Descargar la aplicación
4.66% JANJI / Chapter 9: Lakukan sesuatu

Capítulo 9: Lakukan sesuatu

"kau naiklah ke kamar, aku ada urusan sebentar" kata andre kepada meri setelah menyelesaikan sarapan.

Meri dengan patuh mengikuti perkataan andre. Sementara andre segera menuju ke meja administrasi untuk menanyakan beberapa hal. Setelah memperoleh detail orang yang datang membawa paket itu, andre segera menuju ke ruang keamanan untuk melihat rekaman CCTV.

"pagi pak, ada yang bisa kami bantu"

Andre menunjukkan secarik kertas dan kotak hadiah yang dikirimkan oleh orang tanpa identitas dan meminta pihak keamanan untuk memutar rekaman CCTV pada jam yang tertulis di kertas serta memperhatikan pengunjung dengan ciri-ciri seperti yang diberikan oleh karyawan yang menerima paket itu.

Tak butuh waktu lama, pihak keamanan sudah mendapatkan rekaman mengenai orang yang dimaksud.

'siapa pria ini?' batin andre sambil menatap foto si pembawa paket yang diberikan oleh pihak keamanan.

Andre kembali ke meja administrasi untuk memberi tahukan jika ada lagi paket tanpa nama untuk meriana rezky, harap ditolak. Setelah menyampaikan pesannya, andre segera naik ke kamar.

"sampai kapan aku harus terus berada di kamar?" meri mengeluh karena andre sama sekali tak membiarkannya keluar kamar.

"jika kau bosan sebaiknya tidur saja. Lagipula tidurmu semalamkan kurang" jawab andre sambil fokus pada handphonenya.

"aku bosan dikamar terus andre. Ini seperti di pingit. Tapi jika aku di pingit seharusnya kau tidak ada di sini"

"kenapa? Kenapa aku tidak boleh di sini?"

"apa kau tidak belajar adat istiadat di desa asalmu? Bagaimana bisa seorang perempuan di pingit bersama dengan calon suaminya" meri tersenyum membayangkan reaksi andre mendengar kata 'calon suami'.

"aku lebih tertarik dengan cara membangun hubungan dari kalangan barat yang panas dan penuh gairah" balas andre dengan senyuman menggoda.

"wah, apa kau sudah berpengalaman dengan wanita?"

"tentu, aku berkencan dengan banyak wanita saat masih kuliah sebelum bertemu denganmu"

"apa kau masih perjaka?" meri menatap tajam andre seakan siap menerkamnya jika sampai kata 'tidak' yang keluar dari mulutnya.

"tentu saja" jawab andre yang masih duduk santai di sofa sambil menikmati raut wajah meri yang merah padam menahan emosinya.

"aku tidak percaya"

"apa kau mau mencobanya?" tanya andre.

"tidak. Lalu apa yang kau lakukan dengan teman kencanmu?" tanya meri penasaran

"kami seperti layaknya pasangan yang jatuh cinta" jawab andre tanpa rasa bersalah.

"apa kau menciumnya?"

"itu hal yang wajar dilakukan bagi orang yang berkencan" jawab andre.

Mendengar jawaban itu meri melompat turun dari kasur dan menghampiri andre secepat kilat kemudian mendaratkan pukulan di kepala dan seluruh tubuh andre yang bisa di jangkau. Andre hanya meringkut untuk mengurangi bagian yang mungkin bisa dipukul meri sambil mencoba menahan pukulan meri dengan tangannya.

"hey, aku hanya mencium bibirnya. Aku tidak pernah mencium leher atau melebihi itu" andre mencoba membela diri dan menenangkan meri setelah berhasil menangkap tangan meri. Namun mendengar hal itu bukan meredakan emosi meri, hal itu malah menambah kekuatan meri sehingga bisa melepaskan genggaman andre dan kembali melayangkan pukulan ke andre.

Andre yang mendapat pukulan bukannya meringis malah tertawa geli melihat sikap meri yang berapi-api karena cemburu. Setelah puas memukuli andre sampai tangannya sendiri mulai merasakan sakit meri duduk di pinggiran kasur sambil menatap tajam andre.

"apa tanganmu sakit?" tanya andre dengan ekspresi mengejek.

"apa kau masih punya nyawa cadangan?" balas meri emosi

"meri, aku tidak melakukan hal yang berlebihan. Aku hanya menciumnya di wajah dan tangan" andre mencoba menenangkan meri.

"apa kau bosan hidup?" balas meri sinis

Andre yang mendengar perkataan meri yang penuh kemarahan hanya bisa tersenyum melihat wanitanya yang manis berubah menjadi malaikat pencabut nyawa.

"aku bahkan hanya memeluk mereka beberapa kali sebelum akhirnya putus" kilah andre lagi

"mereka katamu?" meri semakin emosi mendengar kata jamak yang menandakan bukan hanya satu orang.

"jangan salah paham dulu meri. Mereka semua hanya seperti teman di waktu senggang, itupun sebelum aku bertemu denganmu. Setelah bertemu denganmu aku hanya berkencan dengan satu wanita dan tidak pernah melakukan apapun"

"kau sepertinya memang mau mati" kata meri kemudian berbalik mengambil bantal dan memukulkannya ke kepala andre. Andre hanya menerima pukulan itu dengan tertawa geli. Rasanya pukulan meri seperti belaian penuh kasih sayang.

Di sela-sela pukulan meri, andre masih sempat mengatakan hal-hal yang menurutnya akan meredakan amarah kekasihnya itu, tapi hal itu justru memacu emosinya.

"meriana, apa kau sedang cemburu" ujar andre setelah berhasil menahan bantal yang digunakan meri sebagai senjata.

"puah, cemburu. Aku bahkan merasa buruk sekarang" balas meri.

Lelah meluapkan emosi dengan memukul andre, meri berbalik dan menghempaskan tubuhnya di kasur. Menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Andre yang melihatnya tersenyum kemudian ikut merebahkan diri disamping meri. Memeluk wanita itu yang lebih mirip dengan anjing laut yang sedang meringkuk karena selimut yang menutupi tubuhnya.

Andre awalnya hanya ingin memeluk meri dan membiarkan wanitanya itu tenang. Tapi mendengar suara isak tangis dari dalam selimut membuatnya merasa bersalah dan memaksa membuka selimut itu walau harus melawan meri yang gigih menahan selimut yang membungkusnya. Pada akhirnya tenaga meri tak akan bisa menang melawan andre. Andre membalik tubuh meri agar dapat melihat wajahnya. Wajah meri sudah merah dan basah akibat menangis. Melihat wanitanya menangis membuat seakan ada yang mengiris bagian dari organ tubuh terpentingnya.

Andre memaksa memeluk kekasihnya itu dan membenamkan wajah meri di dadanya. Andre mengetahui bahwa wanita pada umumnya tidak suka memperlihatkan wajahnya kepada kekasihnya pada kondisi terburuknya. Meri masih berusaha meronta agar lepas dari pelukan andre, tapi bukannya terlepas, pelukan andre justru seperti lumpur hidup yang akan semakin menghisapmu jika kau banyak bergerak. Pada akhirnya meri membenamkan wajahnya di dada andre dan menangis sejadi-jadinya.

Andre tidak berusaha berkata-kata. Hanya membelai kepala meri dengan lembut dan sesekali mengusap punggung meri agar wanita dipelukannya itu tenang. Pada akhirnya meri akan tahu tentang masa lalunya. Andre tak meminta meri melupakannya, dia hanya ingin meri menerimanya sebagai bagian dari masalalunya.

"meri, menerima seseorang sebagai pendamping mu tidak hanya kau menerimanya untuk masa sekarang dan masa depannya. Kau juga harus bisa menerima masa lalunya. Karena masa lalu juga bagian dari diri seseorang" andre berusaha memberikan meri penjelasan setelah merasa wanita itu sudah mulai tenang.

"aku rasa aku sudah tenang sekarang. Kau bisa melepaskanku" meri segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya namun saat melihat area sekitar matanya bengkak, dia sontak berteriak.

Aaaaaaaaa (suara teriakan)

Andre yang kaget mendengar teriakan meri langsung menghambur ke kamar mandi.

"ada apa?" tanya andre cemas

"mataku, bagaimana bisa aku membuat mataku bengkak seperti ini" rutuk meri pada dirinya sendiri. "keluar, jangan melihatku" lanjut meri sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil berjalan keluar kamar mandi melewati andre yang terkejut namun kemudian tersenyum. Meri kembali meringkuk di kasur dan menutup wajahnya dengan bantal.

"kau akan kesulitan bernafas jika menekan bantal sekuat itu" andre menarik bantal yang menutupi wajah meri.

Meri dengan cepat menutup wajahnya dengan tangan. "memalukan, ahh kenapa kau memalukan sekali meri" rutuk meri merasa melakukan hal bodoh.

"bangunlah biar kulihat seberapa parah" andre menarik meri agar duduk. Sambil menahan tawanya andre berusaha menarik tangan meri yang menutupi wajahnya. Walau agak sulit tapi wajah sembab itu akhirnya nampak. Andre memegang wajah meri seperti sedang memegang sebuah berlian besar dengan perasaan kagum. Meri sesekali ingin kembali menutup wajahnya namun andre dengan cepat memukul tangan meri.

"masih tetap cantik" andre berusaha membesarkan hati meri.

"tidak ada perempuan terlihat cantik saat atau setelah menangis" balas meri sinis.

"kalau begitu kau yang pertama"

"andre, tak perlu menghiburku. Itu tidak akan bekerja untuk situasi saat ini"

"baiklah. Ayo kita keluar" ajak andre

"tidak mau"

"kenapa? Bukankah katamu kau bosan"

"kau benar - benar kekasih yang buruk, selain tak menjaga perasaan kekasihmu, kau juga bahkan tidak bisa menjaga harga diri kekasihmu di depan orang"

"apa yang salah dengan kita keluar. Aku justru mau menghiburmu. Apa karena itu kau sebut aku kekasih yang buruk" andre memperlihatkan senyum jahil diwajahnya.

"tidak, kau kekasih yang baik. Hanya aku saja yang tidak beruntung" balas meri. "keluarlah. Setidaknya bawakan makan siang, ice batu, dua sendok stainless dan teh celup kemari" pinta meri putus asa terhadap kekasihnya itu.

'dia sarjana psikologi, tapi bagaimana bisa dia sebodoh ini' ucap meri dalam hati. Melihat kekasihnya yang sama sekali tidak bisa memahami perasaannya saat ini.

Meri memilih mengompres matanya dengan meletakkan beberapa lembar tisu basah menutupi mata sambil menunggu andre kembali. Meri berusaha untuk tertidur tapi suara cacing bergemuruh diperutnya membuatnya sulit untuk mengabaikannya. Dia segera bangun dan meraih telfonnya.

📞"apa kau masih lama? Aku kelaparan" ujar meri

📞"tidak, aku sudah berada di lift" jawab andre.

Meri segera menutup sambungan telfonnya dan kembali memijat-mijat area matanya. Andre masuk dengan dua buah kantong ditangannya.

"mana makananku?" tanya meri tak sabar. Tak menunggu jawaban andre, meri merebut plastik yang ada di tangan andre dan mengeluarkan kotak makan dari sterofom yang berisi spaghetti dan yang satu paket nasi dan lauk pauk.

"mengapa kau membeli makanan yang berbeda? Dan yang mana makananku?"

"aku tidak tahu saat marah wanita mau makan apa jadi ku pilih dua menu yang berbeda. Kau yang pilih lebih dulu, yang tidak kau pilih maka itu makananku" jawab andre santai sambil duduk di samping meri.

"mari berbagi makanan. Aku memilih spaghetti tapi aku juga mau makan laukmu" ujar meri sambil menyerahkan kotak makan yang tidak dipilih meri. "jangan dikasur, makan disofa" ajak meri kemudian bangkit bersama andre ke sofa.

Seperti apa yang sudah meri katakan sebelumnya, meri mengacau makanan andre. Meri selalu mengambil lauk andre saat andre ingin memakannya. Andre hanya tersenyum melihat kejahilan kekasihnya.

"lain kali, jangan beli di tempat yang membungkus makanan dengan sterofom. Ini bahan yang susah di urai, jadi hindari" ujar meri setelah menghabiskan makanannya. Andre melanjutkan makannya sedangkan meri membongkar plastik lain yang di bawa andre. meri mengambil dua sendok stainless kemudian menempelkannya ke ice batu kemudian menempelkannya ke kelopak matanya. Kegiatan itu berulang hingga puluhan kali.

"apa perlu seperti itu?" andre melihat meri yang mulai menempelkan teh celup berbentuk bundar ke kedua matanya setelah membasahinya dengan air es terlebih dahulu.

"diam, dan lakukan sesuatu agar kau tidak bosan dan terus mengkritikku" meri enggan membuka matanya karena bubuk teh yang menempel di kelopak matanya.

"apa aku benar-benar harus melakukan sesuatu?" tanya andre

"hemm" meri menjawab dengan melambaikan tangannya seperti mengusir andre. Tiba-tiba tubuh meri terasa mendapatkan beban berat dan ada sesuatu yang mendarat di bibirnya.

___to be cintinue___


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C9
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión