Mereka sangat merindukan satu sama lain dan semua kesedihan selama sepuluh tahun yang selama ini mereka tanggung sendiri di dalam hati akhirnya meluap tanpa dapat ditahan lagi. Akhirnya Alaric menghentikan ciumannya dan melonggarkan pelukannya untuk menatap Aleksis dengan penuh keharuan.
Keduanya saling memandang dengan takjub dan mata yang basah. Tidak ada yang sanggup berkata apa-apa, karena terlalu banyak yang ingin diungkapkan tetapi tidak satu kata pun dapat mewakili perasaan bahagia keduanya.
Ketika Aleksis bergerak hendak melangkah tanpa sadar ia mengeluh kesakitan. Aleksis baru menyadari telapak kakinya terluka. Karena tadi terburu-buru mengejar Alaric ia melepaskan sepatunya yang menganggu, dan kini kakinya terluka oleh berbagai ranting dan kerikil yang dilaluinya di sepanjang jalan.
"Oh.. kakimu terluka.." Alaric yang mendengar Aleksis kesakitan buru-buru bersimpuh dan memeriksa kakinya. "Kenapa kau melepas sepatumu?"
Maapp... kemarin ketiduran begitu selesai kerja. Bangun2 udah pagi aja nih..
Saya nanti malem update 1 bab lagi ya. Ini mesti pulang dulu, terbang lagi ke Jakarta.