"Coba lihat..."Amira memakai gaunnya dan memamerkannya pada Zahra,wajahnya yang oenuh kebahagiaan membuat Zahra tersenyum.
"Apa ini cocok ditubuhku."Amira meminta pendapat Zahra.Zahra menganggukan kepalanya sambil terus tersenyum melihat tingkah Amira.
Melihat reaksi Zahra,wajah Amira berubah,kebahagiaan yang tadinya terpancar disana perlahan hilang.
"Apa kamu masih tidak senang atas hadiah ini."Suara Amira terdengar sangat lembut.
"Tidak.....bukan itu,Ha....baiklah aku akan mandi,kamu bersiaplah terlebih dahulu,aku tau jika kamu berdandan akan memakan waktu yang cukup lama."Zahra menghindari pembicaraan itu,karena dia tau,jika dia bersih keras dengan niatnya ada dua orang yang akan tersinggung disini.Walaupum Zahra masih menyayangkan nominal yang harus dikeluarkan Alex,tapi sepertinya dia harus merelakannya.
15 menit kemudian Zahra sudah keluar dari kamar mandi dan masuk kedalam kamar Amira.Rumah kontrakan yang sempit ini membuatnya nyaman untuk tinggal didalamnya hampir 1bulan ini,apa lagi sekarang dia punya Amira.
"Kamu belum selesai?"Zahra melihat Amira sedang merias wajahnya.Gadis itu ternyata sangat ahli dibidang itu.Wajahnya sangat berbeda dengan make up minimalis yang dikenakannya.Dia terlihat sangat cantik.
"Aku pakai punya kamu."Amira menunjukan perlengkapan rias milik Zahra yang dipakainya.
"Ibu membelikannya untukku sebagai hadiah ulang tahunkku tahun lalu,aku tidak pernah memakainya karena aku tidak terlalu suka merias wajahku."Zahra tersenyum memandang wajah cantik Amira.
"Ayo pakai gaunmu,aku penasaran,pasti kamu akan terlihat sangat cantik."Amira berseri-seri saat mengatakan itu,Zahra belum oernah melihat Amira seperti ini sebelumnya.
"Kamu keluar dulu."Zahra meminta Amira untuk keluar dari kamarnya.
"Kenapa?Amira keberatan.
"Aku malu,kamu pasti bisa melihat semuanya."Zahra tidak mau Amira berada disana dan melihatnya saat mengganti pakaiannya dengan gaun itu.
"Kamu fikir aku menyukai sesama jenis?"Amira melotot.
"Hahahhahahahahaha.....kamu yang mengatakannya sendiri? Ayolah keluar sebentar,aku malu...."Zahra memohon pada Amira.
"Baiklah-baiklah....,"Amira keluar membawa alat tempur dan cerminnya ke ruang tamu dan duduk di sofa tua yang ada di ruangan itu.Ini rumah kontrakan yang sudah sangat tua,Amira tidak mempunyai meja rias beserta cerminnya yang menempel.Dia hanya mempunyai sebuah cermin yang bisa dipegang dengan tangannya yang bisa dibawanya kesan kemari dan dia gunakan selama ini untuk melihat wajahnya saat berhias.
Amira sudah selesai dengan riasan wajahnya,dia sangat puas dengan hasil karya tangannya.Berkali-kali dia melihat bayangannya di cermin dan tidak berhenti tersenyum,Raut wajahnya yang berseri-seri itu menggambarkan betapa bahagianya saat ini,itu sangat terlihat jelas dari tingkah dan lakunya.
"Aku sudah selesai...."Amira masuk kedalam kamar dan melihat Zahra sedang berdiri terpaku mengenakan gaun pemberian Alex itu.
"Wuahaaaaa.....wow,Zahra....kamu...kamu sangat cantik sekali.Kamu belum merias wajahmu tapi ini sudah terlihat sangat luar biasa."Suara Amira yang takjub saat melihat Zahra membuat Zahra menutup telinga.
"Jangan berlebihan,aku merasa tidak nyaman memakainya."Zahra menunjukan perasaan terbalik dari Amira.
"Apa kamu bercanda?Mataku tidak akan menipuku."Amira masih riang
"Aku rasa ini sangat berlebihan,harusnya dia memberikan uang tunainya saja padaku,agar aku bisa menggunakannya untuk halbyang bermanfaat."Zahra terlihat tidak senang.
"Kamu bisa memintanya langsung padanya nanti."Amira menanggapi perkataan Zahra dengan bercanda.
"Aku bukan cewek matre,jadi aku tidak akan melakukan itu."Zahra masih tidak bersemangat.
"Ayolah Zahra.....ada seseorang yang ingin membuatmu bahagia,dan memberi perhatiannya padamu,kamu tidak boleh melewatkan kesempatan ini,paling tidak walaupun kamu tidak menyukainya jangan menolak permintaan sederhananya ini.Dia ingin melihatmu tampil cantik."Amira berkata panjang kali lebar untuk membuat suasana hati Zahra berubah menjadi baik.
"Bicara apa kamu?"Zahra memgerutkan alisnya.
"Sudahlah.....nih,sebentar lagi pukul 7,Alex akan segera sampai disini."Amira menyerahkan alat make up itu agar Zahra segera merias dirinya.
"Aku tidak akan memakainya."Zahra meletakkan alat make up tersebut dimeja belajar Amira.
"Kenapa seperti itu?Amira heran melihat Zahra.
"Aku hanya akan menggunakan sedikit bedak untuk memoles wajahku dan sedikit lipp glos untuk bibirku."Zahra mulai memoles wajahnya dengan bedak.
"Apa kamu serius?Amira semakin bingung,Zahra mempunyai peralatan make up lengkap tapi dia jarang sekali menggunakannya.
"Yap....aku tidak nyaman dengan semua itu,lagi pula....aku tidak pandai menggunakannya."Zahra sedikit tertawa saat .engatakan itu.
"Kalau begitu biar aku membantu untuk merias wajahmu."Amira menawarkan diri pada Zahra.
"Tidak perlu."Zahra sudah selesai dengan wajahnya dan sekarang memainkan lipp glos dibibirnya yang mungil,sebenarnya tanpa memakainya bibirnya sudah terlihat merah,tapi Zahra menggunakannya agar bibirnya terjaga kelembabannya.
Zahra menyisir rambutnya perlahan,mahkotanya itu tidak terlalu panjang namun sangat indah,lurus dan tebal ditambah warnanya yang hitam membuat penampilannya semakin terlihat cantik.
"Bagaimana dengan alismu,biarkan aku mengukirnya dengan celak."Amira masih ingin mengekspresikan hobbynya.
"Hahahhaaaa....jangan!Lihatlah mereka sangat beraturan."Zahra memunjukkan pada Amira.
"Kamu sangat beruntung,tanpa harus repot-repot merias wajahmu,kamu sudah terlihat sangat cantik."Amira kurang percaya diri dan melihat kembali wajahnya didalam.cermin.
"Kamu juga cantik,dan make up kamu juga terlihat natural,siapapun yang melihatmu pasti akan berpendapat sama denganku."Zahra memuji kecantikan Zahra.
"Benarkah itu,kamu tidak berbohong untuk menyenangkan hatiku bukan?"
"Kapan akaj pernah berbohong padamu."Senyuman Zahra membuat Amira percaya.
"Tin....tin...tin..tin...."Suara klakson mobil Alex.
"Dia sudah datang,ayo keluar."Amira menggandeng tangan Zahra.
Kedua gadis itu membuka pintu saat Alex dan Denis turun dari mobilnya.
"Kakak....siapa dia?"Denis melihat Amira,hatinya tergelitik,nalurinya sebagai seirang playboy tertantang.
"Amira,saudara Zahra."Alex menjawab,namum matanya tertuju pada Zahra.
Zahra terlihat sangat cantik dan anggun dengan gaun itu,tidak salah Alex memilihkan gaun untuknya,wajahnya yang cantik alami membuat Alex tidak ingin berhenti memandangnya.
"Cantik sekali."Alex begumam pada dirinya.
"Benar dia terlihat sangat segar dan alami."Denis menanggapi gumaman Alex
"Apa yang kau maksud."Alex menyadari perkataan Denis.
"Amira..."Denis mulai terpikat pada Amira.
"Jangan sembarangan,dia tidak bisa kau jadikan mainanmu."Alex mengingatkan.Denis.