Hal yang sangat aku syukuri ketika aku sudah keluar dari kediaman Pak Handoko adalaah aku masih membawa dompetku. Dompetku yang selalu mendiami saku belakang celanaku. Selain dompet dan baju yang aku pakai, aku tidak membawa apapun.
Beruntung pula, di dalam dompet masih ada dua lembar uang lima puluh ribu dan berberapa lembar uang seribuan. Tentu saja, lembaran-lembaran uang itu adalah suatu anugerah bagiku.
Aku menyelusuri jalan ini, hingga sampailah aku pada pusat perkotaan. Pastinya, saat ini aku bingung harus melakukan apa dan bagaimana untuk mempertahankan hidupku. Hingga akhirnya, aku melewati sebuah club malam yang didepannya tertulis dibutuhkan seorang karyawan. Ya, akan ku ambil itu.
Karena aku tidak memiliki dokumen penting seperti ijazah dan lain sebagainya. Jadi sangat mustahil aku bisa menjadi seorang karyawan. Tetapi karena kegigihanku dalam memaksa, karena kebaikan sang HRD dan karena postur tubuhku, aku diterima sebagai pelayan disini. Tidak masalah sebab aku memang hanya bermodal KTP saja.
Sejak hari pertama aku berkerja di club itu, sejak itu pula hidupku berubah menjadi lebih kelam. Lebih gelap dari yang sebelumnya. