapa kali anak ini memanggil namanya sendiri.

"eh?? tok Gala ci om?? Nama atu tuh Galla.."

"oh.. Galla.."

"butan-butan om.. Gallrrla.."

Aku mengernyit bingung karena anak kecil ini seperti kesulitan menyebut namanya sendiri.

"oh oke.. Gallrrla?"

"iiih.. Om tok ngecelinn ciiihh tayak mama... Butan itu.. Tapi.."

"GARA!!!! ANGGARA!!! KAMU DIMANA NAK???"

Tiba-tiba aku mendengar suara wanita berteriak memanggil seseorang.

"nah.. Itu om nama atu!!" ucap anak laki-laki ini menunjuk ke udara.

aku menatap anak laki-laki ini.

Jadi namanya Gara.

Wait.. Berarti suara wanita yang berteriak itu pasti suaranya mama dari anak ini.

"ehm.. Gara.. Itu sepertinya mama kamu ya?"

Aku menunjuk wanita yang membelakangiku yang seperti panik dan masih berteriak memanggil nama Gara.

"ssstt.. Om.. Atu cembunyi dibelatang om ya.."

Tanpa aba-aba Gara menyembunyikan dirinya dibalik bahuku yang masih berjongkok.

Tiba-tiba wanita yang membelakangiku membalikkan badannya dan..

Deg..

Desi?? Adik kelasku semasa SMA kah?

Aku melihatnya terkejut dan menegang melihatku.

Berarti benar dia Desi yang itu.

Aku melihat penampilannya.

Apa-apaan dia?

Dress ketat diatas lutut yang berwarna merah menyala yang kontras dengan kulit putihnya dengan potongan dada rendah yang menunjukkan separuh payudaranya.

Jangan lupakan high heels dengan warna senada.

Rambut coklat gelombang panjangnya di gerai menambah kesan seksi.

Dan.. dandanan wajahnya yang menurutku berlebihan.

Benarkah dia Desi yang itu?

Desi yang polos dengan kepangan rambut semasa SMA?

Aku berdiri karena sepertinya bagian bawah tubuhku seketika menegang melihat penampilannya dan sumpah ini sangat menyiksaku.

Wanita itu berbalik dan hendak pergi dari hadapanku dan seolah-olah tak mengenalku.

Memangnya dia fikir aku tidak tahu siapa dirinya?

"Desi.."

Aku melihatnya menegang ketika aku memanggil namanya dan selanjutnya membalikkan badannya dan memaksakan senyumnya ke arahku.

"oh.. Hai.. Kak" sapanya kaku.

"apa kabar?" tanyaku basa basi dan entah mengapa, celana bagian bawahku terasa semakin mengetat karena melihat pemandangan di depanku ini.

Aku fikir bagian tubuhku yang itu sudah tidak bisa On kembali setelah kejadian lima tahun yang lalu.

Tapi mengapa dengan hanya melihat Desi, dia memberontak??

Sial!!

Mengapa Desi jadi seseksi ini??

"baik kak.. Oh iya kak maaf Desi ada urusan dan harus pergi. Permisi Kak Gama"

Ketika Desi ingin berbalik, dia menghentikan gerakannya dan setelahnya menuju kearahku, tepatnya kearah belakangku.

"oh.. Ternyata disini kamu?" tanya Desi berkacak pinggang pada anak kecil yang bersembunyi di belakangku ini.

Gara.

Hampir saja aku lupa padanya.

Aku melihat Gara nyengir tanpa dosa pada Desi.

"dia adik kamu Des?" tanyaku.

Kulihat Desi menegang karena pertanyaanku.

"dia.."

"mama.." ucap Gara sambil memeluk kaki jenjang Desi.

Deg..

Gara memanggil Desi mama?

Tidak mungkin!!

Usia Desi sekarang baru 21th kan?

Tidak mungkin dia punya anak usia yang aku rasa sekitar 4 atau 5 tahunan.

Apa dia menikah ketika SMA?

Atau..

Atau..

Gara..

Aku memperhatikan wajah Gara dengan seksama.

Mata, hidung serta bibirnya.

Dia..

"Gara kita pulang sekarang ya.." ucapan Desi membuyarkan lamunanku yang masih memperhatikan wajah Gara.

"tapi becok plomice tita te temjone ya mama?" tanya Gara lucu sambil mendongakkan wajahnya kearah Desi yang masih memasang wajah kaku.

"mama.." rengek Gara karena tidak mendapat jawaban dari Desi yang masih terpaku.

Entah apa yang di fikirkan wanita ini.

Apakah sama dengan yang aku fikirkan?

"i-i-i-iya Gara, besok kita ke time zone. Sekarang ki-ki-kita pulang ya sayang. Opa udah telpon mama, katanya Gara udah di beliin bis tayo.." ucap Desi yang benar-benar terlihat gugup.

"benelan???aciiiik..yaudah ayo mama.. tita pulang cetalang.. Ayo.. Ayo.."ucap Gara sumringah yang menarik-narik jemari Desi.

Aku melihat Desi tersenyum lembut pada Gara sambil mengelus sayang rambut tebal anak laki-laki itu.

Senyumnya masih sama, senyum yang menenangkan.

" iya ayo.. Ehm.. Kak Gama. Desi permisi ya"

Desi menatapku sebentar lalu menggandeng tangan Gara menjauh dariku.

Namun sebelum dia benar-benar pergi, aku menahan lengannya yang satu lagi.

Dia menatap ku bingung.

"kamu sudah menikah?"

Aku melihat matanya yang melebar karena pertanyaan spontan yang keluar dari mulutku.

Desi membuka dan mengatupkan mulutnya bingung.

"Desi.. Gara beneran anak kamu?" tuntutku karena belum mendapatkan jawaban dari wanita ayu ini.

"kak.. Desi.. Desi harus pulang. Permisi"

Setelah mengucapkan itu, Desi membebaskan lengannya yang aku tahan tadi dan langsung menggendong Gara.

Aku melihat Desi berjalan tergesa-gesa menjauh dari pandangan.

Apa ini yang dibilang 'the power of emak-emak'?

Dia menggendong Gara dengan berjalan tergesa-gesa menggunakan high heels??

Dan aku rasa ukuran high heels itu sekitar 10cm tingginya.

Yang benar saja Desi??!!

Bagaimana kalau mereka terjatuh??!

Sial!!

Aku harus menyusulnya.

Akhirnya aku berlari kecil menyusul Desi yang sudah hampir mencapai eskalator turun.

Tanpa aba-aba aku mengambil Gara dalam gendongannya yang membuatnya terkesiap namun setelahnya berdiri kaku karena melihat aku menggendong Gara.

"kamu bawa mobil?" tanyaku.

"i-iya..kak.."

"aku antar kalian sampai parkiran."

Ucapku tanpa ingin dibantah.

Akupun menggendong Gara dengan sebelah tangan dan sebelahnya lagi menggenggam tangan Desi yang dingin dan berkeringat.

Ada apa denganmu, Desi?

"om.. tok.. Dendong Gala?" tanyanya lucu.

"mamanya Gara lagi pakai sepatu tinggi. Om takut nanti kalian jatuh." jawabku sambil menampilkan senyum lembut kearah bocah tampan ini.

"ka.. Kalau gitu Gara bisa jalan sendiri Kak" aku menatap Desi tajam yang langsung membuat nyalinya ciut dan menunduk sambil mengikuti langkahku menuju parkiran mobil.

"om.. Wangi deh.." ucap Gara tiba-tiba dalam keheningan kami-aku dan Desi-.

"Gara juga wangi.. Wangi sabun baby.. Om suka. Apalagi kalau wangi bunga Lily" ucapku ambigu yang membuat tangan dingin dalam genggamanku menegang.

Kami berjalan menuju basement dengan celotehan bocah tampan ini dalam gendonganku.

Gara memeluk leherku erat dengan tangan kecilnya yang mampu membuat jantungku berdetak tak menentu.

Perasaan apa ini Ya Allah?

Tak terasa kami sampai di tempat parkiran.

Desi menunjukkan mobil Mini Coopernya yang berwarna biru muda lalu kami berjalan kearah mobil itu.

Setelah Desi membuka pintu penumpang di samping kursi kemudi, aku mendudukkan Gara disana dan aku memakaikannya sabuk pengaman.

"hati-hati ya, Boy." aku mengacak rambut tebal Gara yang dibalas cengir menggemaskan anak itu.

"matacih ya om.. Udah bolein Gala ngumpet. Hihihi.." ucap Gara cekikikan yang membuatku semakin gemas karena tingkah bocah ini.

Kulihat Gara segera sibuk dengan mainan robot-robotannya yang berada di samping anak itu.

Ternyata mobil Desi penuh dengan mainan berbau khas bocah laki-laki.

"ehm.. Kak.. Makasih udah anterin sampai sini" ucap Desi yang berdiri di sampingku.

Akupun menegakkan badan dan berbalik untuk menghadap kearah Desi.

Aku menatap Desi dalam yang membuatnya mengeluarkan rona merah dipipinya yang penuh dengan make up itu.

Aku menyentuh dan menarik lembut ujung rambut panjangannya menuju indera penciumanku.

"wanginya masih sama.." bisik ku yang hanya dapat di dengar olehnya yang menegang karena perbuatanku.

"Gara.. Dia.. Anakku kan?" tembakku yang membuat wajahnya pias.

Desi lalu menarik gugup rambutnya yang masih berada di genggamanku.

"ha..ha..ha..bercandanya.. Gak lucu Kak.. Gara itu anakku.. Bukan anak kakak. Sudah ya kak, Desi harus pulang. Permisi"

Aku melihatnya terburu-buru masuk kedalam mobil.

Aku mengikutinya dari belakang, setelah dia berhasil duduk dan hendak menutup pintu mobil, aku menahannya dan aku membungkuk untuk berbisik di telinganya.

"Gara.. Dia anak kita kan? Kalau kamu tidak mau mengatakannya, aku akan membuktikannya sendiri, Sayang."

Kulihat Desi menegang dan menatapku tajam.

Aku memakaikannya sabuk pengaman karena sepertinya dia lupa memakainya karena buru-buru menghindari ku. Aku yakin itu.

Aku tersenyum manis kearahnya dan sengaja menyentuhkan bibirku kesudut bibirnya seringan bulu lalu aku menegakkan badanku kembali.

"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut okay?"

Ucapku sambil mengusap lembut rambut panjangnya lalu menutup pintu untuk Desi yang masih terkejut karena perbuatanku.

Persetan dengan rasa malu!

Salah sendiri, penampilannya membuat tubuhku meresponnya berlebihan.

Dan jangan salahkan aku kalau aku mencuri ciuman di sudut bibirnya walaupun hanya sekejap.

Shit!!!

Aku mengusap wajahku kasar untuk menghalau wangi bunga Lily yang tak sengaja masuk kedalam penciumanku ketika Desi tadi berada di sampingku.

Kulihat Desi mulai menjalankan mobilnya.

Namun sebelum mobil itu benar-benar pergi, kaca jendela tempat Gara duduk terbuka dan menampilkan wajah ceria bocah itu.

"dadah om danteng yang dantengnya tayak atu..tapan-tapan tetemu ladi ya.. "

"Gara tutup jendelanya nak.."

Dapat kudengar suara lembut Desi.

Dan perlahan, wajah ceria Gara menghilang seiring jendela mobil yang tertutup perlahan.

"kita pasti ketemu lagi, Boy.." lirihku sambil memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana menatap mobil Desi yang perlahan menghilang dari pandangan.

*************

#############

Catatan Penulis 👇 :

Bagaimana di part pertama ini????

Ayo donk absen yang mulai mengikuti ceritaku..

Please😊😊..

#################


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C1
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión