Descargar la aplicación
100% Kiss and Hug's Drama / Chapter 8: Good Days 2

Capítulo 8: Good Days 2

26 Desember

Kemarin, setelah membantu Hinata mandi dan berpakaian—ekhem, kalian bisa bayangkan apa yang kami lakukan; melanjutkan ronde kelima tinju maju-mundur seperti semalam—dengan tidak terpaksa sama sekali, aku mengantarnya pulang ke rumahnya dan menggendongnya ala bridal style dengan lengan kecilnya menggantung di atas tengkukku dan kepalanya berada di lenganku.

Dia semakin tidak bisa berdiri setelah pertarungan pagi tadi. Jujur saja, aku merasa kasihan padanya, tapi kan, yang salah dia. Masa iya, dia terus-menerus mengatakan, "Airnya dingin sekali. Aku butuh kehangatan...". Nah, setelah berkata begitu, kau pikir apa lagi yang bisa aku lakukan untuknya? Tentu saja, membuat tubuhnya kembali hangat—ah, koreksi—panas.

Saat menyelimutinya dengan selimut katun tebal di atas ranjangnya sendiri, aku pulang ke rumahku dan menelepon kakak terbaikku, Itachi, yang sampai sekarang masih tinggal di Alaska bersama Kaasan dan Tousan juga Izumi-nee, kakak ipar paling menakjubkan sejagat raya. Aku menceritakan padanya tentang Hinata, dan coba tebak apa reaksinya?! Dia tertawa terbahak-bahak! Menyebalkan! Aku menyesal telah bercerita padanya karena ternyata lebih menyenangkan curhat pada Izumi-nee yang lebih dewasa—bukan dalam arti yang sesungguhnya.

"Huahahahaha!!! "

"Kenapa kau masih menangis dengan suara seperti itu?" Aku ingat aku mencibir begitu saat aku bercerita pada Itachi di telepon.

Suara tangisan itu berakhir sama cepatnya ketika datang. "Aku tidak menangis, Baka Imouto. Leluconmu terlalu lucu sampai membuatku tertawa sambil menangis!" sahut Itachi. Tawanya sudah berhenti sedari tadi. Aku diam saja, merasa sangat ingin membunuh telepon, tapi aku mengurungkan niatku saat mendengar lagi suara Itachi-nee, kali ini terdengar serius, "Kau tidak mempermainkan gadis ini, bukan? Dia Hyuga, jangan main-main, kau bisa mati nanti."

Karena arah pembicaraannya serius, aku terbawa suasana dan berubah menjadi serius seperti Itachi-nee.

Yah, dia benar; aku tahu alasannya mengatakan itu. Keluarga dari marga Hyuga terkenal merajai pasar sejak dahulu kala. Jika aku sampai bertindak, kemungkinan besar perusahaan Tousan yang masih kecil dimanipulasi sehingga menjadi seret. Aku tidak mau itu terjadi, tapi—yah—aku tidak pernah berniat mempermainkan Hinata, sejak pertama kali aku menyukainya sampai sekarang. Kalau kubilang aku mencintainya, tidak salah, bukan? Dia juga tidak menolakku. Apakah itu artinya ini adalah hubungan suka sama suka?

"Woy, Bodoh! Kau mendengarku, tidak?" sembur Itachi.

Aku tergagap, tidak ingat sama sekali bahwa aku masih berteleponan dengannya.

"Aku dengar," sahutku, tidak lama setelah aku berhasil mengontrol napasku akibat dijadikan bedug lebaran oleh Itachi. "Jujur saja, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini, merasa ingin selalu melihatnya dan seolah gila jika tidak bersamanya sehari saja. Aku tidak tahu apakah ini layak disebut cinta, tapi perasaan apa pun namanya itu, aku menyanginya, tak kan kubiarkan siapa pun menyakitinya. "

Sepi. Aku berhenti bicara dan Itachi tidak berkomentar apa-apa.

Aku kembali melanjutkan curhatanku. Nah kan, orang lain mungkin mengenalku sebagai orang yang kuat dan dingin. Sebenarnya, mereka saja yang tidak kuanggap dekat. Pada dasarnya, aku itu adalah orang yang lemah dan cerewet, tapi tentu, pada orang-orang tertentu saja.

"Aku hanya pernah dekat dengan 3 wanita dalam seluruh umur hidupku; Kaasan, Karin, dan Hinata. Kau tahu, kan?"

"Iya iya, aku tahu. Hanya saja, karena kau itu bad boy saat masih remaja, aku jadi berpikir—"

"Buset!" teriakku. Eh, apa sih yang dipikirkan Kakak Begoku ini? "Aku sudah 24 tahun sekarang. Masa remajaku sudah lebih dari lima tahun yang lalu."

"Oke," sahut Itachi, terdengar seolah mengalah. Yah, itu adalah hal yang memang halus dia lakukan. "Omong-omong, bagaimana kabarnya Gadis Merah Membaramu itu, Karin? Kalian masih sering hangout bersama?"

Sebenarnya, aku tidak senang membicarakan Karin karena itu selalu membuatku sedih, tapi yah, omonganku tadi yang menyerempet ke sana. Aku tidak bisa menyalahkan Itachi-nee karena akhirnya membicarakan dia.

Karin adalah gadis yang sangat dekat dengaku sejak SMU, kebetulan kami juga selalu satu kelas sejak kelas 1 SMP, jadi bukan hal yang menakjubkan jika kami akhirnya menjadi dekat. Dia gadis yang sangat powerful, hiperaktifful, pecicilanful, dan ful-ful lainnya, tapi aku tidak bisa menyanggah kalau dia gadis yang mengasyikkan. Kami sering keluar bersama, hangout bersama, nobar, pasangan main game paling sulit dikalahkan, bahkan kami sering menginap di rumah masing-masing ketika sedang ingin. Tousan-nya dengan tousan-ku tahu tentang hubunganku dengan Karin dan kami tidak pernah dilarang untuk bersama.

Sayangnya, ada kejadian yang masih tidak aku tahu alasannya sampai sekarang yang membuat hubungan kami menjadi renggang. Aku selalu berusaha mencari tahu, tapi kejadian itu seolah berubah menjadi kabur ketika aku merasa sudah sangat dekat dengan pemecahannya. Akhirnya, aku memutuskan berhenti mencari dan merasa tidak apa untuk hidup dalam ketidaktahuan selamanya. Kupikir, aku mulai membencinya, tapi aku tidak bisa menolak kenyataan kalau aku selalu sangat merindukannya setiap saat.

"Tidak lagi," kataku, berusaha keras agar Itachi-nee tidak menyadari suaraku yang berubah menjadi serak setelah tanpa sadar meneteskan air mata. "Itachi-nee... " kali ini aku tidak mampu menahan suaraku untuk tetap terdengar mantap karena bendungan di mataku tiba-tiba jebol, "...aku merindukannya. Itachi-nee, aku sangat merindukannya!"

"Bodoh, dia pasti merindukanmu juga."

Aku tahu Itachi-nee hanya mencoba menghiburku.

***

"AKU MEMBENCIMU!!" sembur gadis berambut merah terang sambil mendorong bahu seorang pemuda raven dengan kuat sampai pemuda itu jatuh ke tanah. Celana denim yang dikenakannya menjadi basah karena tanah becek bekas hujan siang tadi.

Sambil terkekeh, pemuda itu menatap gadis di depannya yang menyala seperti lentera karena marah. Dia berdiri kemudian menyahut, "Ada apa, Karin?"

"Menjauh dari hidupku, Sasuke. Aku. Membencimu," sahut Karin sambil menunjuk dada Sasuke dengan telunjuknya.

Sasuke yang mendapat kejadian seperti itu, tertawa terbahak-bahak. Sambil menyeka air mata yang keluar karena tertawa, Sasuke menyahut, "Oke, baiklah. Kau memang membenciku." Mungkin dia lagi PMS, aku abaikan saja kali, yah?

"Pergilah... " perintah Karin dengan suara teredam.

Sasuke sebenarnya masih bingung dengan apa yang terjadi, tapi dia kembali pada kesimpulan awalnya bahwa Karin tidak dalam kondisi hati yang baik karena PMS. Akhirnya, pemuda itu membiarkan Karin pergi dari taman dengan senyum penuh pengertian.

Biarkan saja. Toh nanti dia kembali lagi.

Saat itu, Sasuke tidak sadar jika gadis yang dibiarkannya pergi, tidak pernah kembali lagi. Selamanya...

****

Pada siang harinya, Suigetsu datang ke rumahku dan mengatakan bahwa besok pagi, 27 Desember, adalah hari ulang tahun Hinata. Aku sedikit terkejut. Pacar jenis apa aku ini? Bagaimana bisa aku tidak menyiapkan kejutan untuk Hime?

Karena sudah siang dan aku kebetulan sedang free, aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar mengelilingi komplek perumahan di dekat rumahku. Aku tidak tahu apa yang menuntunku, tapi aku kemudian melangkah menuju sebuah taman yang tersembunyi dengan aman di balik semak-semak bunga liar yang tak terurus dan menemukan semacam lapangan dengan rumput hijau yang menyejukkan. Bagian lapangan kecil itu dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah sungai berair jernih tanpa riak dan beberapa pohon besar berusia sangat tua tumbuh dengan subur mengelilingi sungai itu seperti pagar.

Sasuke sendiri tidak tahu ada tempat secantik ini di Tokyo. Coba bayangkan, dengan semua hiruk-pikuk dan gedung-gedung pencakar langit yang memenuhi jalanan, Sasuke masih sedikit tidak percaya bahwa masih ada tempat sebagus ini. Dia nyaris saja mengira ini hanya mimpi, tapi Sasuke sadar ini bukan mimpi saat ia menyentuh sebuah batang pohon yang menjulang tinggi dan rindang. Itu terasa sangat nyata di bawah ujung jarinya.

Sambil menghela napas di atas udara yang panas khas Tokyo siang hari, Sasuke menjatuhkan bokongnya di bawah salah satu pohon yang sama tinggi dan besarnya dengan pohon yang lain dan menikmati suasana yang tenang dan asri secara alami, Sasuke memejamkan mata, merasa nyaman karena terlindung dari cahaya matahari yang terasa menyengat.

"Tempat yang sangat nyaman untuk melepaskan kejenuhan dan rasa lelah, juga tempat yang sepi untuk menyendiri," gumam Sasuke, masih dengan mata terpejam dan dada turun naik dalam irama teratur saat ia mengambil napas dengan pelan. Dia membuka sedikit matanya saat satu angin berkesiur dan memainkan ujung rambutnya seperti selimut musim panas dan satu seringai melintasi mulutnya yang sensual, kemudian bergumam, "...Juga, tempat yang nyaman untuk bercinta."

***

Err, gimana? Bagus atau ngga? Pendek banget, yah? *Sujud syukur nyium kaki readers atu-atu sambil bilang gomen!

Gao mau bilang, jadi di sini tuh, Sasuke itu sebenernya mode mesum internasional tingkat dewa zeus on, jadi jangan kaget yah, kalo dia suka mikirin hal-hal yang sangat diingankan itu.

Dan oh ya, tempat yang tadi aku gambarkan di atas, aku ngga tahu beneran ada di Tokyo atau nggak, tapi ya udahlah, aku ngikut imajinasi ajah. Lagian, aku belajar Jepang cuma dari pelajaran IPS dan Gao nggak pernah benar-benar mendalami apa pun tentang Jepang, hanya seorang penyuka. Lain lagi kalo Gao itu Abi, temen wibu-nya Gao yang tergila-gila banget sama Jepang. Kamarnya aja desain interiornya kayak bedroom-bedroom di anime, sampai ngomongnya ke-Jepang-jepangan. Wibu yang dah over dia, tuh.

Et dah, malah ngomongin orang.

*Ditavok readers.

Silakan tinggalkan komen, readers tercintaaahh yang sangat Gao sayangi.

Salam Cinta


Load failed, please RETRY

Un nuevo capítulo llegará pronto Escribe una reseña

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C8
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión