Descargar la aplicación
85.96% Re:START/if / Chapter 48: Great War Records 16 - Api, kebohongan, dan peran III

Capítulo 48: Great War Records 16 - Api, kebohongan, dan peran III

Di dalam tempat yang memiliki lantai sepenuhnya putih, Proten membuka matanya dan melihat langit gelap yang terbentang luas dan begitu kelam. Perempuan berambut putih tersebut mengenakan gaun putih polos panjang sampai mata kaki, kedua tangannya yang tadinya hancur kembali utuh dan wajahnya tidak terdapat luka bakar parah.

Duduk dengan wajah bingung memeriksa semua hal tersebut, Ia mulai melihat sekitar tempatnya berada. Tempat itu benar-benar kosong, penuh warna putih dan langit kelabu yang terlihat sepi. Berdiri dan berusaha mencari seseorang di tempat tersebut, sosok kakaknya muncul dengan sendirinya di hadapan.

Mavis menatap lurus. Rambut pirang wanita itu berkibar tertiup angin yang tidak jelas datangnya dari mana. Ia mengenakan gaun yang sama dengan Proten, tetapi lebih terlihat mewah dengan renda di bagian bawahnya.

Melihat hal itu, rasa iri yang tak terhindarkan menyerang benak Proten. Dirinya tidak menyukai sisi kakaknya yang seperti itu, selalu lebih indah dan menarik darinya, dan mendapatkan segala hal yang tidak dimilikinya.

"Maafkan aku ..., adikku .... Aku tak tahu kalau kau merasakan hal seperti itu saat melihatku dekat dengan Dart .... Aku sungguh menyesal ..., memintamu terus berbohong dan melukai perasaanmu ...."

Proten hanya terdiam mendengar perkataan tersebut. Ia tidak bisa membalas, kata maaf tidak Ia butuhkan sekarang. "Semuanya sudah terlambat .... Aku ..." Air mata mulai membasahi pipi perempuan berambut putih tersebut. Menatap dengan penuh kesedihan, perkataan yang ingin diucapkan seakan tidak bisa keluar dari mulutnya dan hanya tangis yang ada.

Melihat adiknya penuh dengan kesedihan, Mavis berjalan mendekat dan memeluknya dengan erat. Layaknya seorang kakak, Mavis memberikan kehangatan pada hati Proten yang penuh dengan dinginnya rasa dengki. Mereka menangis, mengungkap semua hal yang terpendam dalam hati.

"Aku ingin bersama dengannya! Aku ingin dia melihatku! Aku ingin dia hanya melihatku! Kenapa yang dibicarakan Dart hanya kakak terus! Aku .... aku ... Aku ingin terus bersamanya ...."

"Aku juga ingin terus bersamanya .... Aku ingin terus bersama kalian, terasa dan berpetualang bersama .... Melihat hal-hal baru, berbincang kecil dan sesekali bertengkar ...."

Mavis tambah erat memeluk Proten, berharap bisa meringankan rasa sakit dalam benak adiknya. Ia sendiri juga sadar apa itu rasa dengki dan cemburu yang dirasakan adiknya itu, dirinya yang selalu berakting masih cacat mental di depan Dart juga merasa dengki dan cemburu saat melihat adiknya tersebut berbicara riang dengan pria yang mengisi hatinya dengan bebas.

"Tenang saja ..., adikku tercinta .... Semuanya akan engkau dapatkan .... Sebentar lagi semuanya akan berakhir dan awal baru akan datang ...."

Mavis melepaskan pelukannya, lalu melangkah mundur. Berdiri dan menatap dengan wajah berlinang air mata, Ia kembali berkata, "Giliranku telah habis .... Sekarang engkau akan mengisi tempat itu ..., di sampingnya ...." Sosok Mavis mulai transparan, tubuhnya mulai menjadi sepihan cahaya yang melayang ke udara dan menghilang.

Melihat itu, Proten sadar maksud perkataan kakaknya. Rasa takut langsung mengisi benak perempuan berambut putih tersebut, dengan jelas Ia merasa tak ingin kehilangan kakaknya. Memang Proten selalu berharap untuk bisa menggantikan tempatnya, tetapi dirinya perah tidak mengharapkan Mavis menghilang. Tidak pernah sekalipun mengharapkan hal tersebut.

"Kak Mavis .... Kakak!!" tangannya berusaha meraih Mavis yang mulai menghilang. Tanpa bisa menyentuhnya lagi, tubuh Mavis hancur menjadi serpihan cahaya yang melayang terbawa angin ke udara.

Tangan yang diulurkan hanya meraih kehampaan, sama seperti apa yang dirasakan Proten dalam benak. Dalam hitungan detik, tempat tersebut berubah gelap sepenuhnya dan penglihatan benar-benar direbut darinya. Jauh dan tenggelam dalam kegelapan, perempuan berambut putih itu menangis, merengek penuh penyesalan.

"Kenapa ... kenapa harus seperti ini .... Aku hanya ingin ... dia melihatku, aku juga ingin kakak tetap berada di dekatku ...."

