Descargar la aplicación
21.9% The Tales of Lixe / Chapter 22: The Icy Maiden: The True Feeling

Capítulo 22: The Icy Maiden: The True Feeling

"Hei kamu, apa kamu tidak apa-apa?"

Sharon melihat seorang anak laki-laki yang mempunyai rambut berwarna putih bersih yang mengulurkan tangannya ke arah Sharon. Anak laki-laki itu tersenyum mencoba menghibur Sharon kecil yang sudah kehilangan harapannya untuk hidup lagi.

Itu adalah hari dimana pasukan iblis datang dan memporak-porandakan desa yang dia tinggali bersama orang tuanya. Desa yang seharusnya aman dari peperangan, dengan sekejap berubah menjadi lautan api. Tubuh dari para penduduk desa yang dibantai oleh pasukan iblis itu hanya tergeletak tak bernyawa yang menghiasi pemandangan yang mengerikan itu.

Sharon beruntung karena sesaat sebelum dia tertangkap oleh pasukan iblis, anak laki-laki itu menolongnya dan melindunginya dari pasukan iblis. Dengan susah payah, anak itu berhasil menyelamatkan Sharon dan membawa Sharon ke tempat yang aman.

Sharon yang matanya sudah seperti orang mati itu pun menoleh ke arah anak laki-laki berambut putih itu.

"Siapa kamu?"

Anak laki-laki itu tersenyum manis kepada Sharon berusaha menyembunyikan kesedihannya agar Sharon tidak merasa sedih lagi dengan apa yang telah terjadi dengannya.

"Namaku Edward. Kalau kamu?"

Sharon kembali menundukkan kepalanya dan hanya menatap tanah dengan tatapan kosong tanpa ada cahaya harapan apapun yang terlihat di matanya.

"Tidak ada gunanya kamu tahu namaku, sebentar lagi aku juga akan menyusul mereka."

Kata-kata dari Sharon kecil yang telah putus asa dengan nasibnya itu membuat Edward merasa sedih. Dia sangat ingin melihat gadis kecil yang baru saja dia selamatkan itu gembira lagi, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Sharon tidak mempedulikan kata-kata Edward kecil itu karena itu hanya terdengar seperti impian seorang anak kecil yang tidak tahu betapa kerasnya dunia ini. Sharon hanya terdiam sambil melamun menunggu kematiannya agar bisa dengan segera bertemu dengan orang tuanya.

"Ah, begitu!"

Edward pun duduk di sebelah Sharon yang termenung dengan matanya yang penuh dengan kesedihan itu. Dia tahu apa yang sedang dirasakan Sharon sekarang, karena dia juga merasakan perasaan yang sama.

Tiba-tiba di dalam kesunyian itu, ada satu ekor serigala yang datang memasuki gua tampat mereka bersembunyi itu. Itu membuat Edward sangat terkejut karena selama dia berkeliaran di hutan itu, dia sama sekali tidak pernah menemukan satu serigala pun. Tetapi dia menemukan seuah kejanggalan, serigala itu hanya sendirian, dia tidak menemukan kawanannya dimanapun dia melihat.

"Hey kau! Ayo kita segera lari!"

Sharon kecil yang sudah berputus asa itu pun hanya pasrah dengan nasibnya. Dia sudah tidak peduli apakah dirinya akan mati dimakan oleh serigala, atau mati karena kelaparan. Bagi dia itu sama saja, tidak ada yang berbeda karena baik pilihan yang manapun, dia juga akan mati.

Tetapi semakin serigala itu mendekat ke arah mereka, Sharon semakin dimakan oleh ketakutannya. Walaupun dia telah berkata tidak peduli dengan dirinya lagi, tetapi dia hanyalah seorang anak gadis biasa yang bahkan takut untuk melihat darah sekalipun. Tidak mungkin baginya untuk bisa siap menghadapi kematian.

Serigala itu semakin mendekat, dan mendekat ke arah mereka. Wajah Sharon pun penuh dengan ekspresi ketakutannya yang luar biasa. Seluruh tubuhnya sangat lemas sehingga tidak bisa hanya untuk berdiri sekalipun. Dia pun memejamkan matanya dan berharap kalau orang tuanya menolongnya saat ini.

"Mama, Papa, tolong aku."

"Tch! Tidak ada pilihan lain!"

Edward pun segera menarik pedang yang sempat dia curi dari iblis saat akan menyelamatkan Sharon. Itu bukanlah pedang yang bagus, tetapi setidaknya pedang itu bisa berguna bagi Edward untuk menghadapi serigala itu.

Edward tahu kalau dia meninggalkan Sharon, maka kesempatannya untuk selamat akan naik. Tetapi, harga dirinya terlalu tinggi untuk melakukan itu, dia tidak ingin mengorbankan orang lain hanya untuk keselamatannya, dia akan melindungi dirinya sendiri dengan kekuatannya sendiri.

Serigala itu pun menyerang dengan cakar dan giginya yang sangat tajam yang bisa mencabik-cabik Edward kecil itu. Tetapi Edward berhasil menahan gigi serigala itu dengan pedangnya sehingga giginya yang tajam itu tidak sampai melukai Edward.

Sharon yang sangat ketakutan itu pun hanya bisa menutup matanya, dan berharap seseorang akan menolongnya, tetapi dia tidak sadar kalau di dunia yang kejam ini, tidak ada sesuatu yang seperti itu.

"Hey kau, apa kau tahu kalau aku juga merasakan hal yang sama denganmu?"

Sharon pun membuka sedikit matanya, dan melihat Edward yang menahan serigala itu dengan segala kekuatannya. Berbeda dengannya yang hanya bisa menangis dan pasrah menunggu bantuan dari orang lain, Edward sama sekali tidak menangis, ataupun takut dengan serigala itu. Sharon kecil itu pun hanya bisa terheran melihat ekspresi wajah Edward yang tidak menunjukkan wajah ketakutan sama sekali.

"Kenapa? Kenapa kau masih bisa?"

Sama seperti Sharon, tentu Edward merasakan perasaan sedih bercampur marah. Di dalam hatinya juga ada ketakutan yang sama dengan yang Sharon rasakan. Tetapi disamping itu juga ada rasa kebencian dan ingin membalas dendam terhadap iblis yang membunuh orang-orang tercintanya.

"Aku juga sama sepertimu, di dalam diriku, ada perasaan takut dan ingin menyerah. Tetapi, aku bukanlah orang yang hanya diam menunggu kematian! Selama aku masih hidup, aku akan terus berusaha sampai akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang dan tidak mempunyai penyesalan lagi!"

Edward mendorong pedangnya dengan sekuat tenaga dan memojokkan serigala itu di pohon besar yang berada di depannya.

Edward pun memasang wajah seriusnya kali ini. Matanya benar-benar belum menampakkan rasa menyerah dan putus asa. Mata itu selalu memancarkan rasa kebencian, dan amarah dari dalam lubuk hati Edward kecil.

"Apa kau tahu, dunia ini sangatlah kejam! Karena itulah kita harus bertarung untuk bisa bertahan hidup!"

Edward tidak ingin mengatakan ini, tetapi dia tidak mempunyai pilihan lain selain mengajari Sharon yang cengeng itu kebenaran tentang dunia yang sangat kejam ini.

"Karena itulah, kalau kau ingin tetap hidup, cepat ambil pedang itu, dan bertarunglah! Jangan menjadi gadis cengeng, kau bodoh!"

Sharon yang mendengar itu pun menangis dengan sangat keras, tetapi itu tidak menghentikan Edward untuk mengajarinya kebenaran tentang dunia ini.

"Jangan Cuma menangis! Cepat ambil pedang itu, dan bertarunglah demi hidupmu, dasar gadis cengeng! Jangan membuat usahaku untuk menyelamatkanmu menjadi sia-sia! Bertarunglah demi dirimu sendiri!"

Sharon yang masih menangis itu pun mulai menggerakkan tangannya dan menggenggam gagang pedang yang berada di sampingnya. Tangannya merasa sangat lemas hanya dengan memegang pedang itu. Pedang yang menurutnya adalah sesuatu yang sangat menakutkan karena bisa melukai seseorang, sekarang dia harus memegangnya dengan tangannya sendiri. Dengan tubuh lemasnya itu, Sharon kecil pun mulai berdiri dengan kedua kaki kecilnya itu dengan bersusah payah.

"CEPAT BERTARUNGLAH, DASAR GADIS CENGENG!"

Sharon pun mengarahkan ujung pedangnya yang lancip dan berlari ke arah serigala yang sedang dipepet Edward kecil itu. Dia berlari dengan mengeluarkan seluruh tenaganya dengan mata yang masih mengeluarkan air mata itu. Dia berteriak dengan sangat keras sehingga semuanya dapat mendengar teriakan seorang gadis kecil yang akan mengubah dirinya itu.

Ujung dari pedang Sharon itu pun menusuk perut dari serigala itu sehingga membuat serigala itu menggeram kesakitan. Darah serigala itu pun membasahi tangan sharon kecil itu dan membuatnya sangat syok. Sharon melihat darah di tangannya dengan ekspresi yang sangat ketakutan. Darah yang selama ini membuatnya merasa ketakutan itu, sekarang membasahi kedua tangan kecilnya itu.

Edward pun melepas serigala yang telah tertusuk pedang itu, dan segera membunuhnya untuk mengakhiri segala penderitaannya. Setelah itu, dia hanya menatap kearah serigala yang mati itu dengan tatapan kesedihan.

"Inilah kenyataan di dunia ini. Kalau kau tidak kuat, maka kau akan segera mati! Yang kuatlah yang akan menentukan nasib yang lemah, itulah bagaimana dunia ini bekerja. Karena itu, berhentilah menjadi gadis cengeng!"

Edward berjalan ke arah Sharon yang sama sekali tidak bisa berhenti untuk menghentikan aliran air matanya dan mengelus kepalanya itu dengan wajahnya mencoba untuk tersenyum meskipun senyuman itu adalah senyuman palsu.

"Dan tetaplah berusaha untuk hidup seberat apapun itu!"

Sharon terkesima dengan Edward yang berusaha membuka mata Sharon yang merupakan seorang gadis manja, dan membuatnya menjadi seorang gadis yang mandiri dan kuat.

"Dan tunggu, akulah yang akan mengubah dunia ini!"

Saat itu lah Sharon kecil merasakan hangatnya cahaya lagi. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengannya, tetapi melihat itu, hatinya yang kosong itu berubah menjadi berbunga-bunga dan penuh dengan harapan lagi. Mata Sharon yang sudah seperti orang mati itu pun kembali menjadi hidup.

Baginya mungkin itu hanyalah mimpi seorang anak yang polos, tetapi entah kenapa ada sesuatu di dalam hati Sharon yang berkata bahwa itu sangat mungkin. Dia pun mengusap air matanya dan menghilangkan wajah sedihnya itu.

Edward pun melepaskan tangannya dan bersiap untuk pergi, tetapi Sharon mencubit baju dari Edward akan pergi itu, dan wajahnya pun menjadi sedikit memerah.

"Tu-tunggu, jangan pergi! A-aku juga ikut bersamamu."

Edward pun tersenyum sambil menggenggam tangan Sharon dengan erat. Dia sangat senang karena telah mendapatkan teman untuk perjalanan barunya dalam meraih mimpinya itu. Meskipun Edward tahu sekarang mereka masih sangat lemah, tetapi dia sama sekali tidak akan putus asa karena dia sangat percaya bahwa harapan akan membawanya pada tujuannya.

"Benarkah itu?! Kalau begitu ayo berjanji bahwa kita akan selalu bersama, kita akan juga saling membantu satu sama lain dalam kesusahan, dan kita tidak akan terpisahkan untuk selamanya!"

."Ya, Ja-jangan salah sangka! I-ini bukan berarti kalau aku ingin bersamamu a-atau apapun itu!"

Wajah Sharon kecil itu semakin memerah karena Edward yang menggenggam tangannya dengan erat. Dia tidak percaya kalau dirinya akan menjadi seperti ini, dia tidak percaya kalau dirinya akan menyukai anak berambut putih itu.

"Bo-bodoh! P-pastikan kau bertanggung jawab ya?"

Mereka pun saling mengaitkan jari kelingkingnya dan membuat sebuah janji. Itu adalah sebuah janji yang selalu Sharon ingat di dalam hidupnya. sebuah janji yang sangat penting di dalam hidup Sharon, dan sebuah janji yang akan selalu mengingatkan Sharon bahwa dirinya lemah.

"SIAL! Apanya yang saling membantu! Aku bahkan tidak pernah sekalipun membantu!"

Sharon menangis mengingat-ingat tentang masa lalunya dengan Edward itu. Masa dimana Edward menyelamatkannya dan membuatnya memiliki harapan lagi. Sharon teringat kalau dirinya sudah beberapa kali diselamatkan oleh Edward, tetapi dirinya sama sekali belum pernah menyelamatkan Edward karena dirinya yang lemah. Dia merasa sama sekali tidak berdaya saat ini, dia telah membiarkan Edward yang sangat dia cintai dan kasihi menjadi seperti sekarang.

Edward memang selamat dari ledakan cahaya itu, tetapi kondisinya sekarang bahkan jauh lebih buruk daripada White atau siapapun sampai-sampai tidak ada seseorang pun yang bisa tidak menangis melihat kondisi Edward sekarang.

"SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL!"

Sharon terus meninju pohon yang berada di depannya itu dengan keras dengan air mata yang terus mengalir dari matanya yang indah itu. Dia merasa benci kepada dirinya sendiri karena sama sekali tidak berguna. Dia benci kepada dirinya sendiri karena sangat lemah. Dia benci kepada dirinya sendiri karena sama sekali tidak bisa menyelamatkan Edward disaat dia sedang membutuhkan bantuan.

"SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL!"

Sharon terus meninju pohon besar itu berkali-kali sampai akhirnya dia menyerah dan terdiam dengan tatapan yang sangat menyedihkan. Dia sangat ingin menyelamatkan Edward dan membuatnya seperti sedia kala lagi, tetapi bahkan Chamuel yang sampai pulang ke Fuschia untuk mengerahkan semua yang dia punya, tetap menemui sebuah jalan buntu.

Kalau dia bisa, dia sangat ingin menukar posisinya saat ini dengan Edward. Dia tidak peduli akan menjadi seperti apa dirinya, asalkan dia bisa menyelamatkan Edward, maka itu sudah lebih dari cukup.

"Sial! Kenapa aku sangat lemah seperti ini! Aku bahkan tidak bisa menyelamatkannya satu kali pun! Sial!"

Sharon memandangi langit yang mendung gelap seolah-olah ikut bersedih dengan apa yang terjadi itu dengan wajah yang penuh dengan kesedihan. Dia merasa kalau tidak ada gunanya dia berada di sisi Edward, kalau dia bahkan tidak bisa berguna untuknya. Dia bahkan sudah berkali-kali berpikir untuk pergi dari sini, tetapi dia tidak sanggup untuk melakukannya.

"Jangan pergi!"

White mencoba menggapai tangan seseorang dengan sangat keras. tetapi semakin dia mendekat, semakin orang itu menjauh darinya.

"Tuanku!"

Orang itu menoleh ke arah White dan tersenyum dengan senyuman yang pahit seolah-olah sedang menahan kesedihan yang luar biasa.

"White, tidurlah dan jangan membuka matamu sebelum waktunya tiba."

White tetap berlari mengejar orang itu dengan sekuat tenaganya. Tetapi orang itu perlahan menghilang ditelan cahaya yang sangat terang.

"Tuanku!"

White akhirnya membuka matanya setelah selama satu bulan lebih tidak sadarkan diri, dan dirawat di tempat itu akibat lukanya yang parah itu. Dia melihat disampingnya ada Rose yang melihatnya dengan tatapan penuh syukur karena White telah kembali.

Rose yang matanya penuh dengan air mata haru itu pun segera memeluk White yang telah tersadar dari tidur panjangnya. Dia sangat khawatir kalau White tidak akan pernah bangun kembali. Dia sangat khawatir kalau dia akan kehilangan sosok White yang sudah menemaninya semenjak dia kecil, dan sudah dia anggap seperti keluarganya sendiri.

"White, syukurlah kamu sudah bangun!"

White bertanya-tanya kenapa dia bisa berada di tempat itu, dan juga bagaimana dia bisa. Dia pun akhirnya teringat dengan pertarungan terakhirnya melawan Avvanyyon, dan dia tertusuk di dadanya. Tetapi ini sangatlah aneh bagi White untuk bisa masih hidup setelah mengalami luka yang separah itu.

"Kenapa aku masih...? dimana tuanku Edward?"

Rose tidak tahu apakah dia harus menceritakan kepada White tentang aksi dari Edward yang rela mengorbankan tubuhnya untuk menyelamatkan, dan membalaskan dendamnya. Tetapi, cepat atau lambat White juga akan tahu tentang ini, jadi tidak ada alasan untuk menyembunyikannya sekarang.

Rose pun melepaskan pelukannya, dan memegang pundak White dengan mata yang serius.

"White, sebenarnya kak Edward telah membagikan energi kehidupannya kepadamu agar kau tetap hidup."

Mata White pun terbelalak karena terkejut tidak percaya kalau Edward akan melakukan sesuatu sejauh itu untuknya. Dia merasa sangat senang karena Edward menganggapnya sangat berharga, tetapi dia juga merasa sedikit marah karena itu sangat ceroboh.

"Dan sekarang, kak Edward sedang dirawat karena lukanya yang sangat parah akibat dari pertarungannya melawan Avvanyyon."

Rasa senang White itu dengan sekejap berubah menjadi rasa sedih. Ekspresi wajahnya saja sudah menunjukkan betapa terkejutnya dia mendengar kalau Edward sedang terluka parah.

"Terluka...parah? Tuanku...terluka...parah?"

"Sebenarnya, keadaan kak Edward sekarang ini jauh lebih buruk dari pada yang kau bayangkan."

White merasa tidak percaya dengan ini, dia tidak percaya dengan kata-kata Rose yang mengatakan Edward sedang terluka parah sebelum melihatnya sendiri dengan mata kepalanya.

"Tuanku Edward ada dimana sekarang?"

Rose tahu kalau White pasti akan langsung menanyakan itu setelah dia memberitahu tentang keadaan Edward, dia tidak keberatan untuk memberitahu White meskipun dia sedikit khawatir dengan reaksi White ketika melihatnya.

"Kak Edward sekarang berada di ruangan khusus."

White pun segera berdiri, dan dengan cepat berjalan meninggalkan ruangan itu untuk melihat keadaan Edward yang sekarang. Dia berjalan dengan cepat sehingga tidak terlihat seperti orang koma yang baru bangun. Tetapi Semakin dia melangkah, semakin muncul sebuah keraguan di dalam hati White, dia sangat takut kalau apa yang ada dibayangannya itu benar-benar terjadi, dia sangat takut kalau Edward akan menjauh lagi seperti yang dia mimpikan. Dia pun membuang semua keraguan itu jauh-jauh, dan segera menuju ke ruangan khusus.

Tepat di depan ruangan khusus, dia melihat Lily dan juga Chamuel yang diam termenung dengan pandangan yang kosong seolah-olah diri mereka tidak ada disana. Bahkan wajah Lily tidak menunjukkan seperti orang hidup, wajahnya sangat pucat dengan bibirnya yang kering. Lily bahkan sama sekali tidak makan sesuatu semenjak hal tragis itu terjadi di hadapannya, dia hanya duduk menyendiri di depan ruangan khusus itu dengan tatapan yang kosong sambil terus menerus menyebut nama Edward. Dia benar-benar mengalami depresi yang sangat hebat melihat keadaan Edward saat ini yang bahkan lebih buruk dari siapapun.

"Ed...Ed...Ed..."

Mata Chamuel mulai berkaca-kaca, hatinya serasa hancur mengingat tentang apa yang terjadi dengan Edward. Dia yang selama ini sangat yakin kepada dirinya kalau dia bisa melindungi Edward dari apapun, sekarang dia merasa seperti orang dungu yang terlalu bodoh untuk meremehkan takdir.

"Ed-chan(hiks)...Ed-chan(hiks)...uwaaaa~"

Chamuel menangis sejadi-jadinya karena hatinya sudah tidak sanggup menahan rasa sedih yang amat dalam itu. Ini adalah pertama kalinya dia merasa tidak berguna di dalam hidupnya. Semua yang dia punya, kekayaan, tahta, dan kekuatannya sama sekali tidak berguna untuk bisa membuat Edward kembali seperti sedia kala. Chamuel sudah menggunakan semuanya untuk berusaha membuat Edward kembali seperti semula. Dia bahkan sudah bepergian kesana-kemari berusaha mencari sesuatu yang bisa menyembuhkan Edward. Tetapi, dia sama sekali tidak menemukan apapun dan hanya bisa putus asa menunggu takdir.

White pun membuka pintu ruangan khusus itu dengan perasaan takut yang sangat besar di dalam hatinya. Dia berharap kalau Edward tidaklah seburuk yang dia bayangkan sehingga dia bisa menyembuhkannya dengan kemampuannya, tetapi harapan itu pupus dengan sangat cepat seperti tisu kering yang terbakar api, di ruangan itu White melihat Edward yang terbaring tidak berdaya dengan perban yang membungkus seluruh tubuhnya. Bahkan hanya melihatnya pun White sudah tahu kalau keadaan Edward sangatlah parah jauh di atas yang dia bayangkan.

Di sebelah Edward, ada Lilith dan Evelyn yang setia menemani Edward yang masih belum juga tersadar itu. Mereka hanya bisa meratapi nasib malang yang menimpa Edward dengan wajah yang penuh dengan duka.

Inilah keadaan Edward yang sebenarnya, dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi di sisa hidupnya. Matanya sudah tidak berfungsi lagi, dia tidak bisa menggerakkan anggota badannya lagi, satu-satunya yang bisa berfungsi hanyalah pendengarannya. Seluruh tubuhnya hanya akan menjadi seonggokan daging yang tidak bisa bergerak.

Lilith memalingkan mukanya sambil menggigit bibirnya. Dia berusaha menahan air matanya sekuat tenaga, tetapi air matanya tetap keluar dengan sendirinya melihat teman baik pertamanya dari ras lain itu menjadi seperti ini.

[Tidak, ini tidak mungkin! Ini tidak mungkin! Ini pasti hanya mimpi! Ya, ini pasti hanya mimpi!]

White meninju pipinya sendiri untuk meyakinkan kalau itu adalah mimpi, tetapi sayangnya dia masih merasakan rasa sakit. Dia pun memukul perutnya, tetapi dia tetap merasakan sakit. Dia terus melakukan itu sampai dia memastikan kalau itu sama sekali tidak sakit dan membuktikan kalau semua itu hanyalah mimpi buruknya.

[Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak! Tidak!]

Dia tetap melakukan itu, dia tetap menyakiti dirinya sendiri dengan sengaja agar dia segera terbangun dari mimpi buruknya ini, tetapi sayang ini bukanlah mimpi sama sekali, ini adalah kenyataan dari dunia ini.

Hati White pun hancur sehancur-hancurnya sampai dia tidak kuasa menahan air matanya yang mengalir deras dari matanya yang indah dan penuh kesedihan itu.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

[Oh tuhan! Jika engkau memang ada, aku memohon padamu dengan seluruh hatiku...aku mohon...]

White benar-benar telah merasa putus asa di dalam hidupnya. Dia bahkan sampai memohon kepada tuhan yang selama ini dia tidak percayai akan adanya. Dia sudah tidak tahu jalan lain lagi untuk membuat Edward menjadi seperti sedia kala, bahkan untuk kemampuannya, itu sangat mustahil untuk mengembalikan Edward seperti sedia kala.

White bersujud dengan tangannya dia tempelkan ke lantai menghadap Edward yang sedang tidak sadar itu. Dia sudah tidak menginginkan apa-apa lagi, yang dia inginkan saat ini hanyalah melihat Edward bisa tersenyum lagi dengan senyuman yang selalu membuat hatinya merasakan senang.

[Aku mohon dengarkanlah doaku ini...aku mohon, tunjukkan keajaibanmu.]

Tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul dengan sendirinya di depan White yang sedang bersujud itu. Wanita itu memiliki rambut panjang berwarna kuning kehijauan, matanya yang cantik dan lebar dengan iris berwarna oranye yang menawan.

"Oh my, suara teriakan yang merdu sekali! Aku yakin tuhan akan mendengar doamu."

Di belakang wanita itu ada sang raja roh yaitu Arsenick dan juga Archangel Zadkiel yang baru saja sampai disana bersama wanita itu.

Zadkiel berjalan menuju White yang sedang bersujud itu dan memegang pundaknya. Dia pun mendekatkan mulutnya ke telinga White dan membisikkan sesuatu.

"Tenanglah White, aku tidak akan membiarkan dia menderita."

Zadkiel pun menarik tangan White dan membantunya berdiri, dia tidak tega melihat White yang sampai seperti itu. Begitupun dengan Lily yang terlihat sangat menyedihkan dengan kulitnya yang pucat, dan wajahnya yang nampak sangat tertekan.

Wanita itu pun berjalan menuju Edward yang masih belum sadar itu dengan wajah yang penuh dengan kesedihan. Dia pun menyandarkan kepalanya ke dada Edward yang dibungkus perban itu dan mendengarkan suara detak jantungnya yang indah.

"Oh tuanku! Sungguh sangat mengenaskannya keadaanmu! Aku tidak menyangka kalau pertemuan pertama kita akan menjadi seperti ini. Kau tidak bisa mendengarku, tidak bisa melihatku, bahkan tidak bisa hanya untuk merasakanku."

Wanita itu memegang pipi Edward yang dibalut dengan perban dan menatapnya dengan tersenyum manis dan tatapannya yang menawan.

"Tapi jangan bersedih, aku akan segera membuatmu baik kembali."

Chamuel, Lily, dan semua yang mendengarkan suara itu pun mulai melihat cahaya harapan di matanya. Mereka langsung bangkit dan berjalan menghampiri wanita itu dengan dengan mata yang terlihat hidup lagi.

"Benarkah? Benarkah kau bisa menyembuhkan Ed?!"

Wanita itu sangat percaya diri dengan dirinya sehingga di wajahnya tidak nampak rasa ragu-ragu sama sekali, bahkan wajahnya terlihat santai dengan senyumannya yang indah. Dia sangat yakin kalau dirinya bisa dengan mudah menghilangkan penderitaan Edward yang sekarang ini dia alami.

"Oh my, tentu saja aku bisa!"

Wanita itu pun mendekat ke arah Chamuel dan Lily yang mulai melihat harapan ittu, dia sangat tahu apa yang mereka rasakan saat ini tetapi itu sudah tidak perlu lagi karena dia sudah mempersiapkan dirinya sejak dari dulu untuk hal yang semacam ini.

Wanita itu sedikin membungkukkan badan dan sedikit menarik roknya dengan anggun layaknya seorang putri. Tepat di kepalanya pun muncul tanduk berwarna putih yang membuat mereka semua terkejut melihatnya.

"Perkenalkan namaku Arashel Aliquera Dragna. Aku adalah putri dari sang kaisar naga yang agung."

Chamuel dan yang lainnya sangat terkejut dengan itu, dia tidak menyangka kalau Dragon Princess yang terkenal tidak peduli dengan apapun itu bisa berada disini untuk mengobati Edward. Dia tahu kalau Arashel sangat terkenal karena dia bisa menyembuhkan berbagai macam hal, tetapi Arashel selalu menolak siapapun yang erusaha berobat kepadanya.

"Tetapi pertama-tama, bisakah kalian semua meninggalkan tempat ini?"

Chamuel dan yang lainnya tahu kalau Arashel mungkin bisa menyembuhkan Edward, tetapi mereka tidak tahu kenapa dia menyuruh mereka semua untuk meninggalkan ruangan khusus ini.

"Kenapa?"

Arashel memegang dagunya dengan mata berkaca-kaca dan ekspresi malu-malu yang membuat semua yang melihatnya tertegun akan wajah cantiknya yang imut itu.

"K-karena itu memalukan untuk dilihat oleh orang lain."

Chamuel merasakan bahaya yang datang dari Arashel yang malu-malu itu. Mungkin bagi orang lain yang melihatnya, itu sangatlah imut melihat dia berwajah malu-malu seperti itu, tetapi tidak untuk Chamuel.

"A-apa yang sebenarnya ingin kau lakukan pada Ed-chan?"

"Sudahlah, serahkan semuanya pada dia."

Zadkiel pun menarik tangan Chamuel dan Lily yang sebenarnya tidak mau meninggalkan Arashel untuk berdua dengan Edward keluar ruangan itu dan menyerahkan semuanya kepada Dragon Princess.

White dan yang lainnya pun hanya bisa menuruti kata-kata Arashel dan menyerahkan semuanya di tangannya. Dia melangkahkan kaki mereka keluar dari ruangan itu dengan sangat berat hati.

"Sekarang, tuanku yang agung. Aku akan segera memulainya."

Arashel menjilat bibirnya sendiri dengan senyum aneh di wajahnya yang sangat berbeda dengan yang dia lakukan sebelumnya.

Edward berada di sebuah dunia yang berwarna putih nan kosong tanpa ada apapun di dalamnya. Itu hanyalah sebuah dunia kosong yang bahkan sejauh mata memandang, hanya ada warna putih mengisi kekosongan yang ada disana.

Kendati terkejut, Edward terlihat sudah terbiasa dengan hal yang saat ini dia sedang alami. Dia mengenali sangat tempat putih nan kosong ini.

"Hey kamu!"

Tepat di depan Edward, ada siluet yang berbentuk seperti manusia yang sedang duduk. Siluet itu sama sekali tidak mempunyai wujud atau apapun, hanya sebuah siluet berbentuk manusia yang tidak mempunyai mata atau mulut, yang bisa Edward lihat hanyalah sebuah siluet kosong berwarna putih.

Edward sangat mengenali siluet yang mirip seperti manusia itu, mereka pernah bertemu berkali-kali di dunia putih nan kosong ini.

"Ternyata kau lagi!"

"Kamu sudah melakukan hal yang ceroboh lagi ya? Aku tidak menyangka kalau kamu akan menggunakan kekuatan itu sampai di level setinggi itu."

Edward bisa mengerti kenapa dia mempermasalahkan itu, tetapi dia juga tidak mempunyai banyak pilihan karena walau bagaimanapun dia harus bisa mengalahkan Avvanyyon jika ingin menyelamatkan White, dan juga dia tidak bisa menahan amarahnya ketika melihat White seperti itu.

"(sigh) Kau juga sudah tahu kan kalau aku sudah tidak mempunyai pilihan lain?"

Siluet itu pun mulai membuat dirinya melayang-layang seolah-olah dia seperti tidak terikat oleh gravitasi.

"Lalu kenapa kamu tidak menggunakan anak itu? Dia seharusnya mempunyai kekuatan yang jauh lebih kuat dari musuhmu itu. Aku yakin kalau kamu memerintahkannya pasti dia akan bisa melenyapkan musuhmu itu."

Memang jika menggunakan Lily, Avvanyyon bisa dikalahkan meskipun Edward tidak menggunakan kekuatannya, tetapi harga diri Edward tidak menginginkan itu. Dia tidak bisa menyuruh seorang gadis kecil untuk bertarung sementara dirinya hanya diam dan tidak melakukan apapun seperti seorang pecundang yang takut akan kematian.

"Sayang sekali aku bukanlah seorang pecundang yang bisa berlindung di punggung seorang gadis kecil dan takut mati."

Edward sudah mengerti dengan resiko menggunakan kekuatan itu, tetapi dia sama sekali tidak menyesal karena dia mengikuti kata hatinya. Dia sudah memutuskan untuk menyerahkan mimpinya kepada orang lain yang mempunyai mimpi yang sama dengannya.

Itu adalah hal yang sangat berat bagi Edward untuk menyerah atas mimpinya. Tetapi dia tidak bisa berbuat apapun lagi untuk mengubah takdirnya sekarang. Dia tahu kalau dia akan kehilangan semuanya saat pertama kali menggunakan kekuatan itu. Semua mimpinya akan terkubur sangat dalam di dalam jurang yang tidak dapat digapai oleh siapapun.

"Hahahaha sudah kuduga kamu sangat menarik. Baiklah aku akan memberikanmu sesuatu untuk perjalanan selanjutnya."

Seharusnya siluet itu adalah yang paling tahu tentang keadaan Edward saat ini selain Edward sendiri. Seharusnya dia tahu kalau Edward tidak akan pernah bisa melanjutkan perjalanannya lagi setelah menggunakan kekuatannya itu.

"Hah?! Apa kau pikir aku bisa melanjutkan perjalananku lagi setelah ini?"

Tentu siluet itu sudah tahu semuanya tentang Edward dan apapun bahkan lebih dari diri Edward sendiri. Dia tahu tentang segala hal yang terjadi dengan Edward baik di masa lalu, ataupun di masa depan. Siluet itu sudah tahu tentang semuanya, tetapi justru karena itu dia tahu kalau Edward akan segera kembali seperti semula lagi.

"Kamu akan melanjutkan perjalananmu lagi, itu pasti. Karena itulah aku akan memberikan- Ehem! Maksudku mengembalikan ini kepadamu."

Siluet itu perlahan mendekati Edward yang masih bingung dengan apa yang dia ucapkan sebelumnya. Tetapi itu tidak masalah bagi siluet itu karena Edward juga akan segera tahu setelah ini. Dia pun mengangkat tangannya dan mengarahkan jari telunjuknya ke dahi Edward. Cahaya pun mulai keluar dari tangan siluet itu yang sama sekali tidak berwarna, dan dia pun menyentuh dahi Edward dengan jari telunjuknya yang bercahaya itu.

"Ini adalah sesuatu yang aku kembalikan kepadamu."

Badan Edward sama sekali tidak mau bergerak dari tempat asalnya seolah-olah ada yang sedang menahan badannya agar tidak bergerak.

"Aku akan mengembalikan sesuatu yang berharga untukmu."

Cahaya dari jari telunjuk siluet itu pun berpindah dan masuk ke dalam dahi Edward.

"Sekarang kembalilah sang cahaya. Terangi dunia ini dengan cahayamu yang agung."

Tubuh Edward mulai bersinar semakin terang dan terang. Sphere-sphere indah yang bercahaya pun mulai keluar dari tubuh Edward satu persatu. Tubuh Edward pun semakin lama semakin menghilang dengan sphere-sphere yang keluar dari tubuhnya itu. Akhirnya tubuh Edward pun menghilang sepenuhnya dari dunia putih yang kosong itu meninggalkan siluet itu sendirian di dalamnya.

"Sekarang dan seterusnya, takdir apakah yang akan menantimu, sang Cahaya. Apakah takdir yang sama dengan yang lalu? apakah kau bisa mengubah takdirmu kali ini? Aku sangat menantikannya."

Edward mulai membuka kedua matanya setelah selama satu bulan lebih tidak sadarkan diri. Tepat di depannya ia melihat wajah-wajah dari semua orang yang dia kenal sedang terharu dan tidak percaya dengan keajaiban yang baru saja mereka lihat.

Setelah tersiksa sekian lama, akhirnya mereka bisa merasakan perasaan bahagia di dalam hatinya. Perasaan yang telah menghilang selama beberapa waktu ini di dalam hati mereka yang telah digantikan oleh kesedihan dan keputusasaan.

"Ed!"

"Eh? Tubuhku...kembali seperti semula?"

Edward sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dan kenapa dia bisa sembuh seperti ini karena menurutnya dia tidak akan pernah bisa sembuh apapun yang Chamuel dan yang lainnya lakukan.

Lily menjadi yang pertama melompat dan memeluk Edward dengan sangat erat yang baru sadar itu dengan wajah bahagia dan air mata kebahagiaan yang mengalir terus menerus.

"Ed! Ed! Ed! Ed! Ed! Ed! Ed!"

Hati Lily merasakan perasaan yang sangat bahagia sekarang. Setelah apa yang telah dia rasakan selama ini, hati yang dipenuhi oleh kesedihan itu menjadi penuh dengan kebahagiaan yang sangat banyak. Dia merasa sangat bahagia sehingga dia berniat untuk tidak melepaskan pelukannya itu selama-lamanya dari Edward yang baru tersadar itu.

Chamuel merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Air matanya pun mulai mengalir dari matanya yang indah dan membasahi pipinya yang lembut. Dia berjalan perlahan menuju Edward dengan ekspresi yang seolah-olah tidak percaya dengan keajaiban itu. Begitupun dengan Sharon, Evelyn, White, Rose, dan juga Lilith, mata mereka menunjukkan seolah-olah mereka sedang menyaksikan keajaiban yang sangat tidak terduga.

"Ed-chan? Ed-chan!"

Chamuel dan yang lainnya pun melompat dan memeluk Edward yang baru sadar itu dengan air mata kebahagiaan yang mengalir di pipi mereka. Selama ini mereka sangat takut akan kehilangan Edward yang tak tergantikan. Mereka sangat takut jika mereka sudah tidak bisa melihatnya tersenyum lagi.

"Waaa~ Ed-chan(hiks) syukurlah...syukurlah!"

"Ed! Ed! Ed! Syukurlah kau bisa kembali!"

"Syukurlah temanku! Kau benar-benar membuatku khawatir!"

"Tuan Ed! Syukurlah aku bisa melihatmu sehat lagi!"

"Kak Ed, Rose sangat sangat khawatir kalau kak Ed gak bangun lagi!"

Momen itu adalah momen yang sangat membahagiakan bagi mereka semua. Setelah apa yang terjadi, mereka sama sekali tidak menyangka kalau Edward bisa sembuh seperti sedia kala seolah-olah semua luka yang ada pada dirinya kemarin hanyalah ilusi belaka.

Zadkiel pun hanya bisa tersenyum melihat mereka yang mendatangi Edward dengan wajah yang bahagia seperti itu. Dia senang bisa membuat teman-temannya itu kembali menjadi diri mereka sendiri.

Melihat itu semua, White pun tersenyum bahagia dengan air mata kebahagiannya yang keluar dari matanya yang sangat indah itu. Tangan Edward pun mengelus kepala mereka semua secara bergantian yang membuat mereka semua berebut untuk itu. Dia sangat berterima kasih kepada mereka semua karena telah mengkhawatirkannya. Tetapi itu sekarang sudah tidak perlu lagi karena dia merasa sudah kembali ke dirinya yang semula.

"Terima kasih semuanya!"

White seperti tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia ingin segera melompat dan mengucapkan selamat kepada Edward yang baru saja bangun itu. Tetapi di dalam hatinya, masih ada rasa penyesalan karena dia menganggap dirinya lah yang menyebabkan Edward sampai seperti ini.

"Kalian semua, cepat minggir darinya atau Edward akan mendapatkan masalah."

"Gak! Chamuel gak mau!"

"Hoi!"

Mereka masih tidak mau menyingkir dari Edward dan ingin tetap seperti itu untuk sementara waktu. Tetapi tidak dengan Edward, dia merasakan bahaya yang akan menghampirinya jika dia terus dikerumuni oleh gadis-gadis kecil seperti ini.

"Ka-kalian, aku tahu perasaan kalian tetapi aku akan mendapat masalah jika kalian terus disini jadi cepatlah turun."

"(sigh) tidak ada pilihan lain."

Mereka semua melepaskan pelukannya dan turun dari kasur itu dengan wajah yang agak sedih. Edward melihat White yang sedang bersikap tidak seperti biasanya itu, dia pun segera menyadari penyebab kenapa White tidak bersikap seperti biasanya. Dia ingin memberitahu White kalau itu bukanlah salahnya, itu adalah keputusan yang diambil oleh dirinya sendiri. Edward sendiri yang telah memutuskan untuk tidak membiarkan White mati. Edward sendiri yang tidak kuat menahan amarahnya ketika dia melihat White disakiti. Malah daripada marah, Edward sangat ingin berterima kasih kepada White yang telah menyelamatkannya saat itu.

Edward pun segera bangkit dari kasurnya itu dan berjalan menuju White yang tidak seperti dia yang biasanya. Edward menyentuh atas kepala White dengan telapak tangan kanannya dan mengelusnya dengan lembut. Mata White mulai berkaca-kaca dan wajahnya mulai memerah melihat Edward yang terlihat berbeda seperti sebelumnya.

"Tuanku...aku-"

"White, terima kasih. Kau tidak perlu merasa bersalah karena akulah yang memutuskan untuk tidak membiarkanmu mati, dan akulah yang tidak bisa menahan amarahku ketika melihatmu seperti itu."

Hati White yang semula gundah itu serasa berbunga-bunga setelah mendengar kata-kata yang dari Edward. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika Edward mulai membencinya dan meninggalkannya. Dia pasti akan segera mengakhiri hidupnya sendiri saat itu karena bagi dia alasannya untuk hidup hanyalah melayani dan mendampingi tuannya tercinta itu.

Dia sangat senang sehingga dia langsung memeluk Edward dengan sangat erat dengan air mata bahagianya. Dia sangat senang telah memiliki tuan yang sangat baik hati seperti Edward yang telah marah untuknya, yang rela berkorban untuknya, yang telah menangisinya, yang telah peduli dengannya, yang telah mencintainya. Dia terlalu bahagia sampai dia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.

"O Mi Domine...Te Amo."

Sekali lagi White mengatakan bahasa yang Edward sama sekali tidak mengerti. Tetapi dia tidak mempermasalahkannya karena dia berpikir kalau itu hanyalah ungkapan kebahagiaan dari White. Tetapi tidak dengan Chamuel dan Lily, mereka terlihat tidak senang dengan kata-kata yang baru saja dikatakan White itu.

"Aaaa~...White-chan curang!"

"Ya~ White, curang!"

Zadkiel pun tersenyum melihat White yang begitu bahagianya sampai dia mengungkapkan hal itu kepada Edward. Dia hanya bisa berdoa agar White tidak kehilangan senyuman manisnya lagi untuk yang kedua kalinya.

'Sudah-sudah, karena Edward sudah bangun, mari kita adakan perayaan untuk sembuhnya pahlawan kerajaan ini!"

"Eh? Pahlawan? Siapa?"

"Apa yang kau katakan, tentu saja kau lah!"

Edward tidak mengerti dengan apa yang dimaksud dengan pahlawan. Dia tidak merasa menjadi pahlawan bagi siapapun disini, dia malah merasa bersalah karena telah merusak kota ini dengan pertarungannya dengan Avvanyyon.

"Kau telah memenangkan pertarungan melawan mereka, kau bahkan telah menyelamatkan White yang telah seperti ibu bagi kerajaan ini, jadi kaulah bintangnya!"

Mereka pun segera menyiapkan pesta untuk merayakan Edward yang telah bangun dari tidur panjangnya. Mereka dengan senyum bahagia menyiapkan pesta itu agar menjadi sesuatu yang sangat spesial bagi Edward. Para pelayan berlalu lalang menghias ruangan untuk dijadikan pesta selamat atas Edward yang telah terbangun itu.

"Kenapa harus seperti ini?"

Edward sudah berusaha menolak pesta itu karena dirinya tidak merasa melakukan sesuatu yang spesial, tetapi banyak dari mereka yang memaksa Edward untuk mengadakan pesta itu. Edward yang tidak mempunyai banyak pilihan pun hanya bisa pasrah dengan apa yang mereka perbuat.

"Tuanku, ada apa?"

Yang tersisa di ruangan itu hanyalah White yang memang ditugaskan untuk menjaga Edward karena dia juga masih belum sepenuhnya pulih dari lukanya. Dia dengan setia menemani Edward tanpa mengeluh atau apapun itu, dia hanya duduk di samping Edward dengan senyuman manisnya yang sudah lama tidak dia keluarkan.

Edward merasa bosan karena tidak ada hal yang bisa dia lakukan disana. Dia hanya berbaring diam memandangi langit-langit yang tidak ada hal yang menarik di dalamnya.

"(sigh) Aku bosan. White apa aku boleh keluar jalan-jalan?"

Setelah kejadian itu, White tidak ingin jika Edward pergi keluar tanpa pendamping sama sekali karena tidak menutup kemungkinan jika dia akan diincar oleh seseorang.

"Tuan Edward, kalau anda ingin keluar, maka aku akan menemanimu."

Sejak dari dulu, Edward merasa tidak enak mendengar White yang selalu memanggilnya dengan sebutan yang seperti itu. Dia ingin White lebih bebas untuk berbicara dengannya tanpa menggunakan panggilan yang seperti itu yang membuat Edward merasakan perasaan aneh.

"White, bisakah kau memanggilku dengan hanya nama?"

Bagi White, itu adalah sesuatu yang melanggar kode etiknya karena dia merasa tidak pantas untuk memanggil Edward dengan hanya namanya seperti yang lainnya. Melihat dari posisinya yang hanya sebagai hamba yang setia, White tidak suka memanggil Edward hanya dengan namanya.

"Tidak Tuanku, seorang sepertiku tidak pantas untuk memanggilmu tanpa kehormatan."

Edward pun memutuskan untuk membiarkan itu karena dia tidak ingin memaksa White untuk melakukan sesuatu diluar keinginannya. Dia pun teringat kalau dirinya sama sekali tidak memberikan sesuatu kepada White sebagai tanda terima kasih untuk menyelamatkannya dari Valkyrie.

"Hmmm...White, ngomong-ngomong aku belum memberikan sesuatu untuk berterima kasih atas waktu itu, jadi sebagai gantinya kau bisa meminta apa yang kau suka padaku...Ehm! tapi jangan mahal-mahal ya, aku tidak mempunyai uang sebanyak itu."

"Dua hal...i-ini bukanlah sebuah barang tapi...apa tidak apa-apa?"

"Yah...asal tidak aneh-aneh."

White tidak merasa menginginkan apapun lagi selain bisa berada di dekat Edward. Bagi White, berada di dekat Edward adalah seuatu yang paling membahagiakan baginya tetapi ada hal yang sangat ingin dia lakukan bersama Edward.

Mata White pun berkaca-kaca, dan wajahnya sedikit memerah. Dia memegang dagunya, dan melihat ke arah lain karena tidak sanggup untuk melihat wajah Edward sambil mengungkapkan keinginannya. Dia merasa tidak enak meminta itu dari Edward, tetapi hatinya benar-benar menginginkannya.

"Ka-kalau begitu...maukah Tuanku pergi bersamaku untuk melihat pohon suci mekar? Hanya berdua...apakah itu boleh?"

"Kalau cuman itu gampang! Baiklah aku akan pergi bersamamu! Lalu apa lagi yang satunya?"

"Ka-kalau itu...masih rahasia. Tuanku akan tahu saat waktunya tiba."

"Yah, baiklah. Tapi yangan hal yang aneh-aneh ya!"

Edward pun bangkit dari kasurnya karena dia sudah terlalu bosan berada di tempat itu. Dia ingin melihat-lihat keadaan sekitar dan bersenang-senang.

"Kalau begitu, ayo kita pergi White!"

White menyambut ajakan Edward dengan senyum manis di wajahnya yang seolah-olah senyuman itu dapat menumbangkan pria yang melihatnya. Dia pun berdiri dan berjalan di samping Edward untuk menemaninya jalan-jalan.

"Yes, tuanku!"

Itu adalah sebuah pesta yang sangat mewah yang dihadiri oleh orang-orang penting di kerajaan roh. Pesta itu dihadiri para bangsawan, dari kerajaan roh yang terbilang kaya merkipun tidak sekaya Chamuel. Sebuah pesta yang membuat Edward merasa sangat tidak nyaman dengan suasana yang jauh dari kehidupan sehari-harinya ini. Musik yang merdu, makanan yang mewah, pakaian-pakaian yang elegan, ini membuat Edward merasa mau muntah ketika berada di situ.

Edward tidak menginginkan untuk menghadiri sebuah pesta mewah yang hanya membuatnya nampak seperti orang bodoh, tetapi karena mereka semua memaksa, Edward tidak mempunyai pilihan lain selain menurut.

"Jadi anda pahlawan yang telah mengalahkan mereka?"

Edward kali ini dikelilingi oleh para gadis bangsawan yang berada di pesta itu. Para gadis menunjukkan antusiasme yang sangat besar kepada Edward yang malah membuat Edward semakin merasa ingin meninggalkan ruangan itu. Mereka terus memuji-muji Edward tanpa tahu kalau Edward merasat tidak nyaman dengan itu.

Pintu ruangan itu pun tiba-tiba terbuka, dan disitu terlihat Lily, Chamuel, Sharon, Evelyn, Lilith, Rose, White, dan Austin yang menghadiri pesta itu dengan pakaian mereka yang mewah dan rapi. Tidak seperti sebelumnya, mereka sekarang terlihat seperti wanita dewasa. Mereka bersikap anggun di depan orang-orang, sangat berbeda ketika mereka sendirian bersama Edward yang selalu bersikap kekanak-kanakan.

Semua orang tertegun kagum melihat mereka yang baru datang itu. Semua laki-laki yang berada di pesta itu sangat kagum dengan kecantikan dari mereka semua yang membuat mata mereka seakan-akan sedang melihat bidadari yang turun dari surga. Mereka pun dengan segera berkerumun mendatangi Chamuel dan yang lainnya untuk bercakap-cakap dengan mereka dan menghabiskan malam pesta ini bersama dengan mereka.

Tetapi kedatangan mereka membuat Edward bisa bernapas lega karena akhirnya para wanita yang mengerumuni Edward pun sekarang bergantian mengerumuni Austin yang merupakan seorang pangeran tampan. Edward pun menghela napasnya karena dia sudah tidak kuat dengan suasana seperti ini.

Zadkiel mendatangi Edward yang terlihat lesu dan tidak bersemangat dengan pesta ini meskipun ini adalah pesta yang ditujukan untuknya.

"Ada apa? Apakah ada yang salah?"

Edward melihat ke arah Chamuel dan yang lainnya yang terlihat senang dengan pesta itu, bahkan mereka terlihat senang ketika bercakap-cakap dengan para laki-laki yang mengerumuni mereka itu.

"Apa jangan-jangan kau cemburu dengan mereka?"

Di dalam hati Edward ada sebuah kecemburuan, kecemburuan dengan mereka karena mereka bisa menikmati pesta ini dengan wajah yang bahagia seperti itu.

"Um...kurasa itu benar, aku cemburu dengan mereka yang bisa menikmati pesta ini."

Edward pun mulai memikirkan hal yang bodoh seperti kabur dari pesta itu dan berjalan-jalan di kota untuk menenangkan hati dan pikirannya. Zadkiel yang melihat itu segera tahu apa yang sedang Edward pikirkan dengan jelas karena dia sangat tahu sifat Edward yang seperti itu. Karena itulah, dia sudah menyiapkan sesuatu jika hal yang seperti ini akan terjadi.

"Ed, di kota juga ada sebuah pesta yang oleh orang-orang biasa, jadi pergilah kesana."

Edward terlihat sangat antusias dengan itu, pesta di kota terlihat lebih menarik untuknya daripada pesta di dalam ruangan yang dipenuhi oleh para bangsawan ini. Dia pun melihat ke arah Chamuel dan yang lainnya dan ingin mengajak mereka juga. Tetapi melihat mereka yang sedang menikmati acara itu, Edward pun memutuskan untuk pergi sendirian tanpa ditemani siapapun.

"Terima kasih, Zadkiel!"

Zadkiel pun hanya bisa tersenyum melihat Edward yang kembali bersemangat ingin pergi ke kota. Dia tidak khawatir dengan keselamatannya sekarang karena dia tahu kalau Edward sudah mempunyai kekuattan yang besar sekarang.

"Ah...sama-sama."

Edward pun dengan perlahan menyelinap ke balkon yang terbuka. Dia berusaha untuk sangat berhati-hati agar mereka semua tidak ada yang menyadari dirinya yang ingin keluar itu. Dia melangkah dengan sangat hati-hati yang bahkan setiap langkahnya seperti tidak bersuara. Dia pun melompat dari balkon dan dengan menggunakan kekuatan yang dia dapat, dia berlari dengan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun melewati sebuah gerbang yang dijaga oleh para prajurit dengan mudah.

Edward sekarang merasa sangat bebas, dia berlari dengan hati yang penuh dengan kebahagiaan menuju pesta yang diadakan di kota. Dia melihat sebuah pemandangan dari orang-orang yang menari-nari bahagia beserta jamuan yang besar. Itu membuat Edward semakin bersemangat untuk menuju kesana.

"Pesta, tunggu aku!"

Tetapi Edward benar-benar terkejut melihat kota itu sudah hampir selesai diperbaiki padahal satu bulan lalu disana masih rata dengan tanah. Dia terkesan dengan kota itu karena dengan cepat pulih dari keterpurukannya

Di tengah-tengah pesta yang meriah itu, mereka semua sangat menyayangkan mereka tidak bisa menghadiri pesta yang diadakan di istana karena mereka bukanlah seorang bangsawan. Mereka bahkan tidak bisa hanya untuk melihat pahlawan yang telah menyelamatkan kota itu. Mereka berharap kalau mereka bisa melihat sang pahlawan itu dengan mata kepala mereka sendiri.

Tiba-tiba salah satu dari mereka menunjuk ke arah Edward dengan matanya yang terbelalak kaget seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"I-itu, sang pahlawan!"

Mereka semua langsung menoleh ke arah Edward yang juga terkejut karena melihat ada orang yang menunjuk ke arahnya.

Mereka semua langsung berlari mengerumuni Edward dengan cepat. Mata mereka berbinar-binar ingin melihat sang pahlawan dari dekat dan kalau bisa ingin menjabat tangannya sehingga dia bisa membanggakan itu kepada temannya.

"Pahlawan! Itu sang pahlawan!"

Berbeda dengan saat bersama para bangsawan, Edward terlihat sangat nyaman disini. Dia dengan perasaan senang berbaur dengan orang-orang yang berada disana. Tetapi sebelum itu dia ingin meminta maaf karena telah menghancurkan kota ini.

"Aku minta maaf karena telah membuat kota yang indah ini hancur!"

Salah satu dari orang-orang itu menepuk pundak Edward. Mereka sama sekali tidak menyalahkan Edward untuk itu, sebaliknnya mereka sangat berterima kasih karena telah menyelamatkan dan melindungi mereka saat ada monster sapi yang mau menginjak-injak mereka.

"Tidak perlu meminta maaf, kami malah berteroma kasih kepadamu karena telah menyelamatkan nyawa kami saat itu."

Edward merasa lega karena dia berpikir kalau mereka akan marah kepadanya meskipun di dalam hatinya masih ada rasa penyesalan karena itu.

Tetapi tidak hanya orang-orang dewasa, anak-anak pun ikut mengerumuninya dengan sangat antusias. Berkat Edward, mereka mempunyai sebuah mimpi baru yaitu menjadi pahlawan kuat yang bisa melindungi semuanya sama seperti Edward.

Mereka terlihat senang bermain dengan Edward. Mereka bergelantungan di tangan Edward dengan wajah yang bahagia sambil Edward mengangkat tangannya dan memutar-mutar badannya.

"Hei-hei kakak pahlawan!"

"Panggil saja aku Ed!"

"Kalau begitu, kakak Ed, bagaimana cara untuk menjadi kuat seperti kakak?"

Bagi Edward, itu adalah pertanyaan yang sangat gampang. Baginya untuk menjadi kuat bukanlah hanya dengan berusaha keras seperti dirinya dahulu, tetapi dengan teman-teman yang sangat berharga, itu adalah kunci baginya untuk menjadi kuat.

"Caranya sangat gampang, kau cukup bekerja keras dan tidak menyerah untuk menjadi kuat! Itu adalah yang paling dasar, tetapi yang lebih penting dari itu adalah teman!"

"Teman?"

"Ya! Tanpa teman, kau tidak akan bisa melakukan apapun, jadi jagalah temanmu baik-baik!"

Anak-anak itu terlihat senang berbincang-bincang dengan Edward yang mereka kagumi. Para penduduk kota yang sebelumnya mengira sang pahlawan hanya mau bergaul dengan orang-orang kelas tinggi pun sekarang berubah. Mereka sangat terkejut melihat pahlawan yang mau bergaul dengan mereka yang hanya rakyat biasa, bahkan dia terlihat sangat senang dengan itu.

"Ed!"

Tidak Edward sangka-sangka, Lily tiba-tiba memeluknya dari belakang. Edward pun terkejut karena Lily yang seharusnya berada di pesta itu, tiba-tiba berada di belakangnya sekarang.

"Lily? Bagaimana kau tahu aku disini?"

Lily sudah tahu dari awal saat Edward mengendap-endap berusaha meninggalkan pesta itu. Dia mengikuti Edward diam-diam dan melihat Edward dari kejauhan sedari tadi.

"Lily, sudah tahu apapun tentang Ed. Jadi, Lily bisa tahu apa yang Ed pikirkan."

Edward pun tersenyum dan mengelus kepala Lily dengan lembut.

"Seperti yang kuduga dari Lily!"

"Ya~ Lily hebat kan?"

Mereka semua pun memulai untuk berdansa dengan pasangan mereka masing-masing. Edward yang tidak bisa berdansa pun hanya bisa melihat mereka saja tanpa melakukan apapun, tetapi Lily tiba-tiba mengulurkan tangannya kepada Edward.

"Ed, mau berpasangan dengan Lily?"

"T-tapi..."

Lily langsung menarik tangan Edward dan dan menggenggam tangannya dengan erat.

"Jangan khawatir, Ed."

Mereka berdua pun mulai berdansa dengan sangat anggun dan indah sampai-sampai membuat semua yang melihat, merasakan kekaguman yang luar biasa. Edward tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, dia merasa tubuhnya bergerak dengan sendirinya seolah-olah seperti orang yang sudah sangat mahir melakukannya.

Pemandangan di sekitar Edward pun seolah-olah berubah menjadi sesuatu yang sangat menakjubkan. Dia merasa kalau pemandangan kota itu tia-tiba berubah menjadi sebuah padang rumput yang sangat luas dan dirinya saat ini sedang berdansa dengan Lily dengan ditemani sinar rembulan yang terang yang seolah-olah tersenyum dengan mereka.

Ini pertama kalinya Edward merasakan sesuatu yang seindah ini. Pertama kalinya dia merasa senang berdansa dengan seseorang. Pertama kalinya dia melihat Lily sebagai seseorang yang berbeda. Entah kenapa di dalam hatinya terdapat perasaan seperti sesuatu yang sangat indah dan membahagiakan yang sudah lama tidak dia rasakan. Jantungnya berdetak dengan kencang ketika melihat Lily yang berada sangat dekat dengannya. Tetapi itu bukanlah sebuah perasaan yang aneh, Edward merasakan kebahagiaan yang sangat besar dari perasaan itu.

Itu bukanlah sesuatu yang aneh karena mereka berdua memang dua orang yang telah menjadi satu. Mereka berdua adalah orang yang sangat dekat yang bahkan saking dekatnya, mereka merasa seperti saling terhubung satu sama lain walaupun Edward tidak tahu siapa Lily sesungguhnya.

Mereka terus berdansa dengan sangat anggun sampai-sampai mereka lupa kalau mereka tengah berada di dalam pesta di kota itu. Orang-orang yang berada disana terpana dengan mereka berdua yang berdansa dengan sangat anggun dan indah. Itu adalah sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebbelumnya di dalam hidup mereka. Mereka merasakan sebuah keajaiban yang datang dari Edward dan Lily. Sebuah keajaiban yang luar biasa yang telah mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri.

[Aku akan selalu menjadi milikmu Ed, selamanya. Berapa kali pun kau berubah, aku akan selalu mendampingimu.]

Dansa mereka pun akhirnya selesai dengan anggun dan indah. Orang-orang yang melihat mereka pun bertepuk tangan dengan sangat meriah bersuka ria melihat dansa terindah yang pernah mereka lihat di dalam hidup mereka seolah-olah mereka ikut ditarik di dalam keromantisan Lily dan Edward.

"Terima kasih Lily!"

Lily tersenyum dengan indah, hatinya sangat bahagia saat ini karena bisa menghabiskan malam yang sangat spesial ini bersama dengan Edward tanpa gangguan Chamuel dan yang lainnya.

"Ya~"

Sementara itu di tempat Chamuel dan yang lainnya berada. Mereka semua berdansa dengan anggun di dalam pesta itu tanpa menyadari kalau Edward sudah tidak ada disitu. Berkat dari Zadkiel, mereka tidak sadar kalau Edward berada di kota dan bakan White pun tidak sadar kalau Edward menghiang.

Akhirnya datanglah lagu terakhir, mereka semua langsung bersiap-siap mendatangi Edward yang sudah tidak ada disana. Mereka sengaja menyisihkan Edward untuk yang terakhir karena mereka tahu kalau Edward tidak bisa berdansa, jadi mereka yang tidak ingin melihat Edward berdansa dengan wanita lain itu sengaja menyisihkannya. Mereka menoleh kesana-kemari tetapi sejauh yang mereka lihat, mereka sama sekali tidak melihat dimana Edward berada.

"Eh, dimana Ed-chan?!"

Sharon dengan tergesa-gesa berjalan ke arah Chamuel setelah dirinya sama sekali tidak menemukan Edward.

"Cebol, apakah kau tahu dimana Ed?"

Chamuel dan yang lainnya pun mulai panik dengan itu, mereka mencari ke sudut-sudut ruangan, tetapi sama sekali tidak menemukan Edward.

Zadkiel pun hanya santai dan menikmati pesta itu dengan melihat mereka semua berdansa dengan anggun sambil meminum sebuah jus anggur.

"Kalau kau mencari Edward, dia sudah pergi saat kalian asik mengobrol dengan anak-anak muda itu. Dia dan Lily kecil pergi untuk menghadiri pesta di kota dengan rakyat biasa."

"Ti-tidak mungkin!"

Mereka tidak menyangka kalau Edward akan meninggalkan mereka dengan diam-diam seperti ini, dan juga mereka tidak menyangka kalau mereka sama sekali tidak menyadarinya. Itu membuat mereka semua syok dan tidak percaya kalau mereka sampai seteledor itu untuk bbisa tidak menyadari itu.

"Aku yakin mereka berdua sedang bersenang-senang, lihat ini!"

Zadkiel menunjukkan sebuah cermin yang di dalamnya terdapat gambar Edward dan Lily yang tengah berdansa dengan anggun dan indah yang membuat orang-orang di sekitarnya takjub dengan mereka.

Mereka tidak menyangka kalau Edward bisa berdansa seperti itu. Di dalam hati mereka, terdapat sebuah perasaan iri dengan Lily yang terlihat sangat romantis dan serasi seolah-olah mereka adalah pasangan yang sudah ditakdirkan untuk bersama-sama.

"Mmmm...bikin iri!"

Suasana romantis dari Edward dan Lily sangat terlihat jelas bagi mereka semua. Mereka bahkan sampai ikut merasakannya juga apa yang sedang Lily dan Edward rasakan sekarang. Mereka semua tidak bisa melakukan apapun selain merasa iri dengan Lily yang berhasil mendapatkan kesempatan yang sangat jarang itu.

Melihat Lily dan Edward yang saling menatap dengan senyuman bahagia di wajah masing-masing dari mereka, membuat merasa seperti diri mereka telah kalah telak dari Lily yang dalam sekejap jauh berada di depan mereka. Mereka merasa tidak akan pernah bisa mengejar mereka berdua sejauh apapun diri mereka mencobanya.

"Nona Chamuel, maukah kau berdansa denganku?"

Tiba-tiba ada seorang pemuda yang mendatangi Chamuel untuk mengajaknya berdansa di lagu terakhir ini. Chamuel sudah kehilangan niatnya itu terpaksa menerimanya karena itu adalah untuk melengkapi pesta malam ini.

"(sigh) Baiklah aku mau."

Mereka pun mulai berdansa dengan pasangannya masing-masing, tetapi masing-masing dari mereka tidak bisa fokus di dalam itu karena mereka terus memikirkan Edward dan Lily. Mereka merasa menyesal karena tidak berada di samping Edward saat dia kabur dari pesta ini.

Mereka terus memikirkan tentang itu sampai pesta itu sudah berakhir. Mereka pun segera pergi ke depan pintu dan menunggu Edward dan Lily kembali dari pesta mereka karena itu sudah larut malam. Mereka terus menunggu dan menunggu sampai akhirnya mereka melihat Edward dan Lily yang bersama-sama berjalan pulang.

"Ed!"

Edward terlihat sangat senang dan bahagia saat dia bersama-sama dengan Lily sekarang yang bahkan mereka pun tidak pernah melihat Edward yang seperti itu. Itu membuat hati mereka semua menjadi gundah karena merasa tidak mampu menang melawan Lily yang selalu berada di samping Edward sementara mereka berada jauh di belakang.

Ini adalah sebuah takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka berdua. Mereka akan saling menyukai tidak peduli apapun yang akan terjadi diantara mereka. Benang merah takdir yang telah mengikat mereka tidak akan pernah putus walau mereka terpisah sekian lama.

[Apakah Chamuel tidak bisa menggantikannya? Apakah Chamuel tidak akan pernah bisa menang melawannya?]

Chamuel menepuk kedua pipinya dengan keras untuk menguatkan hatinya. Dia sudah memutuskan apapun hasilnya, meskipun dia tidak bisa menang sekalipun, dia akan tetap menemani Edward dan disaat itu dia akan berusaha sekuat yang dia bisa untuk menang.

"Chamuel tidak akan kalah!"

Melihat Chamuel yang sudah kembali, Sharon dan yang lain juga tidak akan menyerah begitu saja dengan Edward. Mereka akan terus mengejar Edward, dan berusaha untuk berada disampingnya sekalipun Edward berjalan di kecepatan cahaya sekalipun.

"Ed-chan jahat! Kenapa Ed-chan gak ngajak kita semua!"

"Ya~h kalian terlihat sangat senang dengan pestanya jadi aku tidak tega."

Di jari Lily, ada sesuatu yang berkelip-kelip yang sangat menyilaukan mata mereka dan membuat Chamuel dan yang lainnya iri setengah mati. Di jari manis Lily ada sebuah Cincin silver yang terlihat sangat indah.

"L-Lily-chan...i-itu?!"

Itu adalah sebuah cincin hadiah yang diberikan orang-orang di kota kepada Edward dan Lily. Mereka salah mengira Lily sebagai kekasih Edward, jadi mereka memberikan Cincin itu sebagai hadiah. Edward yang tidak mau melihat para penduduk itu kecewa pun terpaksa menerimanya dan memasangkan cincin itu di jari Lily agar mereka semua senang.

Lily pun juga sangat senang dengan cincin itu, dia terus melihat cincin itu dengan senyuman manis di wajahnya.

"Ed, memasangkan ini ke Lily."

"A-apa?!"

"Ed, terima kasih!"

"Ya, tetapi aku tidak menyangka kalau itu akan sangat cocok denganmu Lily."

"Terima kasih Ed!"

Dengan sangat cepat, Lily dan Edward masuk ke dalam zona romantis mereka sendiri seolah-olah Chamuel dan yang lainnya tidak ada disitu. Sudah jelas itu membuat mereka semua tidak suka dan merasa sangat iri setengah mati dengan Lily.

"Baik-baik sudah cukup dengan itu! Sekarang sudah malam jadi waktunya tidur!"

"(sigh) Tidak ada pilihan lain. Lily, semoga mimpi indah!"

"Ya~ Ed juga, mimpi indah!"

"Kishaa~ apa-apaan ini?! Kenapa Ed-chan dan Lily-chan jadi seromantis ini?!"

Mereka pun berjalan ke ruangan mereka masing-masing untuk tidur dan bersiap untuk festival melihat pohon suci mekar besok. Mereka sangat ingin pergi bersama-sama tetapi Edward sudah berjanji dengan White untuk pergi hanya berdua besok. Mereka pun terpaksa membagi kelompok mereka menjadi beberapa.

Sebuah pagi yang indah di kota terpenting di kerajaan roh. Itu adalah sebuah hari yang dinanti-nantikan oleh semua orang. Hari dimana pohon suci akan mekar menampakkan keindahannya kepada semua orang.

Semua orang yang berada di kota itu dengan bersuka cita berbondong-bondong menuju ke pohon suci agar mendapatkan tempat terbaik untuk melihat mekarnya pohon suci yang hanya sekali dalam setahun itu.

Hari itu White sangat bersemangat karena itu adalah hari dimana dirinya dan Edward akan pergi berdua dan melihat pohon suci. Saking bersemangatnya, dia sampai tidak bisa tidur nyenyak kemarin malam menantikan hari ini seperti anak kecil yang tidak sabar untuk liburan bersama orang tuanya.

White pun segera menuju ke tempat Edward menunggunya untuk bersama-sama melihat pohon suci mekar. Dia dengan senangnya berjalan sampai-sampai mulutnya tidak bisa berhenti tersenyum membayangkan ini.

Jauh di dalam hatinya masih ada sesuatu yang membuatnya ragu-ragu. Setelah melihat Edward dan Lily semalam, dia semakin merasa kalau dirinya sama sekali tidak akan bisa mengejar mereka. Tetapi dia sudah memantapkan hatinya kali ini, dia akan terus mengejar mereka tidak peduli sejauh apapun mereka berdua.

"Tuan Edward, maaf telah menunggu."

White berjalan dengan perasaan yang tidak sabar ingin segera kesana. Mungkin bagi Edward, ini hanyalah hal yang seperti biasanya, tetapi bagi White ini adalah sesuatu yang sangat spesial. Dia sudah sangat lama menantikan hari dimana dirinya bisa melihat pohon suci bersama tuannya meski di hatinya ada rasa bersalah telah meminta hal terlarang kepada tuannya.

Bagi White yang dulu, dia tidak akan berani walau hanya membayangkan melakukan hal seperti ini. Bahkan hanya untuk mencintai tuannya saja, dia tidak akan berani dan membiarkan perasaan itu ada pada dirinya, tetapi seiring berjalannya waktu perasaan itu tumbuh menjadi sesuatu yang White tidak bisa bayangkan sebelumnya sehingga dia bisa melakukan ini.

"Aku sudah menjadi anak yang nakal ya...?"

"Hmmm...? Apakah ada sesuatu?"

"Tidak ada apa-apa, tuanku. Umm...bolehkah aku menggandeng tanganmu?"

Edward tidak merasa keberatan dengan itu karena disekitar mereka sangat banyak orang, jadi dia berpikir lebih aman untuk melakukan itu karena ada kemungkinan kalau mereka bisa berpisah di dalam kerumunan banyak orang.

"Yah boleh saja, lagian kalau sampai terpisah, kita akan repot sendiri."

White mendekatkan tangannya dan dia pun menggenggam dengan erat tangan Edward yang dibalut dengan sarung tangan itu.

"Terima kasih, tuanku!"

Meskipun tuannya itu tidak menyadari perasaannya yang sesungguhnya, tetapi dia sudah sangat senang dengan hanya itu saja sampai-sampai mulutnya tidak bisa berhenti tersenyum.

Whita berpikir apa yang akan dilakukan oleh dirinya yang dahulu jika mengetahui dirinya di masa depan berani melakukan hal ini dengan tuannya. Pasti dirinya yang dahulu tidak akan segan-segan mengomeli dan menghukumnya atas tindakan ini.

"Aku benar-benar telah menjadi anak yang nakal ya...?"

Tetapi meskipun seperti itu, White tetap merasa sangat senang tuannya itu mengabulkan permintaannya untuk melihat pohon suci mekar bersamanya. Meskipun diawalnya dia sempat ragu dengan hal ini, setelah melihat kedekatan Edward dan Lily yang jauh di depannya. dia menghapus rasa ragu-ragu ini dari hatinya, dan terus maju.

[Maafkan aku atas tindakanku ini tuanku,]

Tentu tidak ada seorangpun yang menolak jika harus menjadi Lily yang dari awal sudah dekat dengan Edward. Dia merasa iri dengan Lily yang dekat dengan tuannya itu, bahkan di masa lalu Lily tetap menjadi orang yang sangat dekat dengan tuannya itu melebihi semua orang termasuk dirinya. Di dalam keraguan itu White tidak tahu apakah dia bisa mengalahkan Lily atau tidak, tetapi walaupun dia tidak bisa pun dia tidak keberatan untuk berbagi dengannya.

Di dunia ini tidak ada batasan wanita untuk dinikahi, bahkan seorang raja akan terlihat aneh jika hanya mempunyai satu orang istri. Sangat jarang seorang raja mempunyai satu orang istri seperti Arsenick yang setia dengan istrinya yang telah tiada. Tetapi sayangnya aturan itu hanya berlaku kepada bangsawan dan keluarga kerajaan. Bagi Edward yang hanya orang biasa, dia tidak bisa menikah sebanyak itu di dalam hidupnya walaupun dia menginginkannya sekalipun kecuali jika dia menjadi seorang bangsawan.

Tentu jika Edward mau, dia bisa menjadi bangsawan atau bahkan keluarga kerajaan sekalipun kapanpun dia mau. Dia mempunyai banyak cara seperti menikah dengan Chamuel atau Evelyn, dia akan otomatis menjadi bangsawan. Tetapi bagi Edward itu adalah hal yang tidak sepantasnya untuk dia lakukan. Dia tidak ingin memanfaatkan orang lain hanya untuk kepentingannya sendiri.

Chamuel dan yang lainnya yang seharusnya berpisah-pisah pun, mengendap-endap mengikuti Edward dan White. Mereka menatap keduanya dengan tatapan iri karena White dan Edward yang bergandengan tangan dan terlihat mesra bagi mereka.

"Mmmm...Bikin iri! Sial Chamuel sangat iri!"

Lily yang sudah mendapatkan sesuatu yang spesial kemarin malam tidak keberatan dengan itu karena dia sudah mendapatkan cincin berharga yang dipasangkan oleh Edward sendiri ke jarinya dan juga mendapatkan waktu spesial bersama. Dia sudah senang dengan hanya bisa berdansa dengan Edward di malam itu, malam yang akan dia ingat seumur hidupnya.

White dan Edward meneruskan perjalanan mereka untuk pergi ke pohon suci. Semua mata laki-laki di jalan tertuju kepada White yang kecantikannya luar biasa. Para laki-laki terpana melihat kecantikan White dengan senyum indahnya, mereka semua berharap kalau merekalah yang berada di posisi Edward bisa menggandeng tangan wanita cantik itu.

Mungkin jika White sendirian disana, dia pasti akan langsung dikerumuni oleh para laki-laki yang ingin mengajak dia jalan, bahkan saat di pesta kemarin, White selalu dikerumuni oleh orang-orang yang ingin mengajaknya berdansa dan menghabiskan malam itu bersama. Dia memang tidak keberatan untuk berdansa, tetapi karena kesetiaannya yang mutlak itu dia menolak menghabiskan malam bersama laki-laki lain.

"Entah kenapa aku merasa dari tadi kita selalu dilihatin?"

White pun menjadi semakin berani dengan memeluk tangan tuannya dengan erat dan menyandarkan kepalanya di pundak tuannya itu. Itu membuat pandangan para laki-laki yang melihat itu menjadi semakin iri melihat mereka berdua.

"Oi White? Apa yang kau-"

"Dengan begini, mereka tidak akan mengganggu kita."

Edward merasakan ada yang berbeda dengan White yang saat ini. Entah apakah itu hanya imajinasinya atau bukan, dia sangat merasa ada sesuatu yang aneh dengannya semenjak kemarin malam.

"White, apa yang sebenarnya terjadi?"

Seperti yang telah White duga dari tuannya, dia bisa langsung tahu dengan perubahan sikapnya. Tetapi hanya untuk hari ini dia ingin melakukan hal yang biasanya tidak bisa dia lakukan dengan tuannya itu, dia ingin sekali-kali bersikap manja kepada tuannya itu untuk mendapatkan perhatiannya.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin menjadi dekat denganmu tuanku."

Mereka pun tiba di pohon suci yang sudah ramai oleh orang-orang yang juga ingin melihatnya secara dekat. Beruntung bagi mereka berdua karena mereka bisa berada tepat di sebelah pagar pembatas dari pohon suci jadi mereka bisa melihatnya dengan sangat jelas. Tetapi White tidak puas dengan itu, dia ingin melihat lebih dekat pohon suci dari jarak yang sangat dekat.

Biasanya orang-orang tidak diperbolehkan untuk melewati pagar kecil yang berada di sekitar pohon suci oleh penjaga yang berada di sekitar, tetapi untuk White itu tidak berlaku karena dia lah yang telah menjaga pohon ini sejak waktu yang sangat lama.

"Tuanku, ayo kita lebih dekat!"

"Tu-tunggu, White?!"

White menarik tangan Edward untuk melewati pagar pembatas itu. Prang-orang disana pun terkejut dengan White yang tiba-tiba menerobos pagar pembatas itu. Para prajurit pun hanya diam saja melihat itu karena mereka sudah mengenal siapa White sebenarnya.

White sangat ingin melakukan hal ini, dia sudah memimpikan untuk melakukan ini dengan tuannya yang sangat dia cintai itu. Dia pun tersenyum karena teringat tentang bagaimana pengorbanan tuannya itu untuk menyelamatkan nyawanya.

"(gigle)"

"Ada apa White?"

"Aku hanya teringat tuanku telah melakukan hal yang gila demi diriku saat itu."

"Kau juga sama kan? Kau juga telah melakukan hal gila untuk menyelamatkanku dari Valkyrie."

White memang tidak menginginkan tuannya untuk celaka, tetapi disamping itu dia merasa senang melihat tuannya sangat menganggapnya berharga dan bahkan tuannya mau mengorbankan semuanya demi dirinya.

"Tapi...tuanku sangat keren. Aku sangat senang ketika tuanku bertarung demi diriku."

Tiba-tiba wajahnya yang ceria itu pun kini berganti dengan wajah serius menatap pohon suci yang terlihat masih belum mau mekar itu. Dia melihatnya dengan tatapan yang terasa agak sedih yang membuat Edward sedikit heran dengan keanehan White.

"Hey tuanku, apa perasaan tuanku terhadap nona Lily?"

"A-apa yang kau tanyakan tiba-tiba?"

Edward terkejut dengan pertanyaan yang diajukan White secara tiba-tiba di tempat itu, dia tidak menyangka kalau White akan menanyakan hal seperti itu disini.

"Aku mohon tuanku, jawab dengan jujur."

Melihat wajah White yang sangat serius, Edward pun merasa kalau dirinya juga harus serius menjawab pertanyaan itu atau itu akan mennjadi sesuatu yang tidak sopan.

"Sejujurnya aku juga tidak tahu, tapi saat aku berada di dekatnya, entah kenapa aku menjadi sangat senang."

Itu adalah jawaban yang Edward bisa katakan untuk sekarang karena dirinya belum pernah sama sekali merasakan sesuatu seperti itu sebelumnya.

"Padahal awalnya aku hanya menganggap dia sebagai adik kecil, tetapi entah kenapa lama-kelamaan muncul perasaan aneh seperti ini."

Edward selalu merasakan perasaan aneh ketika dia bersama dengan Lily, perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Semenjak dari awal dia bertemu, Edward merasa kalau Lily bukanlah orang asing sama sekali baginya, malah dia merasa kalau Lily sangatlah dekat dengannya melebihi yang lain.

"Kalau begitu, bagaimana dengan nona Chamuel dan yang lainnya?"

Edward memang menyukai mereka semua, tetapi hanyalah sebatas teman baik. Tentu dia menyadari perasaan mereka semua karena mereka sudah mengungkapkan perasaan mereka yang sesungguhnya, tetapi dia masih belum bisa menganggap mereka lebih dari itu.

"Mereka adalah orang-orang yang sangat baik, aku menyukai mereka, mereka adalah sahabat-sahabat terbaikku."

Ini adalah pertanyaan terakhir dari White, pertanyaan yang akan menentukan tindakan White yang selanjutnya. Hati White berdebar-debar dan wajahnya memerah ketika dia ingin menanyakan pertanyaan ini, dia ingin segera lari dari sana, tetapi dia telah memutuskan ini.

"Kalau begitu, bagaimana denganku?"

Itu adalah pertanyaan yang sangat sulit untuk Edward jawab. Dia tidak ingin melukai perasaan White dengan mengatakan sesuatu yang mungkin bisa melukai perasaannya.

"Sejujurnya, aku menganggapmu sama seperti yang lainnya, kau adalah sahabat baikku. Oleh karena itu aku tidak mau melihatmu terluka."

Edward sudah mempersiapkan diri dengan apa yang akan terjadi dengannya, dia dengan gugup melihat ke arah White untuk melihat reaksinya, tetapi reaksi White tidak seperti yang dia bayangkan. Dia tidak mengira kalau White malah tersenyum mendengar itu.

"Hey tuanku, apa tuanku tahu tentang kata-kata ini? Wanita dan laki-laki itu tidak bisa menjadi sahabat normal."

Edward tidak tahu apa yang dimaksud White dengan kata-kata itu, bahkan dia sama sekali tidak pernah mendengarnya selama ini.

"Hah! Apa itu?"

White mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah kanannya dengan wajahnya yang memerah.

"Tuanku, coba lihat ke arah sana maka tuanku akan segera tahu apa arti dari kata-kata tersebut."

Edward yang bingung dan penasaran pun menuruti apa kata White, dia melihat ke arah dimana jari telunjuk White menunjuk tetapi dia tidak menemukan apapun disana.

"Hmmm...? Aku tidak meli-"

Dengan sekejap, bibir Edward merasakan sesuatu yang lembut menyentuhnya. Mata Edward pun terbelalak kaget melihat White yang tiba-tiba mencium bibirnya dengan lembut.

Tiba-tiba pohon suci yang berada di depan mereka, mulai mekar bercahaya dengan sangat indah bersama dengan White yang mencium Edward seolah-olah pohon itu ikut merayakannya juga. Pohon suci itu bercahaya dengan terang membuat siapapun yang melihat takjub, tetapi itu bukanlah cahaya yang biasa dia pancarkan saat mekar, cahaya itu berwarna pink yang terlihat sangat indah dan bebbeda dari biasanya.

Air mata White mulai jatuh dari matannya yang indah itu karena merasa sangat bahagia sekaligus bersalah karena sudah berani melakukan hal itu dengan tuannya.

[Maafkan aku tuanku karena sudah mempunyai perasaan seperti ini. Tetapi aku sudah tidak bisa menahan perasaan ini lagi.]

White mulai memeluk Edward dengan pelukan yang sangat lembut dan penuh kasih sayang dari hatinya yang sangat lembut. Tubuh mereka berdua pun tiba-tiba bersinar seperti pohon suci itu dan membuat semua yang melihat terkagum.

Chamuel dan yang lainnya pun syok dengan kejadian itu. Tubuh mereka seolah-olah memutih dan nyawa mereka seolah-olah keluar dari mulut saking terkejutnya dengan itu. Tetapi Chamuel merasakan sesuatu yang tidak dia sangka-sangka, dia merasakan kekuatan White yang selama ini menghilang telah kembali lagi dengan tubuhnya yang bersinar itu.

"White-chan?! Kekuatan White-chan telah kembali!"

Semua orang yang melihat itu pun hanya terdiam mematung melihat sesuatu yang sangat jarang terjadi itu, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi melihat itu, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan sekarang.

Daun-daun pohon suci pun mulai berguguran yang membuat semuanya menjadi lebih indah. Guguran daunnya berkilau bak permata yang sangat indah dan menghilang sebelum menyentuh tanah.

Mereka semua terkagum melihat pohon suci yang tidak seperti yang mereka lihat sebelumnya, mereka merasa kalau pohon suci seolah-olah sedang merasa bahagia sekarang. Cahaya terang nan indah dari pohon suci itu seolah-olah membuat hati yang melihatnya menjadi hangat dan bahagia dari pohon suci itu.

White pun sangat senang karena ciuman pertamanya yang telah dia berikan kepada tuannya itu. Dia menyentuh bibirnya dengan wajahnya yang memerah dan mata yang berkaca-kaca. Dia merasa sangat bahagia karena setelah sekian lama dia bermimpi, akhirnya mimpinya menjadi kenyataan.

Edward tidak kalah dengan White, dia mematung dengan wajahnya yang sangat merah dan ekspresi yang seolah-olah tidak percaya dan mengerti bagaimana itu terjadi. Dia sama sekali tidak menyangka kalau White akan menciumnya disitu, di depan banyak orang yang melihat.

"Tuan Edward, inilah arti dari kata-kata itu."

Edward langsung mengerti dengan apa yang dimaksud Whte dengan sangat jelas. Sekarang dia merasa seperti orang bodoh karena selama ini sudah menganggap kalau dia bisa bersahabat normal dengan para wanita.

"Dan juga, inilah permintaanku yang kedua. Aku sangat ingin melakukan ini dengan tuan Edward."

White pun menggenggam kedua telapak tangan Edward dengan senyuman yang manis nan menawan.

"Aku mencintaimu tuanku. Sangat! Sangat! Sangat! Sangat mencintaimu! Semua kebaikan yang anda berikan kepadaku, semua perhatian, semua senyuman, semua itu telah membuatku tidak bisa menahan perasaan ini lebih lama lagi."

Ini adalah keputusan White untuk mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya kepada Edward, dirinya ingin agar Edward mengetahui perasaan yang selama ini dia pendam di dalam dirinya. Dia tidak ingin mengalah lagi dari dari Lily, kali ini dia akan berusaha mendapatkan cinta dan kasih sayang dari tuannya itu.

"Karena itu lah mulai sekarang, aku juga akan berusaha untuk mendapatkan cintamu, Tuanku Edward!"

Tiba-tiba di dalam momen yang romantis itu, Chamuel datang untuk menghancurkannya karena sudah tidak kuat dibakar rasa cemburu di dalam hatinya. Dia memisahkan tangan Edward dan White yang saling bersentuhan itu dengan wajah yang kesal.

"Kishaaa~ dasar kucing pencuri!"

"Aku memang kucing, apa ada masalah?"

White dan Chamuel pun saling berhadapan satu sama lain. Diantara mereka, seolah-olah ada petir yang menyambar-nyambar melambangkan pertengkaran mereka. Diantara mereka, sama sekali tidak ada yang mau mengalah sama sekali untuk memperebutkan Edward.

"Mmmm...walaupun itu White-chan, Ed-chan tidak akan Chamuel serahkan!"

"Itu bukanlah hak nona Chamuel untuk memutuskan, tapi itu adalah hak tuanku sendiri."

"Berisik! Sekali tidak ya tidak, titik!"

Mereka pun saling beradu mulut sampai-sampai menarik perhatian orang-orang yang ada disana.

"Hahahaha...akhirnya White mengungkapkan perasaannya."

Zadkiel yang selalu mengawasi mereka dari balik cermin merasa senang karena akhirnya White bisa mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya kepada Edward. Dia tahu kalau itu sangatlah sulit bagi White, tetapi menurutnya perasaan White bukanlah perasaan yang terlarang. Itu adalah perasaan yang sangat murni dan juga suci dari seorang gadis yang jatuh cinta karena dulu tuannya juga pernah berkata demikian. Sebagai suatu makhluk hidup, tentu White juga mempunyai hak untuk menyukai dan mencintai seseorang dan itu bukanlah sesuatu yang terlarang mekipun yang dia cintai adalah tuannya.

"Ngomong-ngomong Arsenick, bagaimana dengan itu?"

"Aku berhasil mencurinya, meskipun dengan susah payah."

"Tetapi aku tidak menyangka kalau kau akan menggunakan Edward dan yang lainnya untuk melindungi kerajaanmu sedangkan kau bertarung disana."

Arsenick tersenyum mendengar itu. Dia sudah tahu dari awal kalau mereka pasti akan menyerang kerajaannya, tetapi dia tidak melewatkan kesempatan itu, dengan kursi mereka yang sedang kosong, dia memanfaatkan itu untuk menyusup ke markas mereka secara diam-diam untuk melindungi dunia ini dari ancaman yang jauh lebih buruk dari itu.

"Memangnya kita punya pilihan lain? dengan kekuatan Edward yang sekarang, dia tidak akan bisa mengalahkannya jika itu bangkit sekarang. Setidaknya ketika Edward sudah bangkit sepenuhnya, maka kemenangan kita akan terjamin."

Zadkiel sangat mengerti itu, dia juga akan menggunakan segala cara agar mereka tidak bisa mencapai apa yang mereka inginkan demi untuk melindungi dunia ini, untuk melindungi semuanya, dia harus menggunakan semua yang dia punya sampai waktunya tiba untuk menyelesaikan masalah ini sekali untuk selamanya.

"Yah, kita harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk menghentikan mereka. Mereka yang ingin menghancurkan dunia dan membuat sebuah dunia baru dengan sang kegelapan. The New World Order!"


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C22
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión