Bila memakan makanan yang Edwin siapkan dengan lahap, sambil mengingat kenangan manis bersama Edwin.
"Bil kita jadikan pulang besok pagi ya, nanti kita jalan-jalan dulu"
"Ya...terserah kamu, tapi" Bila mengerenyitkan dahinya "nanti kalau uangnya ga cukup gimana? emang sewa kamar disini berapa sih?
"Ga tahu, kita ke depan aja dulu yuk siapa tahu uang kita ga cukup"
Bila segera menghabiskan makanannya lalu setelah mengambil dompet dalam tasnya ia bersegera menuju lobi hotel.
Mereka sampai dilobi hotel dan langsung disambut oleh seorang wanita dengan senyum ramah.
"Selamat siang mbak ada yang bisa kami bantu?"
"Ya mbak, kami yang semalam cek in, kamar no 186 maaf mau tanya kami harus membayar berapa ya, kalau kami mau cek out besok pagi"
"Baik mbak, sebentar kami cek dulu, silahkan duduk dulu selagi saya mengeceknya"
Bila duduk dengan perasaan dak dik duk ia harus segera bersiap cek out dan menjadi bahan tertawaan.
"Mbak maaf administrasi untuk untuk cek in semalam sudah dibayar, dan untuk hari ini sampai besok pagi mbak tinggal menambah Rp. 600.000,-"
Bila berdiri dengan muka pucat ia ingat benar ia hanya mempunyai uang sebesar Rp. 500.000,- tidak mungkin ia meminta Fani karena ialah yang mengajak Fani.
Dengan berkeringat dingin ia membuka dompetnya dan terbelalak ketika ia melihat uang didalam dompetnya menjadi begitu banyak.
Ia menghitung lembaran uang itu berjumlah 15 lembar itu berarti Rp. 1.500.000,- Bila gemetar mengambil uang itu dan memberikannya pada karyawan hotel tersebut.
Setelah menyelesaikan pembayaran sewa hotel ia kembali berjalan bersama Fani, dengan menyimpan seribu tanya.
"Fan kok uangku banyak banget ya, prasaan aku cuma punya Limaratus ribu, tapi tiba-tiba ada uang satu juta limaratus ribu, uang siapa ya"
"Lho itu kan didompet kamu, ya uang kamu lah" Fani tersenyum puas dan bernapas lega ternyata temannya tidak mencurigainya.
Bintang telah menampakkan pesonanya berkerlap-kerlip dikegelapan malam, Fani dan Bila memutuskan untuk pergi keluar dari hotel, selain untuk mencari tiket travel mereka juga ingin menikmati malam di kota.
Jam 22.00 mereka kembali ke penginapan, karena kecapekan Bila tertidur dengan pulas Fani keluar kamar setelah memastikan Bila sudah benar-benar terlelap untuk memberi kabar pada Edwin
Edwin yang memang sedang menunggu kabar Bila bisa tersenyum lega, setelah tahu kalau Bila sudah lebih baik.
Hari yang cerah pukul 07.30 Bila dan Fani keluar dari hotel menuju agen travel yang sudah mereka pesan.
Mobil berangkat pukul 08.00 dan samampai di kota mereka pukul 12.00 dikota mereka berpisah karena Fani memang tinggal di daerah pinggir kota, sedang Bila masih harus melanjutkan naik angkutan selama setengah jam untuk sampai ke desanya.
Dua hari sudah berlalu selama itu pula Bila tidak keluar rumah bahkan ia lebih sering mengurung diri di kamarnya, orang tuanya yang bingung melihat perubahan anak gadisnya menjadi bingung.
Mereka bertanya pada Fani namun dari Fani mereka hanya tahu kalau Bila dalam keadaan baik hanya ada sedikit masalah, dan apa masalah tersebut Fani tidak memberi tahunya, karena memang itu bukan wewenangnya memberi tahu.
Sore harinya Fani ke rumah Bila dan langsung masuk ke kamarnya, saat pintu dibuka ia melihat Bila sedang melepaskan sebuah kalung dan didepannya sudah tertata rapi barang-barang yang akan ia masukan ke dalam box.
"Bila kamu lagi apa?"
"Eh kamu Fan, aku lagi ngumpulin barang-barang yang kak Edwin berikan padaku"
Fani melihat barang-barang tersebut ada jam tangan, dua buah kalung, dan satu stel long dres beserta hijapnya "terus barang-barang ini mau kamu apakan?"
"Mau aku balikin, kalau kal Edwin ga mau aku buang aja"
Fani tersenyum sambil merapikan kembali barang-barang tersebut dan mebaruhnya dalam box semuala "Fan kak Edwin ga bakal menerimanya jelas, kalau dibuang sayang gini aja Bila kamu simpen aja dulu, siapa tahu suatu saat kamu akan membutuhkan barang-barang ini"
Bila berpikir cukup lama dan akhirnya ia memutuskan untuk menyetujui saran Fani, ia mengambil Box tersebut lalu menaruhnya di almari paling bawah yang jarang ia buka dan berisi pakaian yang sudah tak terpakai.
