Marion yang melihat wajah kecut Terry segera menepuk bahu pemuda itu dan tertawa kecil, "Tidak usah takut, kami tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu."
Kata-katanya sama sekali tidak membuat Terry tenang. Saat Lauriel menatapnya dalam-dalam dan mengangguk, barulah ia menarik napas lega. Kalau Lauriel yang menjamin, ia bisa percaya.
Terry keluar dari hotel Continental dan segera mengendarai mobilnya ke kampus. Ia harus menyerahkan beberapa laporan sebelum dapat mengajukan film-nya untuk penilaian akhir para dosen.
Suasana di kampus St. Mary siang itu tampak sangat meriah dan semua mahasiswa yang melihatnya datang tampak sangat kagum. Sebelum ini Terry sudah sangat populer di kampus, bukan hanya karena ia merupakan siswa berprestasi, ia juga dari keluarga kaya, ia tampan dan sangat berbakat terutama di bidang teater dan film.
Duh.. kalau tahu mereka peduli kepada Aleksis, jangan dimanfaatin dong, Paman Rory... hiks.
Kok gitu sama anak sendiri...
PS: Saya lagi kerja di Malang nih. Maaf ga sempat update dan ga sempat kasih kabar. Kemarin udah beli tiket pesawat utk terbang ke Malang... astaga saya baru ingat teman dekat saya ternyata kawin kemarin sore!! Saya salah ingat tangggal.
Terpaksa tiket ke Malang jadi hangus, dan saya ke kawinannya dulu, trus tepar, dan subuh tadi langsung terbang ke Surabaya dan buru2 jalan ke Malang (lewat jalan darat). Pfff... capek juga ya.
Ini bab hari ini. Saya usahain update lagi. tapi ga bisa janji... huhuhu.
Yang mau ketemu saya di Transmart tar sore, yuuukk.. email saya aja di vina.andrea@gmail.com