Descargar la aplicación
88.23% Andika Kisana / Chapter 15: Persiapan part 1

Capítulo 15: Persiapan part 1

Satu Minggu setelah itu, tepatnya di hari Minggu. Akna memanggil semua murid Sekolah Samaara untuk berkumpul di sekolah. Semua murid berkumpul di kelas, menunggu murid lain yang belum datang, Akna juga berada di kelas menunggu murid lain.

Andika masuk ke dalam kelas dengan wajah kusam dan baju yang kotor. Andika berjalan menuju mejanya lalu duduk.

"Andika kau kenapa? Wajahmu seperti bapak-bapak habis pulang ronda," tanya Maya.

"Entahlah, sepertinya aku kurang tidur,"

"Baiklah, apa sudah berkumpul semua?" tanya Akna.

"Sudah pak," semua murid menjawab kompak.

"Aku punya pengumuman penting untuk kalian. Besok kita akan ikut Turnamen Nasional,"

Murid-murid terdiam karena pengumuman mendadak Akna, kecuali Andika yang tertidur di mejanya.

"Baiklah, sekarang kita pindah ke ruang latihan," Akna berjalan menuju ruang latihan bersama muridnya.

Maya membangunkan Andika yang tertidur pulas di atas mejanya. Andika bangun namun saking mengantuknya dia jalan terhuyung-huyung dan dia terjatuh.

Di ruang latihan. Akna menyeleksi murid-muridnya dengan cara bertanding, barang siapa yang paling banyak mengalahkan temannya dialah yang akan mengikuti turnamen nanti.

Beberapa jam kemudian.

"Baiklah setelah melihat hasilnya, yang akan ikut adalah Yatno, Maya, Rama, dan Andika," kata Akna.

Beberapa murid kecewa karena tidak bisa ikut turnamen tetapi Akna menjanjikan kepada mereka akan menonton turnamen itu bersama-sama. Akna memberikan pesan kepada Andika, Maya, Rama, dan Yatno agar menjaga kesehatannya sampai besok turnamen tiba. Setelah Akna merasa cukup memberikan pengarahan untuk besok dia mengizinkan murid-muridnya pulang.

Di jalan.

"Menurutmu bagaimana tentang turnamen yang di bilang pak guru tadi?" Kata Maya bertanya kepada Andika dan Rama.

Rama menatap Andika.

"Kenapa kalian berdua menatapku?"

"Kami ingin tahu dari anak bersangkutan," kata Rama.

"Aku juga tidak tahu. Satu Minggu lalu aku diberikan tugas oleh ayahku setelah tugasku selesai aku pulang dan sampai di rumah Sabtu malam. Aku tidak diberi tahu apapun."

"Lagi pula kenapa ya mendadak sekali?" tanya Maya.

"Mungkin ayah Andika ingin melihat seperti apa perkembangan kita dalam bela diri berpedang," kata Rama.

"Mungkin sih. Tapi kenapa harus di hari libur," kata Maya.

"Entahlah," kata Rama.

Sesampainya di persimpangan jalan mereka berhenti berbincang dan pulang ke rumah mereka masing-masing.

Pagi hari yang cerah, di sekolah Samaara. Semua murid menunggu Andika yang belum datang.

"Andika ke mana ya? Kok, belum datang," tanya Maya.

"Dia memang biasa terlambat, tenang saja dia pasti datang," kata Yatno.

Andika datang, berjalan santai. Dia masih menggunakan pakaian kemarin, menggunakan kaos putih didobel kemeja panjang berwarna merah tidak dikancing dan celana panjang berwarna hitam. Tetapi Andika membawa dua jenis pedang yang dia bawa di pinggangnya.

"Kau ini, kau tahukan sekarang jam berapa?" tanya Yatno.

"Jam tujuh," Andika menggaruk kepalanya lalu menguap.

"Iya benar tetapi kenapa kau masih memakai baju kemarin," kata Rama.

Andika menguap, "maaf aku baru bangun."

Maya memperhatikan pedang yang dibawa Andika, "Andika, kau membawa pedang banyak sekali apa tidak berat?" Maya bertanya karena penasaran.

"Tidak, aku sudah biasa."

"Aku tidak pernah melihat dua pedang itu sebelumnya, sepertinya berbeda dengan pedang yang kau gunakan saat bertarung dengan ayahmu?" tanya Yatna

"Iya aku baru tahu kalau kau pengguna ganda campuran," kata Rama.

Rama berkata seperti itu karena Andika membawa satu pasang pedang bermata tajam satu dan satu pedang bermata tajam dua.

Satu pasang maksudnya panjang dan pendek.

"Sebenarnya aku tidak suka menggunakannya," Andika mencabut pedang bermata tajam dua dari sarung pedangnya, "tapi entah kenapa aku mau membawanya keluar untuk jalan-jalan. Lagi pula ini bukan pedang milikku." Andika menyarungkan pedang itu ke sarungnya kembali.

Akna datang menghampiri murid-muridnya, "bagaimana apa sudah berkumpul semua?"

"Iya," mereka menjawab dengan kompak.

"Baiklah ayo kita berangkat,"

Di Stadion Sargamra, tepatnya di pintu masuk luar.

"Baiklah setelah ini kalian akan bersama Yatna menonton pertandingan di bangku penonton," kata Akna.

"Kenapa?" Tanya salah seorang murid.

"Karena akulah yang akan menjadi komentator pertandingan ini. Maaf ya,"

Semangat murid-murid menurun karena tidak dapat menonton bersama guru tercinta mereka.

"Tenang saja aku akan memanggil kalian nanti dari atas sana," kata Akna.

Maksudnya adalah menyapa dari kursi komentator, karena tempat komentator berada di atas bersebelahan dengan tempat khusus para petinggi kerajaan.

Akna pergi meninggalkan murid-muridnya.

"Jadi bagaimana?" tanya Maya.

"Bagaimana apanya? Kami akan menonton dan mendukung kalian di bangku penonton semangat ya," kata Yatna. "Ayo teman-teman kita pergi," Yatna pergi bersama murid-murid lain meninggalkan mereka berempat.

"Jadi bagaimana ketua kelas?" tanya Andika kepada Yatno.

"Jangan tanya kepadaku, aku juga tidak tahu," balas Yatno.

Datang murid-murid dari Khusus militer menghampiri mereka.

"Hei kalian sedang apa, pengambilan nomernya sudah mau dimulai lho," kata Kaguya, datang bersama rombongan kelas S.

Andika, Maya, Rama, dan Yatno tidak mengerti kata-katanya.

"Aduh, memangnya guru kalian tidak memberi tahu?"

Mereka berempat menggeleng.

"Baiklah ikutlah denganku," Kaguya menatap teman-temannya yang lain, "kalian yang tidak ikut turnamen langsung ke bangku penonton saja, dukung kami ya," mengepalkan tangannya.

Mereka bersorak dan menyemangati Kaguya, Salsa, Fadla, dan Megina. Setelah itu pergi meninggalkan mereka berempat menuju bangku penonton.

"Baiklah kalian ikutlah denganku," Kaguya memimpin jalan di depan, mereka berjalan menuju ruangan besar.

"Andika, mereka berdua adikmu bukan?" Yatno bertanya kepada Andika saat berjalan.

"Iya, kenapa memangnya?"

"Bukannya berbahaya jika kita bertemu melawan mereka nanti,"

"Tenang saja aku yang akan menghajar mereka berdua, sisanya aku serahkan kepada kalian," kata Andika.

"Hanya kau yang bilang seperti itu. Tapi aku dengar rumor tentang Kaguya, dia bisa mengendalikan lima roh ~" Yatno melihat Andika menutup telinga dengan kedua tangannya, "kau kenapa Andika? Kau jangan-jangan."

"Tidak, aku hanya tidak suka kalau pedangku tidak bisa menebas sesuatu," berkata sambil terus menutup kedua telinganya.

"Kau memang sulit dimengerti Andika. Lalu bagaimana caranya kau bisa bertanding melawan dua adikmu?"

"Tenang saja selama kita minta ke Djumadie pasti bisa,"

"Kenapa harus bawa-bawa dia?"


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C15
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión