Pagi itu suasana di kampus terasa berbeda, dua hari kemarin saat kinan tiba disana, selalu ada seseorang bersamanya, "dia sudah benar-benar pergi, aku bahkan tidak mengatakan sesuatu yang pantas untuknya selain meminta dia untuk menjaga dirinya, aku tidak tahu apa yang ingin dia dengar dariku, aku merasa tidak ingin dia pergi membawa beban yang akan mengganggunya disana", sambil berjalan melewati taman tempat dimana kinan dan adam menorehkan kenangan manis disana, ia berbicara pada dirinya sendiri. Tak ada air mata disana, kinan berusaha menguatkan dirinya dan bersyukur setidaknya keinginan dia untuk bertemu adam terakhir kalinya terpenuhi, "tuhan sedikit baik padaku hari ini, baiklah aku akan berterimakasih pada-Mu, dan jaga dia baik-baik disana". Tidak lupa kinan meminta doa pada tuhan untuk adam.
tiba siang hari dibandara adam telah ditunggu oleh ayah dan ibunya yang sudah lebih dulu tiba, ayahnya duduk dengan muka tenang dan ibu berdiri sambil terus menengok ke arah pintu masuk bandara, ibu mengkhawatirkan adam yang juga tak kunjung terlihat disana, ia takut adam benar-benar kabur karena tidak ingin ikut ke Australia. Pagi itu sebelum keberangkatan semua orang ke bandara, adam telah membuat sedikit keributan di rumah, ia meminta waktu kepada ayahnya untuk mengundur hari keberangkatan, "jika memang benar-benar ayah tidak bisa membatalkan keberangkatanku ke australia, aku minta agar hari keberangkatanku di undur, aku tidak siap harus pergi hari ini, masih banyak urusanku disini yang belum selesai, ayah aku baru lukus dari sekolahku beberapa hari lalu, masa kuliahpun tidak akan langsung di mulai disana, apa yang akan aku lakukan sendiri disana, tidak ada teman tidak ada siapapun, aku mohon undur hari keberangkatanku, beri aku waktu, aku janji akan pergi dan kuliah disana sesuai keinginan ayah" adam memohon dengan tulus kepada ayahnya meminta agar tidak berangkat ke australia hari itu. "jangan bertingkah seperti anak kecil, ayah dan ibumu sudah terlalu sering menuruti permintaanmu, bahkan semua kenakalanmu selama ini selalu ayah ampuni karena ibumu terus meminta ayah memberimu kesempatan, tapi kamu tidak pernah bisa memanfaatkan semua kesempatan yang telah ayah berikan untukmu, kejadian hari itu (wisuda) telah benar- benar membuat ayah malu, disana bukan hanya ada guru-gurumu, tapi disana juga banyak teman-teman dan kolega ayah yang juga anaknya bersekolah disana, kamu tanpa berpikir panjang melakukan hal bodoh itu di tengah-tengah acara yang sangat resmi dan semua orang melihatmu seperti anak bodoh yang tidak memiliki rasa malu dan etika sama sekali. ini bukan cuma hukuman tapi ini juga memang akan ayah lakukan meskipun kamu tidak melakukan itu, bedanya, kamu tidak ayah ijinkan untuk pulang ke indonesia sebelum kuliahmu benar- benar selesai" mendengar ketegasan dari ayahnya yang tidak mungkin bisa diganggu gugat lagi, adam keluar dari rumah berlari tanpa mengatakan satu patah katapun, pergi begitu saja setelah mendengar ayahnya selesai bicara dan menemui kinan di bis pagi tadi.
"Nak, apa kamu baik-baik saja, kenapa ibu telepon kamu tidak di angkat, ibu mencemaskan kamu sayang" ibu langsung mengajak adam berbicara setelah akhirnya putra yang ia tunggu datang ke bandara, sedikit kecemasan ibu hilang. Adam diam saja, dia sama sekali tidak berselera untuk hanya sekedar berbicara saat itu. dia duduk di barisan kursi yang berbeda dengan ayahnya. dia hanya melihat handhonenya, disana ada foto kinan yang sedang ia pandangi, adam sempat mengambil foto kinan saat dia sedang ada di bis, jauh sebelum akhirnya adam bisa berbicara langsung dengan kinan seperti kemarin, itu foto lama saat mereka sama-sama tidak saling menyapa. "Kinan bahkan tidak ingin memberikan nomornya padaku, apa kita benar-benar tidak akan pernah bisa bersama? kenapa kinan begitu sulit untukku dapatkan, dan sekarang aku pergi, ini jauh lebih sulit dari yang ku kira, aaaahhh" adam sedang sibuk dengan suara hatinya, dia kesal kinan tidak memberikan nomor teleponnya saat di bis tadi, sebenarnya adam meminta nomor telepon kinan sesaat sebelum kinan turun dari bis, tapi kinan tidak memberinya "akan lebih baik kita tidak mengetahui kabar masing-masing dari kita, itu jauh lebih membuatku nyaman, aku jadi tidak mengharapkan seseorang untuk menghubungiku setiap waktu, kita tidak perlu saling berhubungan setelah ini" itu sangat membuat adam seperti di lempar ke dasar lautan, usahanya dari kemarin benar-benar hancur berantakan karena kepergiannya ke luar negri, sebelum kinan mengetahui rencana kepergiannya, adam merasa bahwa kinan telah memberikan sedikit sinyal untuknya, tapi apa boleh buat, "kinan berhak marah karena kepergianku ini, semua terjadi begitu mendadak baginya, aku datang dalam hidupnya dan kemudian pergi untuk waktu yang lama, maafkan aku kinan" saat adam tenggelam dalam pikirannya sendiri, ibu meminta adam untuk bangun, "ayo, bangunlah kita harus pergi sekarang, kamu jangan terus melamun seperti itu", Adam bangun dengan lemas, sangat berat baginya untuk melangkah menuju pesawat, "pesawat itu akan benar-benar membawaku pergi jauh dari kinan. semua akan berakhir setelah aku menaikinya" hati adam terus berkata bahwa ia tidak ingin pergi. tapi melihat ibu dan ayahnya yang tidak menghiraukan perasaannya dia tidak bisa mengelub lagi, semuanya hanya akan sia-sia atau dia akan benar-benar menjadi bahan siksaan ayahnya jika terus menghindar dari semua itu.