Lingkaran mata panda terbentuk sudah, untuk anak seusiaku itu mengherankan.
Tidur tengah malam, bangun menjelang subuh.
Setiap kali terlelap, setiap itu juga aku terjatuh. Dadaku sering berdesir perih dan hampa.
Suatu kali aku tidur sebelum jam dua belas, baru saja terlelap aku bermimpi berlarian dipadang bunga.
Rumputrumput berwarna hijau muda dengan berbagai warna bunga. Aku berbaring diatas bukit... tibatiba bukit itu terbalik dan aku jatuh dilubang gelap, sangat gelap dan terus jatuh.
Aku mencoba bangun tapi tetap tak terbangun, berteriak pun tak ada suara yang keluar.
Akhirnya aku pasrah sembari berharap ada pijakan dikakiku.
Aku masih merasakan desir udara yang bertabrakan sengan tubuhku meski mata terpejam.
Tibatiba sebuah kulit halus mengengam tanganku.
Dadaku berdentam kencang... ku buka mataku.
Seorang gadis kecil berwajah bule tersenyum.
"Kamu siapa?" aku bertanya takjub setelah dia mengangkat tubuh kurusku.
Dia tersenyum hanya tersenyum.
Perlahan tubuhnya merupa kabut.
Hatiku sakit melihatnya menghilang, aku tergugu hingga terbangun dari mimpi.
.
.
Dua hari kemudian dia perempuan kecil itu datang lagi, lagi dan lagi. Namun dia tidak pernah berkata apaapa.
Sesekali dia memelukku, kadangkadang dia membawakanku bunga. Bahkan dia sering membantuku memecahkan rumus matematika yang rumit.
Jadi dimanapun jika aku kesulitan, aku tidur sekejap. Dia datang dan memberitahuku caranya. Namun tanpa katakata.
Suatu ketika kakak kelas mengejekku, katanya aku tidak punya bapak, tidak ada ibu.
Saat aku melihat ke arahnya, dia tibatiba menangis kencang. Lalu gadis kecil dalam mimpiku datang dan membenturkan kepalanya ditembok.
Aku terkejut, bahkan dalam nyatapun dia datang. Membelaku?
.
Mau tidak mau bapak datang ke sekolah. Membayar ganti rugi anak yang kepalanya terbentur didinding.
Meski mereka tidak menemukan bukti bahwa aku yang membenturkan kepalanya (karena tubuhku terlalu kecil untuk menang melawan kakak kelas)
Namun semua orang tau, dia mengejekku sebelum kejadian. Jadi hanya aku yang berpotensi membuat kepalanya dapat delapan jahitan.
Aku protes, tapi apalah arti protes seorang bocah.
Rasanya geram melihat bapak memberi setumpuk uang pada orang tua kakak kelas. Aku saja tidak pernah memegang uang segitu banyak.
.
Saat pulang aku gemetaran melihat bapak memandang lurus padaku, aku hanya menunduk dalam2. Aku siap dihukum meski bapak tidak pernah memukul.
Aku tau, kesalahan terbesarku adalah membuat dia terpaksa datang kesekolah karena kenakalanku.
Tibatiba bapak memelukku lalu berkata.
"Ini anak bapak,"
Aku menengadah tak mengerti
Bapak tertawa "Anak bapak harus bisa mempertahankan marwah keluarga, bapak bangga," katanya lagi
Meski tidak mengerti, rasanya ada yang mekar didalam dada. Bapak terlalu tegas, bahkan untuk bicara saja sangat jarang.
Tapi kali ini dia memujiku untuk kesalahan yang mengerikan?
Pertama kali dalam hidup bapak mendukungku dipundaknya. Dia membawaku seperti mendukung juara tinju kelas dunia. Wajahnya cerah dan tampan.
Aku kehilangan katakata.