Proten sadar apa yang diinginkannya sangatlah egois. Seperti dirinya mengharapkan posisi Mavis, Ia juga ingin bersama dengannya dan tetap berdiri di sisi Dart. Perasaan itu begitu tulus berasal dari lubuk hati, tetapi pada saat yang sama itu begitu keji dan menjijikkan karena mengharapkan bisa masuk ke dalam hubungan orang lain.

Setitik cahaya tiba-tiba terlihat. Berharap itu adalah kakaknya, Ia mengulurkan tangan dan berusaha meraihnya. Cahaya tersebut semakin besar, begitu hangat dan membara rasa tenang di dalam kegundahan. Sebelum dirinya benar-benar sadar, seseorang menariknya keluar dari kegelapan pekat. Sosok yang menariknya keluar dari kegelapan adalah pria yang sangat dikenalnya. Memiliki tatapan mata hitam yang tajam, begitu lurus dan menatap tajam ke arahnya.

Dart menarik Proten keluar dari dalam kristal ungu inti monster raksasa yang telah dipecahkan. Bingung dengan apa yang terjadi, Ia hanya terdiam tanpa bisa menggerakkan tubuhnya yang kaku. Dart langsung memeluk Proten dan memanggulnya, merasakan kehangatan itu Ia sejenak memejamkan mata. Kehangatan yang ada di dirasakannya bukan hanya karena suhu tubuh pria itu, melainkan juga darah yang mengalir dan aura biru gelap darinya.

Memegang Proten dengan erat, Dart segera meloncat mundur dan menjatuhkan tubuhnya ke bawah. Melihat sosok raksasa berbentuk mengerikan dan kota yang telah rata dengan tanah, Proten langsung paham apa yang telah terjadi.

Tiba-tiba dalam kelapanya berdenyut sesuatu yang aneh. Bukan hanya memahami situasi yang ada, dalam diri Proten pengetahuan dan ingatan yang seharusnya tidak dimilikinya mulai mengisi kesadaran perempuan itu. Ingatan, pengetahuan sihir, perasaan, dan bahkan apa yang pernah dipikirkan Mavis masuk ke dalam diri Proten dengan cepat. Memenuhinya dan membuat dirinya menitikan air mata.

"Apa ... ini? Kakak ...."

Saat Proten masih bingung, Dart telah mendarat di bawah dan langsung menurunkan perempuan tersebut. Melihat ke arah pria yang rambutnya sudah memutih sebagian itu, Ia bertanya, "Tuan Dart ..., sebenarnya apa yang telah terjadi?" Dart terkejut, Fiola yang berlari ke arah mereka memasang wajah tidak percaya mendengar pertanyaan keluar darinya.

"Ke-Kenapa kalian diam? Ada apa?"

"Nyonya ....."

"Mavis ...."

"Apa yang kalian bi―"

Melihat warna pirang rambutnya sendiri yang terjuntai, Proten sadar apa yang telah terjadi. Melihat kedua tangannya dengan penuh rasa takut, Ia mematikannya. Proten berada di dalam tubuh Mavis. Tangan kanan yang masih mengeluarkan darah, luka pada punggung. Meski dirinya sekarang tidak mengenakan pakaian sama sekali, Ia langsung sadar luka-luka tersebut milik siapa, dan perasaan serta semua ingatan yang ada dirinya rebut dari siapa.

"Tubuh ini .... Tidak mungkin ..., kakak .... Hal seperti ini ... benar-benar ...."

Air mata mengalir membasahi wajah Proten, Ia paham sepenuhnya dengan apa yang telah terjadi. Informasi dari tubuh yang dipakainya dengan cepat mengisi kesadaran dan memberitahukan semuanya. Dengan tubuh lemas, Ia mulai bangun dan menghadap ke arah monster yang masih belum tumbang sepenuhnya.

Monster raksasa bersayap daging dan bulu itu kehilangan satu kepala, bentuknya mulai kacau dan tidak bisa mempertahankan wujudnya di dunia nyata. Tetapi bukan itu yang menjadi ancaman, melainkan makhluk-makhluk yang ikut datang dari pusaran awan yang masih terbuka dan terhubung dengan dimensi para Iblis.

Mendapat informasi dan pesan dari kakaknya melalui tubuh yang ditempati dirinya tersebut, Proten menerima peran dan kesempatan yang diberikan padanya. Mulai detik itu Proten berhenti menjadi dirinya sendiri, Ia kehilangan hak untuk menjadi dirinya sendiri dan harus menjadi Mavis. Hanya pilihan itu yang tersisa darinya karena merebut segalanya dari kakaknya.

Melangkahkan kakinya ke depan, sepasang sayap bulu mulai keluar dari punggung wanita berambut pirang tersebut. Halo dari cahaya muncul di atas kepala, bersinar terang bersamaan dengan pancaran kekuatan suci yang sangat kuat. Tubuhnya mulai terangkat dan melayang ke atas.

Dart berusaha meraih tangannya, tetapi rasa takut akan perubahan sikap Mavis membuat langkah kakinya terhenti. Ia dengan Fiola hanya bisa melihat, sosok tersebut melayang dan menghadapi monster raksasa yang kembali ke sifat Iblisnya setelah unsur malaikat ditarik keluar.

"Kakak .... Kalau memang itu peran yang kau berikan padaku ..., aku akan memenuhinya. Malai sekarang diriku adalah Mavis Luke .... Sang Penyihir Cahaya dan istri Sang Ahli Pedang .... "

Makhluk-makhluk seperti burung yang tubuhnya terbentuk dari daging dan tentakel menyerang Mavis. Tetapi tanpa bisa menyentuhnya, mereka langsung terbakar menjadi abu saat terpapar cahaya terang yang terpancar dari tubuh wanita berambut pirang tersebut.

Melayang di hadapan monster menyedihkan yang bentuknya semakin menjijikkan dan kacau, dalam benak wanita itu merasa kalau wujud monster itu sangat mirip dengan dirinya. Begitu menjijikkan dan mengerikan, sifatnya begitu kotor dan tidak terselamatkan, sama seperti rasa dengki dan cemburu yang selalu dirasakannya.

"Selamat tinggal .... Maaf .... Kakak"

Wanita berambut pirang tersebut melakukan manifestasi malaikat penuh dan masuk ke bentuk aslinya. Dua pasang sayap berbulu muncul lagi dari pundaknya dan terbentang lebar. Bulu-bulu bercahaya terang bertebaran, memenuhi langit kota yang sudah rata dengan tanah tersebut. Dengan keenam sayap yang ada, Ia mulai membentuk struktur sihir dalam sekala besar dan jangkauan luas yang menutupi langit tempat tersebut.

Sebelum mengaktifkan sihir, cahaya melesat dari salah satu sayapnya dan mengarah ke Fiola dan Dart. Tubuh kedua orang tersebut terbalut pelindung cahaya terang, tak tertembus seperti cangkang keras. Cahaya kembali terpancar dari salah satu sayapnya, kali ini mengarah ke Julia yang tergeletak tidak sadarkan diri di atas atap kuil utama dan memberinya pelindungan juga.

Sayap-sayapnya terus memancarkan cahaya yang melesat ke arah semua di kota yang masih hidup. Tidak hanya memberikan pelindungan, cahaya yang menyelimuti mereka juga menyembuhkan luka-luka yang ada dan memulihkan stamina.

Melanjutkan pemrosesan sihirnya, ratusan Rune berbentuk tidak biasa mulai bergerak memutarinya dalam puluhan struktur sihir yang tergabung dalam satu kesatuan. Lingkaran sihir raksasa tercipta di langit, pancaran terang darinya menyingkirkan awan mendung dan menutup gerbang Iblis pada pusaran awan secara paksa.

Menyatukan kedua tangannya seperti berdoa, Ia mengaktifkan sihirnya sekala luas tersebut. Ia memutar posisi telapak tangannya yang disatukan, menumpang tindih tangan kanan ke atas tangan kiri secara horizontal di depan dada. Dalam hitungan detik, cahaya terang dari lingkaran sihir terpancar ke bawah semakin kuat dan membakar semuanya. Itu adalah sihir radiasi jangkauan luas, merusak segala makhluk hidup yang terkena paparan cahayanya.

Dalam hitungan kurang dari sepuluh detik, segala makhluk hidup yang tidak terlindung cahaya yang diberikan wanita berambut pirang itu terbakar habis oleh sinar radiasi kuat. Tubuh para monster Iblis menggumpal, lalu meleleh menjadi daging lembek dan berjatuhan. Tidak luput dari paparan cahaya, monster raksasa yang menjadi pusat kekacauan ikut hancur tubuhnya dan benar-benar lenyap dari dunia.

Pada detik itu, langit benar-benar bersih dari makhluk-makhluk kegelapan dan cahaya terang menyinari kota dengan agungnya.

Sihir radiasi terhenti, cahaya mulai meredup dan menghilang. Saat lingkaran sihir raksasa yang meliputi seisi kota lenyap, bentuk manifestasi malaikatnya terlepas dan tubuh rapuh wanita itu terjun bebas dari ketinggian. Dart segera berlari ke arahnya, lalu menangkap istrinya tersebut.

"Mavis ...."

Di bawah cahaya matahari yang mulai menyinari daratan, pria itu berdiri membopong wanita berambut pirang itu dengan wajah penuh rasa lega. Pada momen itu, kekacauan dan malapetaka yang melanda kota benar-benar berakhir. Tragedi itu juga menjadi akhir dari perjalanan Party yang pria itu pimpin, dan menjadi akhir dari sebuah perjalanan menuju awal yang baru.

Di tengah kota yang porak-poranda, pria bernama Dart Luke tersebut mendongak melihat langit yang mulai cerah. Menitikan air mata, Ia memasang senyum penuh rasa lega seraya kembali wajah istrinya.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C48
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión