Di sepanjang jalan yang bersalju, Ku He dan Xiao En yang putus asa mulai mendaki ke gunung es. Wajah Xiao En yang tadinya beku mulai menghangat, memungkinkannya untuk mengekspresikan emosinya sekali lagi, mulai dari kegembiraan, kegelisahan, hingga ketakutan.
Ku He tidak mengenal rasa takut; dia hanya memiliki rasa fanatisme yang kuat. Dia adalah seorang biksu, dan dia telah menetapkan tujuan hidupnya untuk menyentuh pintu kuil dan berlutut di atas tangga tempat suci itu untuk berdoa.