Dinda masih menunggu penjelasan dari Dias, tapi Dias masih terus memandangnya tanpa mengeluarkan kata-kata. Sepertinya ia masih memikirkan untuk mengatakannya atau tidak.
"Lupakan, sebaiknya kita pulang. Aku sudah lelah" kata Dinda sambil mengibas tangannya agar terlepas dari cengkraman tangan Dias.
Aku sebenarnya mulai menyukaimu, apa mungkin aku mempunyai kesempatan untuk bisa mendapatkan perhatianmu? Ini yang seharusnya aku katakan. Kata Dias dalam hati.
Dias segera mengejar Bulan dan Dinda yang sudah berjalan lebih dulu.
"Tunggu, kalian tidak akan bisa pulang. Sopirnya masih di belakang" teriak Dias.
Baik bulan maupun Dinda tidak ada yang berhenti terus berjalan menuju tempat parkiran. Dinda dan Bulan sudah bersandar di sisi luar mobil menanti sang sopir datang.
"Hah ... Kenapa kalian cepat sekali jalannya? Sengaja ya meninggalkanku?" Protes Dias sambil menstabilkan nafasnya yang masih tersengal-sengal.
Seandainya saja merupakan dua kata yang paling menyedihkan di dunia.
– Mercedes Lackey --