Pagi ini semua berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama.Mereka terlihat seperti keluarga besar yang bahagia.
"Amira....kamu terlihat kurang sehat?"Denis memperhatikan Amira sejak tadi.Wajahnya sedikit pucat dan tidak terlihat bersemangat.
"Aku tidak bisa tidur tadi malam."Amira memberikan senyuman pada Denis.
"Tentu saja,kamu fikir ini dimana?"Kartika berkata sinis pada Amira.
"Mama....Amira adalah saudari Zahra,berarti dia juga bagian anggota keluarga ini juga nantinya,jadi jangan perlakukan dia seperti orang asing."Denis memberi peringatan pada Kartika.
"Jangan berdebat di meja makan,kalian berdua harus memakai etika."Anton membela Amira dengan caranya sendiri.
"Semoga makanan ini membawa berkah untuk kita semua,harusnya rasa syukur membawa damai disini."Oma mulai tidak nyaman.
Semua orang terdiam mendengar kata-kata oma.Seperti mendengar perintah dari seorang pemimpin tidak seorangpun yang berani membantah.
"Aku sudah semakin tua,aku hanya ingin bahagia disisa umurku ini,tapi sepertinya kalian tidak menginginkan itu untukku."Oma menghentikan makannya.
Keadaan semakin hening setelah kalimat sedih keluar dari mulut oma.
"Oma....maafkan kami,"Alex berkata dengan suara dingin,matanya menatap pada Anton.
"Aku akan pergi,karena aku sudah selesai."Anton berdiri dari tempat duduknya kemudian pergi meninggalkan ruang makan.
"Mama....maafkan aku selama ini sudah banyak menyakitimu."Tiba-tiba Kartika berkata setelah suaminya meninggalkan ruang makan.
"Aku sudah memaafkanmu sebelum kamu memintanya!"
"Tidak bisakah kamu memperbaiki kesalahanmu?"Oma memandangi putri semata wayangnya.
"Tidak bisakah kita membicarakannya secara pribadi?"Kartika melirik Zahra dan Amira.
"Kapan kamu punya waktu untuk itu? 23 tahun itu tidaklah sebentar."Oma memandang Denis dengan perasaan haru.
"Oma,mama.....kalian adalah wanita yang paling aku sayangi didunia ini."Denis mencoba untuk menghentikan perdebatan antara ibu dan anaknya.
Hati Kartika bergetar saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Denis.Dia tidak menyangka putra semata wayangnya akan mengatakan itu didepan orang lain.Perasaan bahagia hinggap dalam hatinya,namun sekejap kemudian perasaan bersalah juga mengikutinya.Selama ini dia tidak pernah punya waktu untuk Denis begitupun suaminya Anton.Mereka membiarkan Denis hidup tanpa kasih sayang mereka selama 23tahun ini.
"Mama....!"Suara Denis membuat Kartika kaget dan segera sadar dari lamunannya.
"Makanlah..."Denis melihat sesuatu tengah terjadi dalam diri ibunya.
Kartika hanya tersenyum mendengar kata-kata yang penuh perhatian dari putra semata wayangnya.
"Apakah kamu sungguh menyukainya?"Kartika bertanya dengan suara lembut sambil melirik Amira.
Denis tidak bisa menjawab pertanyaan mamanya yang terlalu tiba-tiba.Semua orang juga terdiam saat mendengar itu.
"Aku akan mendukungmu,aku akan menebus semua kesalahanku dimasa lalu,saat ini kebahagiaanmu sangat utama bagiku."Suara Kartika sedikit tertahan,namun itu tulus dari hatinya.
"Uhuk....uhuk...uhuk..."Amira tersedak dan terbatuk mendengar ucapan Kartika.
Zahra memberikan gelas berisi air putih padanya.Semua orang juga terkejut mendengar apa yang dikatakan Kartika.
"Apa mama sedang bercanda?"Denis seakan tak percaya.
"Aku serius."Kartika tersenyum.
"Tante....ayo kita makan dulu."Alex mengalihkan pembicaraan.
"Akhirnya ada sesuatu yang membuatku bahagia untuk ku dengar."Oma berpihak pada Kartika.
"Ma....aku akan bercerai."Kartika berkata dengan tenang.
