Hati Xia Ling ikut perih lagi melihat ekspresi sedih Pei Ziheng.
"Bagaimana jika aku memberitahumu bahwa aku sedang kalah dalam perang ini?" tanya Pei Ziheng dengan lembut.
Xia Ling agak tersentak, tidak sengaja menjatuhkan cangkir di atas meja, menumpahkan separuh isinya. "Kau... akan kalah?"
Mata Pei Ziheng menyipit dan menatapnya sejenak. "Tidak."
Tanpa sadar, ia menghela napas lega. Tentu saja Pei Ziheng tidak terkalahkan. Bagaimana mungkin ia bisa kalah? Namun, Xia Ling menjadi gugup. "Lalu... Dia?" ia tidak berani menyebutkan nama Li Lei di depan Pei Ziheng.
Mata Pei Ziheng menyipit lebih jauh, dan ia seperti seekor harimau yang suasana hatinya tidak bisa diprediksi saat dengan kejam membayangkan mangsa. Xia Ling menyusut kembali ke kursinya di bawah tatapan lelaki itu ketika merinding.
Namun, Pei Ziheng tidak melakukan hal lain saat ia bangkit dan berjalan menuju kamar tidur.