Meri memandang andre yang tersenyum penuh arti. Senyum kombinasi antara menggoda, licik, dan senang.
"aku belum menjawab mau berkencan dengan mu atau tidak tapi kau sudah membawa kabur koperku"
"hahaha.. Kalai begitu jawablah"
"tidak, aku tidak mau" tolak meri tapi menghambur ke dalam pelukan andre.
Andre hanya tersenyum mendapat perlakuan manis dari wanitanya itu setelah apa yang sudah dia lakukan tadi. Andre mengeratkan pelukannya. Walau menjadi tontonan andre bukanlah pria tradisional yang mementingkan pemikiran orang sekitar, dia memang lebih menyukai gaya barat yang terkesan berani dan acuh dengan penilaian orang lain.
"kalau begitu ayo kita berkencan" andre melepas pelukannya dan menggenggam tangan meri, menarik wanita itu keluar hotel namun meri berdiri mematung dan mempertahankan posisinya.
"ada apa lagi?" andre heran karena meri yang tidak mau melangkahkan kakinya.
"aku lapar" meri berkata pelan sambil memegang perutnya dengan tangannya yang terbebas.
Karyawan hotel yang melihat adegan tersebut hanya bisa tersenyum dan sebagian ada yang berbisik kepada temannya. Ada pula yang mencibir, merasa meri terlalu kekanak-kanakan dan tidak pantas untuk seorang pria setampan andre.
Andre yang melihat sekelilingnya dan menyadari pandangan orang kepada meri segera berbalik menarik meri menuju caffe hotel yang berada di loby.
"aku baru ingat kau akan lapar setelah menangis" ujar andre kemudian menarik meri mendekat dan melingkarkan tangannya di pinggul meri. Mereka menuju caffe di ikuti dengan sorotan mata yang cemburu dengan keintiman mereka.
Saat di caffe meri menghabiskan sarapannya dengan terburu-buru. Andre yang melihatnya hanya tersenyum ditambah lagi selama makan meri bahkan tak melepaskan kaca mata hitamnya.
Andrepun terpaksa menghabiskan makanan dengan cepat agar meri tak menunggu lama. Sepertinya dikursi gadis itu ada bara api yang membuatnya tidak bisa duduk diam dan selalu ingin segera pergi.
Setelah andre menyelesaikan sarapannya. Meri memanggil pelayan caffe untuk meminta bill nya. Kemudian menatap andre agar membayarnya.
"mengapa aku yang membayar, bukankah kau yang tadi kelaparan" ujar andre menanggapi tatapan meri.
"apa kau tidak malu berbicara seperti itu?"
"tidak" balas andre singkat disertai dengan senyuman.
'sial, padahal aku yang berencana mengerjainya hari ini. Sekarang justru aku yang merasa di kerjai' ucap meri dalam hati. Meri kemudian membayar sarapan itu dan melebihkan uangnya sebagai tip untuk pelayan itu.
Mereka berjalan keluar hotel dengan santai seakan tak terjadi apa-apa tadi. Sebagian karyawan hotel masih ada yang menatap mereka dengan senyum yang tak bisa di artikan satu per satu.
"hari ini kita ke toko elektronik dulu. Kita harus membeli ponsel baru untuk mu" ujar andre ketika sudah berada di dalam mobil.
"baiklah, tapi kau yang harus membayarnya kali ini" meri masih kesal karena tadi tidak berhasil membuat andre yang membayar.
"baiklah"
"kau terlihat lebih tampan jika memiliki hati yang baik" puji meri sambil melemparkan senyum termanisnya kepada andre.
"aku memang terlahir tampan"
Kepercayaan diri andre membuat meri enggan berkata-kata lagi dan memilih diam menikmati pemandangan kota bali. Tak lama kemudian mereka sudah tiba di sebuah pertokoan yang lumayan besar. Andre menggandeng tangan meri menuju toko.
Di toko, meri melihat beberapa ponsel berbagai merk keluaran terbaru. Kemudian memilih yang paling mahal. Hari ini yang terpenting baginya bukan memiliki ponsel baru, tapi memiliki ponsel paling mahal untuk mengerjai pria di sampingnya itu.
Andre yang mendengar harga ponsel itu pura-pura terkejut. Baginya harga ponsel itu tidaklah mahal, hanya saja jika dia menghabiskan uang sebanyak itu maka perlu beberapa bulan untuk menabungnya.
"meri, apa kau tidak keterlaluan? Harganya sangat mahal. Itu bahkan lebih besar dari 5 bulan gajiku" ujar andre protes.
"apa kau perhitungan sekarang?"
