Tiba-tiba entah darimana asalnya, ada sosok tubuh tinggi yang berdiri di depan Alena. Alena tengadah menatap orang itu. Pastinya bukan Justin. Karena Sejak kejadian itu Ia tidak pernah melihat lagi wajah Justin di kampus ini. Katanya Justin sekarang meringkuk dipenjara disebabkan kasus pelecehan seksual terhadap seorang mahasiswa dari fakultas teknik sipil.
Mahasiswi tersebut melaporkan bahwa dirinya diperkosa Justin disertai bukti-bukti berupa foto. Padahal Justin sendiri tidak merasa melakukan pelecehan tersebut. Foto-foto juga diambil berdasarkan kesepakatan mereka bersama. Semuanya dilakukan suka sama suka. Bahkan kejadiannya pada saat mereka liburan ke pantai kemarin.
Bagaimana bisa perbuatan yang dilakukan suka sama suka dilaporkan sebagai pelecehan. Tapi Justin tidak bisa mengelak karena buktinya ada. Bahkan ditambah akting si Mahasiswi itu yang begitu meyakinkan membuat Ia semakin tersudut sehingga Ia akhirnya harus menerima vonis 2 tahun penjara, dua minggu setelah Ia mencoba hendak memperkosa Alena.
"Edward??..." Suara Alena hampir tak terdengar. Ia melihat Edward begitu kurus dengan pandangan yang kosong.
"Alena... Bolehkah Aku duduk ? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Pandangan mata yang keluar dari mata yang berwarna kehijauan itu sangat memelas. Walaupun demikian pancaran pesonanya tidak sampai hilang. Alena kebingungan Ia lalu melirik pada Cynthia untuk meminta pendapat. Cynthia Melihat bahwa Edward seperti sudah mengalami penderitaan yang begitu dalam. Jika Alena menolak Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Cynthia lalu bangkit dan memberikan kursinya pada Edward.
"Bicaralah kalian. Aku akan mengawasimu di sana" Kata Cynthia sambil menunjuk pada kursi yang diduduki oleh dua orang penjaga Alena. Alena memegang tangan Cynthia Ia masih trauma dengan kejadian waktu Justin hendak memperkosanya. Sehingga setiap Ia berdekatan dengan pria yang bukan suaminya mendadak Ia gemetar ketakutan. " Jangan khawatir Alena..Kami akan mengawasimu." Cynthia berbisik.
Edward mengucapkan terima kasih pada Cynthia lalu Ia duduk di depan Alena. Alena menggeserkan kursinya sedikit menjauh dari Edward. Hati Edward seraya disayat sembilu Ia melihat Alena terasa makin menjauh.
"Apa kabarmu, Alena? Lama tidak berjumpa." Suara Edward gemetar melihat wanita yang sangat Ia cintai ada di depannya. Air matanya hampir meleleh karena cinta yang begitu besar pada Alena. Alena menatap Edward yang begitu muram. Diam-diam hatinya merasa heran. Selama ini Ia mengira bahwa Edward sudah bahagia bersama Elsa.
"Aku baik-baik saja. Bagaimana kabar Elsa?" Alena sengaja bertanya kabar Elsa dan tidak bertanya tentang kabar Edward. Karena kalau dilihat dari penampilan Edward dapat dipastikan bahwa Edward dalam keadaan tidak baik.
"Elsa baik-baik saja. Ia sudah bersama George sekarang. Dan mereka akan melangsungkan pernikahan setelah mereka lulus nanti." Suara Edward terdengar datar tanpa emosi.
Alena tercekat, " Bagaimana bisa?? Bukankah kalian sedang berhubungan?" Alena menatap Edward dengan wajah keheranan. Sesaat Edward menikmati wajah cantik didepannya. Betapa indahnya wajah Alena ketika sedang menatapnya. Mata yang begitu bulat dan bening, hidung yang tidak terlalu mancung tetapi sangat proporsional pada wajahnya dan bibirnya yang mungil tetapi sedikit tebal pada bagian tengahnya menjanjikan kemanisan dan kenikmatan yang tak terbatas bagi yang berhasil menciumnya.
"Alena.." Tiba-tiba Edward meraih tangan Alena. Alena terkejut dan langsung menarik tangannya agar Edward tidak menyentuh tangannya. Edward mengeluh.
"Jangan Edward!!" Alena mengguman.
"Alena, Aku mencintaimu dan aku tidak dapat melupakanmu. Elsa akhirnya lelah menghadapi Aku yang terobsesi padamu. Alena sayangku, tolonglah. Berilah aku kesempatan untuk membuktikan bahwa Aku akan membahagiakanmu. Aku akan melakukan apa saja untukmu. Aku bersedia tinggal dimana pun Kau berada. Alena Aku tidak dapat hidup tanpamu" Edward memohon dengan suara yang begitu menyedihkan. Bahkan perkataannya lebih mirip dengan ratapan daripada permohonan.
Alena menegang dikursinya, Ia merasa nafasnya tercekik.
"Alena Aku bersedia mati untukmu.."
Belum juga Alena menjawab, entah darimana datangnya tiba-tiba tangan Alena ditarik agar bangun dari duduknya dan kemudian sebuah tangan lainnya memeluk pinggangnya yang ramping.
"Tapi Edward, Sayangnya Alena tidak membutuhkan nyawamu. Lagipula Ia sudah ada yang memilikinya, Ia adalah milikku sekarang. Ia sudah menjadi istriku yang sah"
Suara yang sangat akrab ditelinga Alena. Alena menoleh ke samping tampak suaminya Nizam sedang menatapnya mesra. Apa-apaan nih bocah, bukannya Ia dilarang mempertontonkan kemesraan didepan orang lain. Ini malah memeluknya didepan orang banyak. Di depan Edward lagi yang lagi kacau dan galau.
Semua orang langsung memandang adegan langka di depan mereka. Nizam yang berhati batu dan bermuka datar bagai tembok Cina itu tampak sedang memeluk Alena. Alena mencoba melepaskan pelukan suaminya. Ia sedikit malu menjadi pusat perhatian pada semua mata yang memandangnya. Tapi tangan Nizam malah semakin erat memeluk pinggangnya dari samping.
Edward berdiri memandang Ke arah mereka seakan-akan Ia sedang menghadapi sebilah pisau yang siap menghujam hatinya.
"Bagaimana mungkin kau mengatakan suatu kebohongan yang begitu besar, Nizam??" Kata Edward sambil menatap tajam.
Nizam tersenyum lalu Ia memutar pinggang Alena sehingga sekarang mereka berhadap-hadapan. Belum hilang rasa terkejut Alena ketika tiba-tiba Nizam menghujamnya dengan sebuah ciuman yang teramat dalam. Alena merasakan betapa panasnya mulut Nizam pada bibirnya. Lidahnya yang panjang menjelajahi seluruh ruang mulutnya. Sementara itu lidahnya yang kaku karena rasa terkejut menjadi permainan yang mengasyikkan bagi lidah Nizam. Alena merasa perutnya sedikit mual karena rasa malu. mesra sih mesra tapi kalau didepan orang banyak seperti ini Dia juga tidak bisa menikmatinya. Kalau sekedar kecup mengecup sih ga apa-apa.
Kontan saja terdengar suara pekikan terkejut dari orang-orang yang melihatnya. Beragam ekspresi wajah mereka perlihatkan menyaksikan adegan yang didepan mereka. Seakan-akan mereka sedang menyaksikan sepasang pengantin yang mempertunjukkan cinta mereka setelah pengucapan janji setia di depan altar pernikahan. Ada beberapa orang yang terlihat mengabadikan adegan itu.
Nizam semakin erat memeluk Alena oleh tangan kirinya karena Ia merasakan tubuh istrinya menolak sentuhannya. Ia juga menekan kepala Alena dengan tangan kanannya agar tetap pada posisi yang Ia inginkan. Nizam tahu Alena tidak menikmati ciumannya tapi Ia tidak perduli. Setelah puas barulah Ia melepaskan ciumannya. Ia menyeringai pada Alena yang wajahnya pucat pasi bagai bulan kesiangan. Begitu terlepas kedua tangan Alena refleks memegang bibirnya yang baru terlepas dari bibir Nizam. Lalu Ia melihat ke kiri dan kanan. Semua mata memandangnya dengan tatapan yang tidak dapat Ia bayangkan. Air matanya mulai hendak mengalir karena malu.
Edward membeku dengan hati bagai terbakar. Apalagi kemudian Ia melihat Nizam menarik tangan Alena yang memakai cincin pernikahan. lalu memperlihatkan kepadanya. Edward jelas dapat melihat. Ada nama Nizam yang terukir indah di cincin berlian itu.
'Ini adalah cincin pernikahan kami. Dua hari ke depan Kami akan pulang ke Azura untuk merayakan pernikahan Kami. Dan Kau serta semua yang ada di sini aku undang untuk menyaksikan resepsi pernikahan kami tersebut. Semua tiket dan akomodasi aku siapkan gratis. Kalian tinggal pergi saja.
Silahkan kalian buat daftarnya siapa saja yang akan datang dan serahkan pada Cynthia. Resepsinya sekitar dua Minggu dari sekarang." Semua orang langsung bertepuk tangan dan mengucapkan selamat dengan hati bahagia. Serasa mimpi mereka akan liburan gratis ke Azura.
Lalu Nizam merangkul bahu Alena dari samping. Mengajak Alena berjalan melewati Edward yang masih terdiam shock berat. Ketika badan Nizam pas sejajar dengan badan Edward. Nizam berkata: " Berhentilah mengucapkan cinta pada Alena, karena Ia sudah menjadi istriku sekarang. Buatlah kehidupan yang baru untukmu dan bertindaklah seperti laki-laki sejati pada umumnya. " Tangan Nizam menepuk pundak Edward.
"Kamu laki-laki yang baik dan sopan. Akan banyak wanita yang mengharapkan cintamu" Lanjut Nizam lagi.
Edward hanya menatap mereka dengan pandangan saya dan kosong. Lalu tubuhnya ambruk terduduk di kursi yang baru saja Ia duduki bersama Alena tadi. Langit terasa gelap di matanya. Nyawanya terasa hilang direnggut Nizam.