Papan hitam putih sudah berada diatas meja, beserta bidak-bidak yang tersusun rapi. Suara riuh mulai terdengar menyemangati pasangan fenomenal di kantor polisi itu. Meri menatap sekeliling, terlihat wajah kumpulan pria yang memberi semangat kepada rekan sesama gender nya. Meri merasa terintimidasi melihat tak ada yang berpihak padanya.
Mereka nampak menaruh harapan besar kepada lawan tanding meri saat ini. Meri menatap pria yang berada di seberangnya yang tak lain adalah jackob. Para polisi itu mendukung jackob dan memberi semangat agar bisa menang.
Meri hanya tersenyum melihat tingkah aneh di hadapannya itu.kumpulan polisi menyemangati tersangka untuk bisa mengalahkan korban. Ini benar-benar kejadian yang aneh. Tapi bukan hal buruk, mengingat kedekatan meri dengan anggota kepolisian tempat jackob di tahan.
"wah, aku baru tahu laki-laki bisa sekompak ini" ujar meri melihat pendukung jackob. "tapi bukankah ini tidak adil jika hanya dia yang mendapat dukungan" protes meri.
"kami tidak mau mendukung wanita yang sudah mengalahkan kami" jawab salah seorang di antara pendukung jackob.
"kalian ternyata pendendam" meri tersenyum dan menatap jackob untuk memulai karena dia yang memegang bidak putih.
Meri tidak mengetahui kemampuan jackob saat ini, terakhir kali mereka bermain catur bersama di Los Angeles saat meri masih di kelas 3 SMP. Sat itu mereka selalu seimbang dan sesekali berakhir dengan kemenangan jackob.
Tapi kali ini meri tidak akan membiarkan para lelaki di depannya ini bersorak gembira, dia lebih senang mendengar desahan putus asa dari bibir mereka. Itu pemandangan yang menyenangkan melihat wajah mereka frustasi.
Jackob bermain dengan baik dan hati-hati tak ingin melakukan kesalahan dan berujung kekalahan. Benar saja, meri kewalahan memprediksi gerakan jackob, dia terkadang mundur dan tiba-tiba menyerang. Putaran pertama jackob yang menjadi pemenangnya.
Meri hanya tersenyum dan memuji jackob yang bisa mengalahkannya. Namun, kepala kepolisian menambah pertandingan menjadi tiga putaran. Meri dan jackob tentu menyetujuinya.
Jackob juga merindukan saat-saat dia bisa bermain catur bersama meri. Tak masalah itu hanya sekedar duduk berdua tanpa bicara seperti saat ini. Mereka hanya saling melempar pandangan dan fokus pada permainan. Meri yang sudah mulai mengetahui cara bermain jackob dengan mudah mengalahkannya di putaran kedua.
Para anggota kepolisian itu menyemangati jackob dengan bertepuk tangan atau sekedar menepuk bahunya dan mengatakan kalimat dukungan mereka.
"aku tidak mau melihat kalian frustrasi dengan kemenanganku, lagi pula dia kekasihku bagaimana mungkin aku tega melihatnya kalah dan dipermalukan" meri ingin menghentikan permainan itu karena dia sangat yakin bisa menang lagi dengan mudah karena sudah mengetahui strategi jackob dalam permainan catur, tapi itu akan membuat jackob malu jika kalah darinya.
Kumpulan manusia putus asa di depannya itu tetap bersikeras ingin melihat putaran ketiga. Mereka berharap rekor meri sebagai yang tak terkalahkan akan pecah hari ini.
Meri tak kuasa menolak lagi, jadi dia meladeni permainan jackob dan mengalah di tengah permainan dengan mengangkat pion yang salah. Anggota kepolisian itu bukanlah orang yang tidak mengetahui hal yang begitu jelas bahwa meri sengaja mengalah dan merasa permainan tidak semenarik sebelumnya. Akhir babak itu di menangkan jackob namun tak ada yang bersorak gembira. Mereka hanya memegang bahu jackob dan mengatakan "kekasihmu benar-benar wanita baik hati"
Meri hanya menunjukkan rasa rendah hatinya dengan mengalah agar jackob tak merasa malu dan rasa penasaran kelompok kepolisian itu terjawab.
Jackob menatap meri yang melihat gerombolan pria itu keluar dari ruangan dengan kepala tertunduk lesu.
"kau membuat mereka merasa semakin buruk" ujar jackob.
"mereka benar-benar lucu. Aku merasa terhibur saat berada di sini" jawab meri dengan wajah sumringah.
Jackob menangkap nada tertekan di kalimat terakhir meri, jackob merasa meri mengalami masalah di luar sana, itu sebabnya dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor polisi dari pada di luar. Jackob sangat ingin menanyakannya, tapi dia urungkan karena lebih baik menunggu meri sendiri yang bercerita.
Jam besuk sudah lewat dari tadi karena keasyikan bermain catur membuat mereka lupa waktu. Polisi penjaga segera membawa jackob kembali ke ruang tahanan. Meri melihatnya menjauh dan masuk ke dalam jeruji besi itu. Entah mengapa perasaannya selalu tidak nyaman melihat jackob berada di dalam ruangan itu. Dia memutuskan pergi setelah melambaikan tangan pada jackob dan pamit pulang kepada seluruh anggota kepolisian yang berpapasan dengannya.
Seorang polisi menghentikan langkah meri saat dia sudah hampir mencapai pintu keluar.
"maaf, bisa kita bicara sebentar" ujar polisi itu sambil menunjuk pada sebuah ruangan tak jauh dari ruang tunggu.
Meri mengikuti pria itu, di lihat dari ruangannya yang terpisah serta bintang yang ada di pundaknya, meri tahu orang ini memiliki jabatan tinggi di kepolisian jadi dia berusaha bersikap hormat.
"saya sering melihat nona..."
"meri" ujar meri mendengar polisi di hadapannya itu terdiam setelah menyebutkan kata nona.
"iya nona meri. Saya sering melihat anda berkunjung ke sini, apa ada seorang kerabat yang berada di dalam sini?" tanya pria itu.
"saya menjenguk kekasih saya yang di tahan di sini. Keluarganya berada di Australia jadi hanya saya yang bisa memberi perhatian lebih" jawab meri santai.
"apa yang anda maksud kekasih adalah jackob?"
"iya" meri menjawab seperlunya.
"setelah saya melihat berkas kasusnya, korban dari kasus ini juga bernama meri. Apa itu anda?"
"mendengar perkataan anda barusan, saya yakin anda masih baru di sini" jawab meri dengan nada tenang namun tajam.
"kalau begitu saya simpulkan itu benar anda. Tapi sebagai korban bagaimana bisa anda mengunjungi tersangka bahkan memberi perhatian lebih"
"saya pikir perkataan saya tadi sudah jelas pak adit" jawab meri singkat tanpa mau mengulang-ulang perkataannya. Polisi di hadapannya ini bisa jadi hanya ingin mengorek informasi darinya.
"apa anda berniat membebaskannya?"
"iya"
"lalu mengapa tidak mencabut gugatan dari awal"
"saya hanya terlambat datang. Saya datang saat berkas sudah dilimpahkan ke kejaksaan sehari sebelumnya" jawab meri. Meri berusaha berhati-hati dalam mengeluarkan kata-kata agar tidak menjadi boomerang saat ia menjadi saksi di persidangan.
"lalu, mengapa kakak anda menuntutnya?"
"maaf pak adit, untuk menginterogasi saya, saya harap bapak membuat surat panggilan terlebih dahulu dan mengirimkannya kepada saya. Persidangan kasus ini adalah lusa. Jadi sepertinya sudah terlambat jika anda bertanya sekarang" ujar meri kemudian berdiri dan mengucapkan selamat tinggal.
Meri kembali ke rumahnya tanpa memikirkan perkataan polisi tadi. Dia merasa percuma memikirkannya karena itu sama sekali tidak akan berpengaruh lagi pada kasusnya. Dia seharusnya melakukan koordinasi dengan kejaksaan agar meminta keterangan darinya.
Masih tengah hari saat dia sampai di kamarnya. Dia menatap layar ponselnya dan melihat ada email yang masuk. Itu email dari maria yang mengirimkan formulir pendaftaran pada tiga kampus terbaik di dunia.
Meri memutuskan untuk tidur sejenak sebelum bersiap kembali untuk membawakan makan sore untuk jackob. Hanya itu kegiatan meri beberapa hari terakhir ini. Lusa adalah persidangan kasusnya dan setelah itu dia akan berangkat ke Belanda untuk menemui maria kemudian ke new york. Meri sengaja membuat keberangkatannya ke belanda terlebih dahulu untuk mengecoh ibunya. Dia hanya tak ingin mengecewakan keluarganya.
***
Hari persidangan telah tiba, meri dan keluarganya memasuki ruangan yang penuh ketegangan itu. Di dalam ruangan sudah menunggu pengacara jackob dan beberapa media yang akan menyiarkan secara langsung proses pengadilan hari ini.
Proses pengadilan cukup pelik dengan jaksa penuntut yang berhasil mematahkan bukti yang diajukan pengacara jackob. Hari ini, jackob terlihat terlihat tenang. Dia seakan tak memiliki beban jikapun dia dinyatakan bersalah dia sepertinya tak keberatan.
Setelah semua bukti dari jaksa penuntut dan pengacara telah dipaparkan, hakim memanggil saksi dari pihak jackob yaitu meri. Seketika ruangan menjadi sepi tanpa suara dan tatapan hanya tertuju kepadanya. Meri berjalan santai menuju kursi saksi dan menatap jackob untuk memberinya keyakinan. Para jaksa penuntut terlihat tegang saat mengetahui bahwa saksi terakhir dari jackob adalah korbannya sendiri.
Setelah melakukan sumpah di depan hakim dan peserta sidang yang lain, pengacara jackob di persilahkan untuk bertanya terlebih dahulu. Tentu saja meri dapat menjawab dengan mudah. Selain karena pertanyaan itu mudah dan tidak menyudutkan, pertanyaan itu sudah di rancang dan meri sudah latihan akan menjawab dengan apa ketika di persidangan. Dia latihan saat menemui jackob sehari sebelum persidangan. Pengacara jackob menyelesaikan pertanyaannya dengan cepat dan meri menjawab dengan akurat.
Kini, giliran jaksa penuntut yang dipersilahkan mengajukan pertanyaan. Meri menjawab dengan santai saat jaksa menanyakan mengenai luka lebam yang terdapat di tubuhnya. Meri menjelaskan bahwa saat itu dia begitu frustasi karena memiliki masalah dengan mantan kekasihnya jadi berusaha melukai diri sendiri. Jackob hanya berusaha menahannya, karena genggaman jackob terlalu kuat dan dia memberontak itulah sebabnya terdapat banyak luka lebam.
"bagaimana anda menjelaskan mengenai obat afrodiac yang ternyata di temukan dalam catatan medis anda?" tanya jaksa penuntut umum.
"saya sengaja meminumnya, saya mengenal jackob sejak kecil tapi tak memiliki kesempatan berkencan. Saya pikir saat itu saya benar-benar diluar kendali karena emosi jadi memutuskan meminumnya"
"lalu, bagaimana bisa anda membiarka saraf anda rusak karena mencoba menahan efeknya?"
"jackob menolak saya, doa begitu menghormati keluarga saya. Dia memutuskan mengunci kamar saya di villa dan karena marah saya membanting pintu kamar mandi dan membuang kuncinya, itu sebabnya saya bertahan dengan berendam agar menghilangkan efek obat" jawab meri berbohong.
"berdasarkan saksi yang datang pertama di tempat kejadian dan menemukan jackob berusaha memperkosa anda, apa itu sebuah kebohongan?"
"itu benar, tapi perlu di luruskan. Jackob tidak memperkosa saya, tapi itu atas dasar suka sama suka"
"mengapa anda tidak mengatakan kebenaran itu saat penyelidikan berlangsung?"
"saya terbaring tak sadarkan diri selama 2 hari sebelum dan pasca operasi. Saat saya terbangun, kakak saya sudah melayangkan gugatan kepada jackob. Jadi saya menunggu saat keluar dari rumah sakit maka saya sendiri yang akan memberikan keterangan. Namun sayangnya, baik pihak penyidik kepolisian atau pun jaksa penuntut tidak ada yang memintai keterangan dari saya"
"pak hakim, saya hanya ingin mengatakan. Kasus ini hanya kesalahpahaman dan semua yang terjadi bukan karena terpaksa tapi karena atas dasar suka sama suka. Pria yang menjadi terdakwa saat ini adalah kekasih saya. Dia hanya memiliki saya sebagai keluarganya saat ini. Untuk keributan yang saya dan keluarga saya perbuat. Saya sungguh meminta maaf" ujar meri menutup kesaksiannya sambil membungkuk ke arah kamera.
Setelah persidangan selesai dan jackob dinyatakan tak bersalah, keluarga meri segera keluar karena tidak ingin menjadi sasaran wartawan. Meri menunggu jackob berganti pakaian kemudian keluar bersama dengan jackob yang merangkul pinggul meri. Meri hanya menjawab beberapa pertanyaan mengenai hubungan mereka dan gosip bahwa dia setiap hari membesuk jackob di penjara. Meri membenarkan gosip itu, jackob kemudian membawa meri ke mobilnya namun jackob yang mengemudi.
Meri lega karena proses persidangan telah selesai dan dia bisa fokus untuk mencari andre. Sebelum pulang ke rumah, jackob mengajak meri makan siang. Mereka makan di sebuah restoran tak jauh dari kediaman meri. Meri hanya sibuk memikirkan rencananya menemukan andre.