"Eg aku denger Khairina mau nikah ya?"
Bila tersenyum mengangguk, Fani memanyunkan bibirnya "Nasip disaat teman kita sudah mau nikah, aku masih jomblo juga Ya....Allah kapan jodoh hamba datang"
Setengah bulan kemudian tiba hari membahagiakan untuk Khairina tiba ia bersanding dengan bahagia bersama Burhan laki-laki yang sudah selama 3 tahun menjadi pacarnya.
Monika saat ini juga sudah bertunangan dan setelah kekasihnya yang bernama Hari menyelesaikan kontraknya bekerja diluar negri mereka juga akan menyusul.
Salsabila yang seharusnya sudah mempunyai tunangan malah batal gara-gara sebuah pengkhianatan (versi Bila tentunya) karena yang sebenarnya hubungan mereka hancur akibat ulah licik Caca.
Hubungan merekapun masih menggantung, salsabila sementara mengganti kontak dan akunnya.
Edwin masih berusaha untuk menghubungi Bila namun ia belum terhubung dengannya, ia hanya mampu bisa bertanya tentang Bila pada Fani.
Minggu berlalu bulan berganti namun hubungan mereka masih menggantung, sekarang Salsabila sudah mulai beraktifitas sebagai seorang mahasiswi, ia kuliah disatu kampus dengan Vani hanya berbeda fakultas Fani mengambil jurusan teknik sedang Bila meneruskan kejuruannya di SMK mengambil jurusan Akuntansi.
Disuatu siang Fani mendatangi Bila membawa kabar dari Edwin ia ingin bertemu Bila dan menjelaskan semua, ia berkata bahwa Edwin sudah memiliki bukti ketidak bersalahnnya.
Sore itu Bila datang ke tempat yang sudah dijanjikan, ia datang dengan hati berdebar antara kekesalan yang tersisa dan rindu yang begitu menggelora.
Sebelumnya
Edwin sudah menunggu bersama Dimas dan Vita, saat Bila sampai ke tempat itu kebetulan Dimas sedang pergi ke toilet.
Vita sedang menghibur Edwin dengan dan untuk menenangkannya ia menggenggam tangan mantan kekasihnya yang saat ini sudah menjadi sahabatnya.
Namun karena situasi itu, Bila kembali salah faham ia menganggap bahwa Edwin meminta bertemu hanya untuk menunjukan kemesraan mereka pada Bila, karena situasi itu Bila membatalkan niatnya ia segera keluar, tapi sialnya ketiaka ia berbalik ia justru menabrak pelayan yang sedang lewat, untung saja pelayan itu tidak membawa makanan jadi keributan itu hanya berlangsung sekejap.
Edwin melihat kearah suara gaduh itu ia melihat gadis berjilbap, ia tahu benar itu adalah Bila ia segera berlari menuju Bila yang terlebih dulu menghindarinya.
Tanpa peduli Edwin mengejar Bila sampai ke parkiran, ia segera menarik tangan Bila dan Bila pun terjatuh dalam pelukannya seketika.
Dunia seakan berhenti berputar, sekejap ketenangan dirasakan oleh Bila ketika ia berada dekat dengan jantung Edwin, namun ia segera meronta dan melepaskan diri dari dekapan laki-laki yang sebenarnya ia rindukan.
"Kak lepaskan"
"Bila aku bisa jelaskan semua"
"Cukup, lebih bail kakak pergi ke mantan terindah kakak itu, lupakan aku"
"Bila... tolong Bil, aku memang sudah menyakiti hati kamu dengan apa yang kamu lihat waktu itu, tapi ini ga seperti apa yang kamu bayangkan Bila"
"Cukup aku ga mau dengar lagi, apa yang aku lihat sudah jadi bukti, dan kakak ga usah mengelak, mulai saat ini tolong lupakan aku berbahagialah bersama mantan dia semoga kalian bahagia"
"Bila" Edwin tak tahu harus begaimana menjelaskan semua ini "aku bisa jelasin"
"Trimakasih tapi simpan saja penjelasan kakak untuk wanita itu, mulai saat ini kita sudah tidak ada hubungan lagi, tolong hargai keputusanku" Ucapan Bila terdengar begitu tegas sembari melepas tangan Edwin "Kak semoga tanpa aku kakak akan lebih bahagia, jadilah laki-laki yang baik, jangan kecewakan orang tua kakak, permisi kak selamat tinggal" ditengah kekesalannya Bila masih mengucapkan kata-kata yang begitu baik sehingga membuat Edwin lebih tersiksa.
Edwin terdiam lemas, takamampu lagi berbuat apapun melihat gadis yang ia cintai pergi dari hadapannya, bahkan ia meminta Edwin pergi dari hidup dan hatinya.
Luka lama Edwin seakan bernanah lagi dengan keputusan Bila, kehilangan wanita yang ia cintai bahkan luka itu lebih dalam dari saat ia kehilangan Vita.
Huf... akhirnya kata putus keluar dari mulut Salsabila, tapi diwaktu yang salah, jadi kasihan sama kak Edwin deh.