Adam dan Klarisa telah terbang menuju jakarta, mereka berdua tiba di bandara dan langsung pergi ke apartemen untuk membersihkan diri mereka terlebih dahulu sebelum akhirnya pergi menuju Bandung, untuk menemui kedua orang tua adam yang sudah sangat mencemaskan adam selama satu bulan terakhir ini.
"Adam, apa orang tuamu tidak akan terkejut jika kamu membawaku bersama ke rumahnya, mengingat bagaimana kita melawan perkataan mereka saat terakhir kali itu, aku sepertinya tidak memiliki keberanian untuk bertemu mereka sekarang, aku mohon, berikan aku waktu untuk tidak bertemu mereka saat ini juga, kamu ke bandung malam ini sendiri dulu, dan perbaiki lah hubunganmu dengan mereka, baru nanti aku akan menemui mereka dan semoga ibu dan ayahmu tidak begitu marah padaku jika mereka sudah bisa memaafkanmu".
Klarissa membujuk adam untuk tidak membawanya ke Bandung malam itu untuk menemui ayah dan ibu mertuanya, karena malu dan takut, mengingat bagaimana klarisa bersikap sangat tidak sopan ketika pak gunawan memintanya untuk tidak mengikuti keinginan adam bercerai dengannya.
"Baiklah ,,, lakukan apapun yang membuatmu nyaman, aku akan berusaha membuat mereka memaafkan kita, kalau begitu aku berangakat, jaga dirimu". Kemudian adam memeluk dan mencium kening klarisa istrinya.
Hubungan adam dan klarisa sudah lumayan berjalan cukup jauh setelah beberapa hari mereka menghabiskan waktu berdua saat liburan adam kemarin.
Meskipun hubungannya belum jauh seperti apa yang di jalani oleh sepasang suami istri, namun mereka sudah cukup saling memahami satu sama lain dengan sabar menunggu momen dimana mereka benar-benar merasa siap dan saling menerima satu sama lain dengan semua resiko yang akan di jalani dalam hubungan keluarga kecil mereka.
Kesepakatan untuk saling sabar menunggu kesiapan itu, mereka utarakan saat adam dengan percaya diri meminta klarisa untuk menjadi miliknya seutuhnya, adam ingin membuktikan bahwa dirinya sudah siap untuk menjadi seorang suami klarisa dan ayah dari keturunan yang akan di dapatkan dari hubungan mereka.
Bukannya marah, adam sebaliknya menjadi semakin kagum kepada klarissa, menurut adam, klarissa tahu apa yang dia inginkan dan mengikuti kata hatinya, di saat dia memang belum yakin dengan perasaannya, maka hubungan itu tidak bisa di paksakan, cara satu-satunya menunggu sabar sampai perasaan yang membuat semuanya jadi indah itu akan muncul di hati mereka berdua, karena faktanya adam sendiri belum sepenuhnya tahu perasaan apa yang ia miliki untuk klarisa sebenarnya.
"Kamu hati-hati di jalan, kabari aku sesampainya disana!!??? aku menunggu kabar kamu". Adam kemudian keluar dari apartemen dan klarisa langsung masuk ke kamarnya sambil meraih ponselnya.
"Ayah, apa ayah akan datang ke acara pernikahan putranya Mr Henry ??" klarisa menelpon ayahnya dan bertanya soal rencana undangan tentang pernikahan bayu.
"Ayah datang, kamu dimana??? kenapa begitu sulit untuk di hubungi, apa kamu sudah menemukan suamimu????" ayah klarisa kemudian tertawa kecil karena tahu apa yang sedang putrinya lakukan.
Ayah Klarisa mengirim orang untuk mengikuti klarisa ke lombok kemarin saat menemui adam disana.
Sampai tiba pada saat adam dan klarisa terlihat makan malam bersama disana oleh orang suruhan pak nasution, dia langsung mengirimkan foto mereka berdua kepada Pak Gunawan.
Jadi sebenarnya sudah dua hari terakhir ini pak nasution dan pak gunawan sudah tahu kabar putra putri mereka.
Perasaan senang dan haru mereka berdua rasakan, membuat orang tua angkuh dan keras kepala seperti pak gunawan dan pak nasution tersadar, bahwa yang mereka lakukan selama ini dengan terus memaksakan kehendak mereka kepada putra putri yang sebenarnya memiliki mimpi tentang kehidupan yang mungkin berbeda dengan impian mereka sebagai orang tua.
Di foto itu baik adam ataupun klarisa terlihat tersenyum bahagia, pak gunawan sampai berkata pada istrinya yang sedang sakit dan langsung membaik kondisinya setelah melihat foto putranya yang menghilang selama satu bulan itu, "Ayah belum pernah melihat senyum adam selebar ini, dia begitu terlihat bebas dan bahagia bersama klarisa" Air mata sedikit menetes di pipi pak gunawan saat menyadari bahwa putranya tidak pernah terlihat tersenyum apa lagi tertawa bebas seperti anak-anak muda lain yang hidup sesuai dengan keinginannya.
"Dia begitu terlihat manis, dia adalah adam putraku, dia adam yang aku lihat di usianya yang masih sangat muda, bawa kembali putraku dengan senyumannya yang sama persis seperti ini, aku mohon padamu!!! lepaskan dia dari semu jajahanmu, dari semua ambisimu selama ini, dia anak yang baik, dia akan patuh padamu tanpa kamu paksa, tunggu dia dengan sabar hingga dia tumbuh benar-benar dewasa dan memahami apa yang kamu inginkan darinya sebagai seorang putra, aku mohon !!!!".
Ibu Adam menangis sambil mencium foto adam di ponsel suaminya. Dia tahu betul adam putranya tidak bahagia hidupnya selama ini, dan melihat senyumnya begitu indah di foto itu membuatnya ingin menebus dosanya sebagai ibu yang tidak mampu memberikan senyuman manis itu di hidupnya selama ini.
Pak Gunawan dan istrinya berpelukan dengan air mata mereka berdua yang merasa bersalah pada anak mereka yang selalu di jajah oleh semua keinginan mereka sebagai orang tua, adam seperti hidup sebagai robot orang tuanya selama ini, masa mudanya hilang, kisah cintanya kandas, kebahagiaannya lenyap karena ambisi mereka.
"Aku janji akan membawa putra kita kembali dengan senyuman persis seperti di foto ini, cepat sembuh dan ayo kita pulang ke rumah, menunggu kedatang putra kita dan menantu kita klarisa". Pak gunawan berjanji pada istrinya dan memberikan semangat agar ibu adam segera sembuh dan pulang dari rumah sakit.