"aku bukannya perhitungan atau pelit. Coba pikirkan, dengan uang sebanyak itu kita bisa hidup setidaknya 6 bulan di new york. Lagi pula ini bertentangan dengan sifat mu yang low profile" andre berusaha memberi alasan logis agar meri tak memintanya membayar sebanyak itu.
"baiklah, kau yang pilihkan, bayar kemudian aku cuma terima beres" meri mengalah untuk menghemat uang andre, tapi tak ingin melepaskannya dengan mudah.
"baiklah, bagaimana dengan yang ini" andre memperlihatkan sebuah ponsel merk terkenal namun dengan harga terjangkau.
"aku tidak suka desainnya, terlalu tebal" meri memvuat alasan untuk menyulitkan andre.
Andre mulai lelah memilih ponsel karena ada saja yang membuat meri menolaknya, dengan alasan "terlalu tebal", "terlalu tipis", "warnanya tidak menarik", "terlalu feminim", "licin" atau sekedar "tidak sesuai selera".
Andre akhirnya mengeluarkan kartu debitnya dan menyerahkannya kepada meri serta memberi tahu pin nya.
"kau saja yang beli sendiri" ujar andre putus asa kemudian menunggu di dalam mobil.
Meri hanya tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mengerjai kekasihnya. Dia kemudian menunjuk sebuah ponsel dengan fitur RAM tinggi dan kapasitas baterai besar. Ponsel itu sama sekali tidak mahal. Dia hanya ingin mengerjai andre jadi memilih ponsel mahal awalnya. Namun melihat kekasohnya sudah menyerah, dia justru memilih ponsel dengan harga murah.
Dia kemudian bergabung dengan andre yang sudah menunggu di mobil dan menyerahkan kartunya kembali.
"terimakasih" ucap meri sambil menunjukkan ponsel yang di belinya.
Andre makin kesal melihatnya. Itu adalah ponsel terakhir yang tadi sempat ditunjukkannya kepada meri namun di tolak dengan alasan tidak sesuai selera.
"kau ternyata mengerjaiku. Aku kalah telak hari ini" ujar andre dengan nada pasrah namun tetap tersenyum.
"dari senyummu sepertinya aku akan mendapatkan balasan"
"itu sudah pasti"
Mereka kemudian menuju sebuah counter untuk membeli kartu ponsel. Meri awalnya akan kembali mengerjai andre, namun andre menolak untuk ikut dan hanya menunggu di mobil. Setelah memperoleh kartu perdana nya. Meri mendaftar kartu itu menggunakan identitas andre karena tak ingin terlacak oleh rian.
"sekarang kita kemana?" tanya meri.
"pertama, kita akan berbelanja oleh-oleh. Aku mau membelikan sesuatu untuk keluarga mu" ujar andre.
"apa kau tahu selera mereka?"
"itu mengapa aku mengajakmu, kau akan membantuku memilih. Tapi jangan coba-coba mengerjaiku lagi. Karena jika hadiahku ini gagal maka yang terkena imbas bukan hanya aku tapi hubungan kita" andre menatap meri serius.
"baiklah"
Andre memilih sebuah Mall yang tak jauh dari hotel. Masih di teritorial kuta. Sebuah Mall dengan berbagai fasilitas di dalamnya mulai dari pusat berbelanja, resto, game dan juga terdapat bioskop.
Meri melihat sebuah toko tas brandeed dan menyarankan kepada andre untuk membeli tas sebagai hadiah ibunya. Meri membantu andre memilih tas dengan sangat serius. Meri jelas tahu dengan kepribadian ibunya yang sederhana dan berkarisma maka tas yang cocok adalah yang terlihat simpel namun elegan. Pilihannya jatuh pada sebuah tas berwarna merah dengan bahan kulit asli membuat tampilannya elegan serta tak banyak detail pada tampilan luarnya namun memiliki beberapa ruang di dalam. Tas ini sangat cocok untuk ibunya yang rapi dan selalu menempatkan segala sesuatu terpisah agar memudahkan untuk mengambilnya.
Mereka kemudian lanjut ke toko jam tangan. Kakak ketiga meri memiliki banyak koleksi jam tangan jadi menurut meri menambah koleksinya akan membuat kakaknya itu senang. Andre mencoba memilih sendiri jam tangan itu setelah bertanya kesukaan kakak meri seperti apa. Saat menunjukkan sebuah jam tangan sebagai pilihannya, meri langsung menyetujuinya.
Andre mengajak meri ke sebuah toko elektronik untuk membeli playstation. Meri awalnya mengernyitkan dahinya karena sedikit heran mengapa andre memilih PS sebagai hadiah untuk adiknya.
"bukankah kau bilang mereka hampir seumuran?" tanya andre kemudian di jawab dengan anggukan oleh meri. "mereka pasti memiliki selera yang sama. Jadi agar mereka memiliki waktu bersama akan lebih baik jika kita membeli sebuah playstation untuk mereka" andre menjelaskan alasannya. Meri tentu setuju walaupun sebenarnya kedua adiknya itu akan lebih senang jika di hadiahi topi.
Meri sedikit bingung ketika ditanya mengenai hadiah untuk ayahnya. Meri memang akrab dengan ayahnya, namun tak pernah melihat sesuatu yang benar-benar di kagumi ayahnya kecuali ibunya.
"ayahku selalu sederhana, memakai jam sesuatu kegunaannya saja bukan untuk koleksi, pakaianpun begitu" ujar meri sambil menunjukkan ekspresi berpikir keras.
Andre melihat meri kebingungan dengan usaha kerasnya itu merasa tersentuh, betapa wanitanya ini serius untuk membantunya memberi kesan yang baik kepada keluarganya.
"katakan kebiasaan ayahmu ketika bekerja"
"seperti pria yang lain, menghabiskan waktu untuk meneliti berkas di meja kerja, menghisap rokok dan minum kopi agar tak mengantuk" jawab meri berdasarkan apa yang biasa dia lihat.
"baiklah, aku ada ide" andre kemudian membawa meri ke sebuah toko yang menjual alat kesehatan. Dia menunjukkan sebuah alat pemijat leher.
Meri mengangguk untuk mengahadiahkan sebuah alat kesehatan kepada ayahnya. Di waktu tua, kesehatan adalah hal terpenting. Terutama untuk pria yang selalu menundukkan kepalanya untuk membaca dalam waktu yang lama.
Untuk kakak sulungnya meri mengusulkan andre untuk membelikannya alat pembuat kopi. Kakak sulungnya itu pencinta kopi, dia bahkan siap menghabiskan uangnya untuk membeli kopi dari luar negeri untuk sekedar mencoba dan melihat bahwa kopi tersebut ada di dapurnya. Walaupun seorang maniak kopi, kakaknya itu sama sekali tidak pernah membuat kopi sendiri karena dia selalu di sibukkan dengan pekerjaannya. Akan menyenangkan baginya jika di ruang kerjanya terdapat alat pembuat kopi.
Setelah merasa semua hadiah telah di dapat. Mereka meminta seorang karyawan mall untuk mengantarnya ke mobil. Kemudian mereka melanjutkan kencan mereka dengan menonton. Andre meminta meri duduk menunggu selagi dia sibuk mengantri untuk mendapatkan tiket dan makanan untuk menemani mereka.
Meri memijat-mijat betis dan tumit kakinya yang mulai merasa sakit karena berjalan memutari mall saat mencari hadiah. Terlalu lama berdiri memang seringkali membuat kakinya pegal. Andre yang melihat itu berlutut di hadapan meri kemudian memijit pelat kaki meri setelah meletakkan bawaannya di samping meri.
"kau tidak perlu melakukan itu, banyak orang yang melihatmu" meri merasa tidak nyaman dengan pandangan orang di sekitarnya. Menjadi perhatian memang bukan sesuatu yang di sukai meri.
"tidak apa, hanya sebentar" andre kemudian berdiri mengambil makanan dan tiket nonton kemudian menggandeng meri menuju teater. Perihal nonton, andre dan meri memiliki kesamaan karena sama-sama menyukai genre action. Mereka menikmati waktu kebersamaan mereka saat itu. Walau bagaimanapun, meri masihlah gadis remaja yang baru beranjak dewasa. Hiburan seperti saat ini tentu sesuai dengan usianya. Saat terdapat adegan berciuman, andre dengan cepat menutup mata meri dengan telapak tangannya.
Sesekali, meri membalas dengan menatap andre kesal karena itu membuat meri kehilangan moment yang romantis itu.
"kau tidak perlu melihatnya, kau bisa melakukannya denganku nanti" bisik andre nakal.
"aku rasa jagoan di film ini leboh hebat darimu soal berciuman" balas meri tak mau kalah.
Andre hanya tersenyum. 'dia terlihat hebat karena pasangannya membalas dengan imbang, sementara pasanganku masih pemula jadi aku harus berhati-hari atau pasanganku akan kesulitan bernafas" andre membalas perkataan meri dengan sangat telak hingga meri hanya merengut karena kekesalannya.
Mereka menyelesaikan film itu tanpa ada pembicaraan lanjutan. Setelah keluar, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Andre segera membawa meri keluar untuk kencan selanjutnya. Meri awalnya menolak karena dia sangat lapar dan melewatkan makan siangnya karena sibuk menemani andre membeli hadiah. Andre membeli roti dan teh untuk meredakan rasa lapar meri. Dia sengaja tak ingin memberi meri makanan berat saat ini karena kencan selanjutnya adalah diner romantis.
Mereka turun didepan sebuah restoran yang tidak terbilang mewah namun desain minimalisnya mencerminkan kehangatan didalamnya. Meri melirik tempat itu, sangat indah.
"kejutannya ada di belakang" andre membawa meri ke dalam. Meri sesekali tertinggal karena kakinya yang sakit. Andre memutuskan menggendong meri di punggungnya. Karena gadis itu menggunakan celana maka itu lebih mudah.
Meri menatap kagum kepada pemandangan didepannya. Sangat romantis, indah dan penuh kehangatan. Memang membutuhkan sebuah perjuangan karena lokasinya yang jauh ke belakang membuat seseorang harus berjalan kaki sekitar 200 meter dari gedung restoran yang berada di depan.
Pemandangan perkebunan bunga dengan lilin yang menyala di sekitar jalan setapak yang mereka lalui. Menuju sebuah gazebo di tengah taman bunga.
"dari mana kau tahu ada tempat seindah ini?" tanya meri setelah andre menurunkannya dari punggungnya saat sudah berada di gazebo.
"aku mencarinya di internet" jawab andre dengan wajah puas karena berhasil memberi kencan berkesan kepada wanitanya. " bukan hanya ini kejutannya"
"masih ada yang lain?" tanya meri.
Tak lama kemudian, pelayan restoran menghampiri mereka dwngan membawa hidangan makan malam yang benar-benar mampu membuat mata meri menjadi bulat sempurna seperti bola bekel.
"makanan ini, bagaimana bisa. Apa ini restoran prancis?" meri memberi pandangan kepada pelayan itu.
"kami memiliki chef yang memang ahli dalam makanan perancis. Silahkan menikmati makan malam anda" ujar sang pelayan kemudian pergi meninggalkan meri yang masih terkejut dengan apa yang di lihatnya.
"aku ingat kau menyukai makanan ala barat. Dan kau sangat menyukai foie gras jadi semua menu ini sengaja ku pilihkan spesial untukmu, makanlah. Kau bilang tadi lapar" ujar andre kemudian memberikan sumpit kepada meri.
"aku benar-benar terharu. Kau menyiapkan begitu banyak hal hari ini dan masih memikirkan memberi kejutan romantis ini. Rasanya ini momen paling berkesan saat liburanku kali ini" ujar meri semangat kemudian menyantai foie gras terrine nya.
Andre hanya memesan yellow fin tuna sushi roll karena tidak ingin mengganggu meri dengan ikut mengacaukan makanannya. Membuat meri makan dengan hati senang dan lahap sudab membuatnya kenyang dan tak ingin makan banyak.
"crispy foie gras ini sangat enak. Makanlah sedikit, kau akan menyukainya" meri menyodorkan crispy foie gras ke depan wajah andre untuk menyuapinya. Andre dengan senang hati memakannya.
"benar-benar lezat"
"kau tidak dilerbolehkan meminta lebih. Cukup sekali saja" unar meri. Andre mengatakan lezat bukan karena rasa makanannya tapi karena makanan itu berasal dari suapan tangan meri.
"apa aku boleh meminta balasan dari kebaikanku hari ini?" andre menatap meri dengan senyum menggoda. Namun, meri menangkap ekspresi licik pada senyuman itu.
"jangan memintaku tidur denganmu, kau sudah bilang akan menunggu aku yang memintanya" meri benar-benar berhasil membaca pikiran andre.
Andre hanya tersenyum mendengarnya. Dia memang akan menunggu meri sendiri yang akan menyerahkan dirinya. Tapi mengingat usianya. Andre tahu bahwa dia setidaknya harus menunggu sampai meri berusia 20 tahun atau bahkan lebih. Baginya bukan masalah menunggu selama itu, asalkan jaminannya meri berada disampingnya selama dia menunggu waktu yang tepat.
Meri menutup hidangan makan malamnya dengan pan seared foie gras kemudian meminum air kelapa muda yang sengaja di pesan andre untuk menetralkan makanan yang meri santap karena kebanyakan menu makanan laut.
Mereka kembali ke hotel dan setelah membersihkan diri, mereka tertidur lelap karena rasa lelah yang baru terasa setelah tubuh mereka menyentuh kasur yang empuk.