"Uhuk...uhuk...uhuuk..."Amira kembali terbatuk batuk,perkataan Kartika membuatny sangat terkejut.
"Ada apa denganmu?"Oma heran melihat Amira.
"Amira kurang sehat oma,"
"Ayo minumlah!"Zahra kembali memberikan segelas air putih pada Amira.
"Aku juga senang mendengar kabar itu!"Oma tampak sumringah.
"Tapi mengapa ma?"Denis terlihat muram.
"Mama dan Papa tidak bahagia saat bersama."Kartika tersenyum pahit.
"Dan sebaiknya kami tidak lagi saling menyakiti."Kartika sangat tenang.
"Tante tidak kemana-mana hari ini?"Alex tiba-tiba merasa kasihan pada tantenya.
"Tidak,tante memutuskan untuk tinggal dirumah seminggu ini."Kartika menjawab dengan lembut dan kemudian tersenyum lepas.
"Kalau begitu,Denis akan menemani tante hari ini!Pergilah bersama oma dan Denis ke villa di puncak."Alex memberikan ide untuk mereka menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama.
"Ide yang bagus,bagaimana oma,mama?"Denis nampak bersemangat.
"Apa kamu mau ikut kami?"Kartika bertanya pada Amira.
Semua mata tertuju pada Amira,mengharap jawaban ya darinya.
"Aku ingin sekali tante,tapi ada sesuatu hal yang harus aku selesaikan.Mungkin lain waktu aku akan ikut bersama kalian."Amira merasakan jantungnya sangat tidak beraturan,tubuhnya panas dingin.
"Sayang sekali,tapi lain waktu aku akan menagih janjimu."Denis merasa kehangatan telah menyelimuti hiduonya saat melihat mamanya ingin melakukan pendekatan dengannya dan Amira.Kebahagiaannyang ingin dirasakan sejak dulu kini bisa dia rasakan.
"Aku tidak sabar ingin menikahkan kalian."Oma membuat kejutan mendadak.
"Uhuk....uhuk....uhuk...."Kali ini Zahra yang terbatuk-batuk.
Alex segera menyodorkan air putih padanya.Makan sarapan mereka penuh dengan kejutan yang tidak terduga.
Pukul 09.00 pagi.
Semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.Hari ini Alex pergi ke kantor sendirian karena Denis akan pergi bersama oma dan mamanya ke villa.Sedangkan Zahra dan Amira diminta untuk tinggal beberapa hari lagi dirumah keluarga Alex.
Tepat pukul 10 lebih 7 menit Denis berangkat bersama oma dan mamanya menuju villa.
Saat ini hanya Zahra dan Amira berada dirumah yang sangat besar itu.
"Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"Zahra bertanya pada Amira.
"Aku akan menemui Anton dan memintanya untuk berpisah,tapi kalian berdua harus menaniku."Amira berkata mantap.
"Apa kamu ingin mempunyai hubungan spesial dengan Denis?"Zahra sempat ragu untuk bertanya.
"Tidak Zahra,aku sungguh tidak tau diri jika itu terjadi."Amira menerawangkan pandangannya.
"Tapi...mamanya..."Zahra belum menyelesaikan kata-katanya saat Amira memotongnya.
"Aku tidak akan berani Zahra,sesuatu yang buruk pasti akan terjadi jika aku memaksakan itu,semua ini tidak akan mudah.Antin tidak akan melepaskan aku semudah itu.Aku tau pasti perasaannya terhadapku."Amira tetlihat sangat sedih.
"Apakah kamu mencintainya?"Zahra penasaran.
"Awalnya aku fikir begitu,semua kenyamanan yang dia berikan membuatku berfikir bahwa selama ini aku juga mencintainya,sampai..."Amira tidak melanjutkan kata-katanya,matanya menerawang jauh membayangkan kejadian beberapa hari yang pernah terjadi padanya.
"Sampai kamu bertemu Denis?"Zahra meneruskan kata-kata Amira dengan bertanya padanya.
"Aku orang yang menyebabkan orang tuanya berpisah,aku perusak rumah tangga mereka,aku tidak akan sanggup untuk menatap wajahnya lagi."Suara Amira terdengar bergetar.
Zahra menarik nafasnya dalam-dalam mendengar semua kata-kata Amira.Semua kejadian ini sungguh kebetulan yang menyakitkan.
"Apa kamu mencintai Denis?"Zahra ingin memastikan perasaan Amira.
"Hahahahahahahahahaha.....mana mungkin,kami baru sebentar mengenal."Tawa Amira terdengar sangat dipaksakan.
"Apa kamu yakin itu?"Zahra tidak percaya.
"Ya...."Amira menundukkan kepalanya.
"Jalani hidupmu seperti air yang mengalir,kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi dimasa depan,namun semua perbuatan baik dan burukmu itu sangat mempengaruhi nasibmu di masa yang akan datang,kita tidak bisa merubah semua kesalahan dimasa lalu kita,tapi kita bisa membuat masa depan kita jauh lebih baik dengan melakukan kebaikan di saat ini."Zahra membuat Amira tersenyum lega.
"Terimakasih Zahra,terimakasih sudah ada di saat-saat sulitku."Amira berkata tulus.
"Tapi...aku sempat mengira kamu jatuh cinta pada Alex."Zahra memberanikan diri.
Wajah Amira memerah saat mendengar perkataan Zahra.
"Itu.....aku....,
Aku ingin.."Amira tidak melanjutkan kata-katanya.
"Kamu juga suka pada Alex?Zahra terkejut.
"Jangan sembarangan bicara,saat itu aku hanya iri padamu,kamu sangat beruntung,Alex sangat tergila-gila padamu.Dia mudah,tampan,pintar juga sangat kaya raya.Sedangkan aku...hanya pria tua yang menginginkanku."Amira memjawab ketakutan Zahra.
"Bukankah Denis juga terang-terangan merayumu?"Zahra mengingatkan Amira.
"Tapi dia hanya pria no 2,lagi pula dia seorang playboy."Wajah Amira cemberut.
"Tapi sepertinya kamu sangat memikmati ciumannya."Zahra mencoba menguatkan filingnya lagi.
"Kamu mengintip?"Amira terkejut Zahra tau itu.
"Bagaimana perasaanmu saat itu? Apa kamu senang?"Zahra tidak perduli Amira menuduhnya mengintip.
"Tidak."Amira berbohong.Sebenarnya yang terjadi adalah,sejak ciuman itu Denis selalu muncul disetiap ingatannya.Awalnya Amira sangat muak dan tidak ingin melihatnya,tapi ciuman Denis merubah segalanya.Anton sering melakukan itu bahkan melakukan lebih dari itu tapi tidak membuat hatinya berdebar-debar.
"Kamu berbohong,lihat hidungmu."Zahra menggida Amira.
"Ada apa dengan hidungku?"Amira spontan memegang hidung bangirnya yang mungil.
"Hahahahahahahaha"Zahra mengejek Amira.
"Jika Tuhan menjodohkan kalian berdua,kalian akan hidup bersama dengan jalan apapun juga."Zahra memberikan kata-kata yang membiat hati Amira berbunga-bunga.
"Itu mustahil,kami tidak akan bersama,itu tidak akan mungkin terjadi."Amira mencoba menyangkal.
"Tuhan punya kuasa,jika kalian tidak berjodoh,sekuat apa pun cinta kalian tidak akan bisa membuat kalian bersatu."Kata-kata Zahra membuat Amira terdiam,raut wajahnya terlihat sedih walaupun dia sedang tersenyum.
Ponsel Amira berdering,itu sangat mengagetkannya.Amira memeriksa layar ponselnya.Suamiku dalam panggilan.
"Bagaimana?"Amira memunjukkannya pada Zahra.
"Angkat saja."Zahra menyuruh Amira untuk menerimah panggilan dari Anton.
"Halo."Amira mengaktifkan loudspeakernya.
"Sayang....aku sangat senang sekali saat ini,Kartika setuju untuk bercerai.Kita harus merayakan ini.Aku sangat merindukanmu.Setelah ini kita akan bebas,aku akan mendaftarkan pernikahan kiya secara syah."Suara Anton terdengar sangat riang.
Amira menatap Zahra dia terlihat bimbang.
"Apa kamu yakin?"Amira kehabisan kata-kata,
"Tentu saja sayang,kita harus bertemu.Aku ingin memberitahukan pada semua orang tentang hubungan kita ini kita.Aku ingin menghabiskan malam denganmu."Anton larut dengan kebahagiaannya.
"Tapi aku harus menemani Zahra malam ini."Amira menolaknya dengan halus.
"Baiklah sayanh tidak harus malam ini,aku berencana memberi tahu mereka setelah perceraian kami."Anton masih tidak curiga dengan penolkan Amira.
Waktu sangat panjang untuk dihabiskan dirumah besar ini untuk Zahra dan Amira.Mereka berdua adalah orang asing yang diperlakukan dengan baik oleh Alex dan keluarganya.
"Zahra...sampai kapan kita akan tinggal disini?"Amira menyandarkan kepalanya pada sofa lembut dan mahal yang kini dia duduki.
"Kita pulang sore ini,biar bagaimanapun kita tidak mempunyai hak untuk terus tinggal disini,lagi pula itu sangat tidak sopan,aku dan Alex belum ada ikatan apapun."
"Setelah aku berpisah dengan suamiku,aku akan pergi keluar negri,aku akan bekerja disana,demi kebaikan semua."Amira mengutarakan rencananya.
"Apakah kamu serius? kemana kamu akan pergi?"Zahra kelihatan syok.
"Mungkin ke korea atau jepang."Amira tersenyum.
Zahra memandangi Amira,perasaannya sangat tidak menentu.
"Kamu akan baik-baik saja bersama Alex,aku akan tenang meninggalkanmu disini."Amira terlihat tenang saat mengatakan itu.
"Apakah harus seperti itu jalan terbaik?"Zahra sedih.
"Aku sudah banyak melakukan kesalahan,jika aku tetap disini aku akan sangat merasa bersalah terhadap Denis dan tante Kartika,terlebih pada oma."Amira meyakinkan Zahra,suaranya yang lembut membuat Zahra semakin merasa sedih.
Zahra tidak berkata apa-apa,ketika bel berbunyi dan pelayan dirumah itu membukakan pintu untuk seseorang yang datang.
"Kemana semua orang?"Terdengar suara seorang perempuan.
Zahra dan Amira datang keruang tamu untuk melihat siapa yang datang.
Disana ada tiga orang dengan barang-barang bawaannya.Sepertinya mereka adalah sepasang suami istri dan putrinya.
"Siapa mereka?"Wanita paruh baya itu bertanya pada pelayan.
"Maaf nyonya,Nona Zahra dan nona Amira adalah tamu tuan Alex."Jawab pelayan dengan patuh.
"Bawa barang-barang kami ke kamar."Gadis itu memerintahkan pelayan seperti seorang putri.Penampilannya sangat menarik,modis dan cantik.
"Halo...perkenalkan saya Bram Setiawan,ini Sukma istri saya dan ini Renata putri saya."Lelaki itu memperkenalkan keluarganya.
"Saya Amira dan ini Zahra calon tunangan Alex."Amira tidak senang dengan keluarga ini.
"Apa...calon tunangan Alex?"Renata bertanya tidak percaya.
Alex datang saat itu.
"Selamat sore...."
Semua mata tertuju pada Alex,
"Alex....apa kabarmu nak?"Baram menyapa Alex.
"Aku baik-baik saja,ada apa om? Kenapa datang tidak memberi kabar terlebih dahulu."Suara Alex terdengar sangat datar dan tenang.
"Alex....aku sangat merindukanmu,kita sudah lama tidak bertemu,kamu tidak pernah lagi mengunjungiku."Renata memeluk Alex dan menciumi pipinya.
Wajah Zahra memerah melihat pemandangan ini tapi dia segera menepiskan fikiran negatifnya,mungkin mereka adalah keluarga.
"Dimana oma dan tentemu?"Sukma celingukkan.
"Mereka tidak dirumah,"Alex menjawab singkat,Renata menggandeng lengannya dengan manja.
"Siapa dia? aku tidak suka."Amira berbisik pada Zahra.
Zahra hanya menggenggam tangan Amira agar tidak menimbulkan keributan.
"Om tante juga Rere pasti sangat lelah,sebaiknya rehat dulu dikamar yang sudah disediakan pelayan."Alex memerintahkan beberapa pelayan untuk mengantar mereka kekamarnya masing-masing.
Tinggal mereka bertiga diruangan tamu itu.Alex,Zahra dan Amira.
"Aku kekamarku."Amira memberi kesempatan pada Alex dan Zahra untuk berbicara.Biar bagaimanapun Zahra pasti menuntut penjelasan pada Alex.
Setelah Amira masuk Zahra tidak berbicara begitupun Akex.
"Aku juga akan masuk,kami akan pulang sore ini."Setelah beberapa menit mereka saling membisu akhirnya Zahra membuka suaranya.
"Zahra tunggu dulu."Alex menarik tangan Zahra ketika Zahra berbalik dan melangkahkan kakinya.
Zahra menghentikan langkah kakinya namun tidak memutar tubuhnya.Mulutnya juga terdiam.
"Apakah kamu cemburu...?"Alex bertanya dengan sangat hati-hati.
"Hahahahaha.....cemburu?"Zahra tertawa kaku.
Alex membalikkan tubuh Zahra untuk berhadapan dengannya.Saat keduanya saling menatap tidak seorangpun membuka suaranya sampai beberapa menit.
"Jangan konyol Alex,kamu membuang waktuku saja?"Zahra berbalik dan jembali melangkahkan kakinya.Namun sekali lagi Alex menghentikannya.
"Kenapa marah?"Suara alex terdengar sangat datar dan dingin.
"Siapa yang marah?"Zahra sedikit menekan suaranya,alinya juga terlihat berkerut.
"Lalu?"Alex masih bertanya dengan raut wajahnya yang dingin.
"Lalu?"Zahra mengerutkan keningnya,kemudian memutarkan tubuhnya kembali dan melangkahkan kakinya untuk pergi kekamarnya.
Alex menarik tangan Zahra untuk menghentikannya kembali,kemudian memeluk tubuhnya yang mungil dari belakang.
"Cuma kamu,jangan marah lagi."Kata-kata Alex sangat singkat namun mampu menyejukkan hati Zahra.
"Hei....nanti dilihat orang."Zahra berusaha melepaskan tubuhnya yang tenggelam dari pelukan Alex.
"Aku tidak perduli,biar mereka tau."Alex semakin mempererat pelukkannya,kepalanya tertunduk diatas bahu Zahra.hembusan nafasnya membuat Zahra nyaman dengan posisi itu.
"Masih banyak yang harus kita kerjakan,jangan buang waktu,ayolah..."Zahra menepuk-nepuk kepala Alex dengan lembut.
"Sudah tidak marah lagi?"Alex bertanya dengan suara yang sangat lembut.
"Aku tidak marah?"Suasana hati Zahra berubah saat diperlakukan Alex seperti itu.
"Benarkah?"Alex berbisik tepat ditelinga Zahra.
"Jangan seperti itu,kamu membuatku takut."Zahra mengelak setelah merasakaan sesuatu pada dirinya.
"Ayo lepaskan Alex..!"Zahra berusaha membuka pelukan Alex.
"Aku tidak mau,aku takut kamu akan meninggalkanku."Alex memberi ciuman lembut dibelakang daun telinga Zahra.
"Alex jangan lakukan itu."Zahra memberontak,takut tidak bisa mengendalikan dirinya setelah Alex memberikan ciuman itu.
Zahra menginjak kaki Alex dengan sengaja.
"Aduh...."Alex melepaskan pelukannya.
Zahra berhasil melarikan diri.
"Rasakan itu,jangan coba-ciba berbuat mesum padaku."Zahra menjulurkan lidahnya sebelum pergi meninggalkan Alex.
"Hey....jangan kabur kamu."Alex berlari mengejar Zahra.
"Hey pergi sana,jangan ikutin aku."Zahra berlarian menghindari Alex.
"Aku akan terus mengikutimu,jangan kabur kamu."Alex terus mengikuti Zahra dari belakang dengan berlari-lari kecil,jika Alex mempercepat laju larinya pasti dengan mudah tangannya menangkap tubuh Zahra,tapi dia sengaja tidak melakukannya.
"Alex....pergi sana."Zahra mulai kelelahan.
"Kamu berhenti disitu,atau aku akan terus mengejarmu."Alex tidak memperdulikan peringatan Zahra.
Cukup lama mereka berlari dan mengejar,sampai akhirnya Zahra kelelehan dan berhenti.
"Kemarilah."Alex merentangkan kedua tangannya memberikan isyarat untuk Zahra agar datang ke pelukkannya.
"Aku tidak mau."Zahra menolak dengan nafasnya yang terengah-engah.
"Kamu sangat seksi jika seperti ini."Alex memaksa Zahra saat memeluknya.
"Kamu mendengar itu?"Alex bertanya sambil memeluk Zahra.
"Apa?"Zahra keheranan.
"Detak jantungku......"Alex terdiam kemudian melanjutkan kata-katanya.
"Dia akan berhenti jika kamu pergi,Cuma kamu yang ada dihatiku."
"Gombal...."Zahra mencubit pinggang Alex.
"Cubitlah sepuasmu,aku tidak perduli rasa sakitnya,"Alex tidak memperdulikan cubitan Zahra.
Zahra menghentikan aksinya setelah mendengar kata-kata Alex.
"Apa kamu serius dengan semua kata-katamu?"Zahra melingkarkan tangannya pada pinggang Alex.
"Tentu saja."perasaan Alex hanyut semakin dalam bersama pelukannya oada Zahra.
"Aku tidak percaya?"Zahra masih meletakkan kepalanha di dada Alex yang bidang.
"Aku lebih baik mati,dari pada hidup tanpamu."Alex memejamkan matanya.
"Bicara apa kamu?"Zahra memukul punggung Alex.
"Apa kamu takut jika aku mati?"Alex tersenyum menerimah pukulan dipunggungnya.
"Tutup mulutmu."Zahra memarahi Alex.
Keduanya merasakan kenyamanan satu sama lain dalam pelukan itu.
"Hei....bagaimana jika suatu saat aku berselingkuh?"Alex tiba-tiba memberikan pertanyaan konyol.
"Kalau kau berani berbuat itu,maka aku akan membunuhmu!"Zahra berkata tegas.
"Kejam sekali."Alex masih menggoda Zahra.
"Jangan macam-macam denganku."Zahra tedengar sangat galak.
Alex mendaratkan ciuman lembut di kening Zahra.
"Aku sangat menyayangimu."Alex berkata dengan suara lembut.
"Kamu bohong."Zahra membalikkan keadaan.
Alex:"..."
"Walaupun aku berbohong kamu akan tetap percaya."Alex membalas Zahra.
"Kamu..."Zahra memukul punggung Alex.
Lalu keduanya tertawa bersamaan.
"Ehem...ehemmm.."Renata datang dan melihat pertujujan itu.
Zahra ingin melepaskan tubuhnya darinpelukan Alex,tapi Alex menolaknya.
"Biar saja seperti ini,aku tidak keberatannjika orang lain melihatnya."Kata-kata Alex membuat wajah Renata merah menahan marahnya.
"Siapa perempuan ini?"Renata melotot pada Zahra.
"Calon istriku."Alex menjawab singkat tanpa melepaskan Zahra dari pelukannya.
"Apa maksudmu? Aku calon istrimu,apa kamu lupa?"Renata berteriak pada Alex dan Zahra.
Zahra bingung mendengar itu,wajahnya mendongak keatas melihat wajah Alex.
"Apakah aku pernah menyetujui perjodohan yang tidak masuk akal ini? Bahkan kedua alm orang tuaku juga tidak pernah memberitahukan siapapun termasuk oma.Bukankah oma juga sudah menolak ini sebelumnya sampai orang tuamu memberikan bukti pada kami?"Alex berkata dengan emosi.
Zahra khawatir melihat Alex dengan keadaan seperti itu.
"Hey....jangan marah-marah."Zahra berusaha membuat Alex meredakan amarahnya.
También te puede interesar
Comentario de párrafo
¡La función de comentarios de párrafo ya está en la Web! Mueva el mouse sobre cualquier párrafo y haga clic en el icono para agregar su comentario.
Además, siempre puedes desactivarlo en Ajustes.
ENTIENDO