Tetap suara azan magrib, Syabila dan Adam sampai ke rumah mereka. Awan mulai mendung sedikit gerimis, Syabila membuka pintu mobil dia siap menjulurkan kakinya untuk keluar dari mobil tapi tiba-tiba suara petih menggelegar dengan dahsyatnya. Syabila kaget luar biasa dia mulai menutup telinganya dan mengumamkan sesuatu yang tidak di fahami.
"pergi kalian... pergi.." syok yang ia rasakan siang tadi masih membekas dalam ingatan hingga merobek dinding memore yang telah ia lupakan.
"Syabil.. Bill... kamu kenapa?" Adam mencoba menyentuh kepala istrinya itu, Sejak awal Adam heran melihat istrinya ini, dia seperti orang yang ketakukan tapi dia takut apa.
"pergi... pergi ku bilang..." teriak Syabilla makin kencang.
"kamu kenapa?" Adam menarik paksa tangan istrinya yang di gunakan untuk menutup telinganya itu, saat ini mereka masih di dalam mobil Adam mengurungkan niat untuk turun karena tiba-tiba Syabila bertingkah aneh setelah petir tadi.
"jangan ganggu aku, pergi.." Teriaknya sambil memejamkan mata.
"Syabila.. buka mata kamu dan lihat aku" Adam sedikit menaikan nada suaranya. Pegangan di pergelangan tangan Syabila makin kencang dan mata itu terus saja tertutup dengan bibir yang bergetar Syabila terus saja menggumamkan kata yang tidak di mengerti. Tidak ada pilihan lain ini jalan satu-satunya agar Syabila tenang. Secepat kilat Adam menarik tubuh Syabila mendekap tubuh perempuan itu yang terus saja meronta dan memukul tak tentu arah.
" Syabila... ini aku, kamu aman sekarang" Pelukan Adam makin kencang dan suara tangisan Syabila menyayat ulu hatinya, ada apa dengan perempuan ini? apa saja yang tidak dia ketahui tentang istrinya ini.
Syabila mulai diam dia mulai tenang tapi tangisnya masih terdengar dalam dekapan Adam.
Cukup lama Adam memeluk istrinya itu hingga Syabila benar-benar diam dalam pelukannya, diluar langit mulai menurunkan hujannya tapi masih dalam bentuk bukukan kecil air. Adam mengangkat istrinya dan membawa keluar dari mobil.
***
"Syabila kenapa Dam?" Silla yang membuka pintu rumah kaget melihat Adam datang dengan cara menggendong Syabila dan hal itu tak pernah di lalukannya.
"kamu bisa telpon papa? minta dia untuk kesini" pinta Adam pada Sila
"bisa, tunggu aku telpon" Secepat yang Sila bisa dia menghubungi ayah mereka. Hubungan Adam dan Sila memang sudah mulai sedikit membaik semenjak Ronna sakit dan dia ingin Silla ada di dekatnya.
Adam meletakkan istrinya itu dengan hati-hati di atas kasur. Ada buliran keringat di wajahnya ada gambaran ketakutan yang masih nyata di sana. Adam tidak bisa meninggalkan Syabila karena pegangan perempuan itu cukup kuat di lengan bajunya, padahal mata bening itu sedang tertutup sekarang.
"jangan pergi!" Lirihnya putus asa, Adam menghembuskan nafas dan dia duduk di tepi ranjang itu sambing mengamati istrinya yang mulai hanyun di dekap sang malam.
Cukup lama Afam duduk di situ tak ada niat untuk bangkit atau pun melakukan hal lain, dia merasa damai dengan memandang istrinya itu hingga ketuka pintu membuyarkan lamunannya.
"papa"
"papa langsung kemari ketika kamu meminta papa untuk datang, ada apa Dam"
Adam diam sejenak memandang pak Haikal yang tak lain adalah ayahnya.
"apa ada sesuatu yang tidak ku tahu tentang Syabila?"
Pak Haikal duduk di seberang Adam lelaki yang rambutnya masih hitam legam padahal sudah berusia matang.
"ini mungkin akan menyakiti salah satu di antara kalian jika mengetahui ini" Terlihat keraguan di mata pak Haikal, apakah dia akan menceritakan kisah pilu itu, hingga janji pernikahan yang terdengar konyol.
"maksud papa?" Adam penasaran, Sampai sekarang dia masih belum puas dengan penjelasan papanya tentang janji 15 tahun yang lalu.
"mungkin kamu lupa pada bagian terpenting"
Adam seolah tak sabar
"intinya... Adam minta penjelasan intinya"
Pak Haikal menghembuskan nafas sejenak dia memandang Syabila yang tertidur pulas sambil menggenggam erat tangan Adam.
"kamu masih ingat mengapa kamu terbangun di rumah sakit 15 tahun yang lalu"
Adam menggeleng dia benar-benar lupa yang dia ingat adalah dia terbangun di rumah sakit dan menurut ibunya dia koma hampir 2 minggu.
"sejak kecil kamu dan Syabila sering berpegangan tangan seperti itu" Mata Adam mengarah pada tangannya yang di genggam Syabila. Tapi baginya dia barus saja mengenal Syabila jadi mana mungkin mereka sering berpegangan tangan.
"kamu melupakannya nak, Syabila itu gadis yang periang tapi tidak memiliki teman, dulu kamu sering sakit-sakitan.. kadang Asmamu kambung jika terlalu sering menghirup debu makanya Papa dan mamamu membawa kamu ke desa tempat tinggal kakemu kami menitipkanmu di sana, sekolah disana dan di sanalah kamu bertemu dengan Syabila. Kamu sangat antusias jika membahasnya dengan ibumu hingga kamu membuat permintaan konyol dengan ibumu " Pak Haikal mengenang kisah itu.
"permintaan apa?" tanya Adam
"kamu meminta pda ibumu jika sudah besar nanti agar di nikahkan dengan Syabila, kamu masih Anak SMP yang belum faham apapun"
"mana mungkin aku sekonyol itu pa"
"tapi itu kenyataannya Dam, papa masih menyimpan surat perjajian itu, Syabila saat itu masih sangat kecil dia bahkan masih SD entah kelas berapa itu papa lupa" Pak Haikal mengulum senyum ketika mengingat momen itu.
"terus apa lagi"
"karena Syabila sering sekali bersama denganmu orang itu mengira dia bagian dari keluarga kita, hingga saat pulang sekolah Syabila di culik saat itu hujan sangat deras serta petir yang begitu kencang. Mendengar berita Syabila di culik kamu berlari mencarinya. Kamu menemukan Syabila yang hampir meregang nyawa tubuhnya hampir membiru karena pukulan. Dia hanya anak kecil yang tidak tau apapun, dia gadis kecil yang jarang bicara harus mengalami sebuah musibah yang tak bisa di bayangkan... hingga sekarang dia tidak pernah bicara apa yang terjadi padanya waktu itu"
Adam diam menyimak cerita Ayahnya, gengaman tangan menguat seolah tak ingin melepaskan, tapi ada sesuatu yang mengganjal, mengapa dia lupa tentang Syabila dan begitu juga sebaliknya.
"mengapa aku lupa tentang ini?" tanya Adam, inilah yang di takutkan pak Haikal. Adam akan bertanya tentang dirinya mengapa dia melupakan hal sebesar ini dalam hidupnya.
"sebenarnya papa sudah berjanji dengan ibumu untuk tidak mengungkit ini lagi tapi kamu saatnya harus tahu"
"tentang apa?"
"kamu mengalami penculikan dan di sekap selama 3 hari tanpa makan dan minum, kamu mendapatkan berbagai macam penyiksaan."
"apa ini orang yang sama yang menculik Syabila?"
"iya, dan sebagian dari mereka sudah di tangkap dan mendapatkan hukuman yang setimpal" Pak Haikal enggan untuk melanjutkan ceritanya, dia takut hal ini akan menjadi mimpi buruk bagi Adam kedepannya ketika dia mengingat semuanya.
"lalu apa yang terjadi padaku?" tanya Adam
"3 ' hari kami melakukan pencarian dan akhirnya menemukanmu di sebuah jurang, kakimu mengalami patah dan beberapa luka sobek yang cukup dalam, kami kira kamu tidak selamat cukup lama kami menunggumu sadar hingga.. di penghujung rasa putus asa kami Bu Umii dan Pak Rahmat datang membawa serta Syabila, Syabila yang sudah melupakanmu gadis kecil itu seolah menutup memori lamanya, melupakan semuanya. Uluran tangannya itu, genggaman tangan hangatnya membuatmu membuka mata tiba-tiba, ini memang ke ajaiban tapi keajaiban itu harus di bayar mahal, menurut dokter kamu seperti sengaja mengubur sebagian memorimu seperti ada sesuatu yang ingin kamu lupakan. Syabilla gadis kecil yang baru berusia 9 tahun itu bahkan sangat kaget ketika kamu membuka mata tiba-tiba dia menjauh berlari memeluk ibunya"
"papa harap, setelah kamu tahu semuanya pandanganmu terhadap Syabila berubah, itulah mengapa mama sama papa ngotot ingin menikahkan Syabila dengan salah satu di antara kamu dan Imran. Dia terlalu berjasa dalam hidup keluarga kita. Dia adalah gadis pilihan ibumu dia melihat kebahagian di mata beningnya meskipun dia jarang bicara"
***
Setelah mendengar cerita ayahnya panjang lebar, memang Adam seolah mengubur memore luka itu jika dia mencoba mengingatnya kepala terasa sakit hingga dia membiarkan ingatan itu mengabur dengan sendirinya. Hari mulai larut malam mulai meninggi dan Syabila tidur dengan posisi yang sudah membelakanginya, Adam berjalan pelan-pelan lalu dia menaiki ranjannya merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Awalnya dia menatap langit-langit kamar kemudia dia merubah posisinya menghadap istrinya, sebening itukah wajah istrinya ketika kedamaian dalam tidur dia dapatkan. Tangannya terulur untuk membuka kerudung yang sejak tadi tidak dia lepas pada kepala istrinya itu, dia akui Syabila tidak pernah melepas penutup kepalanya ini bahkan jika hanya berdua dengannya.
Dia menyentuh rambut istrinya, halus... sangat halus di tangannya. Seolah tak puas diri Adam mengulurkan tangannya lagi untuk mendekatkan wajah istrinya. Dia seolah ingin memandang wajah ini, mengapa dia melupakan tentang gadis kecil itu. Senyum terlihat menghiasi wajah Adam pelan tapi pasti dia mulai mendekatkan wajahnya hingga tak ada jarak di atara mereka.
"ternyata kamu milikku Syabila" Adam memutuskan jarak diatara mereka, menciumnya dalam kemanisan dua insan yang telah lama terlupakan.
***
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña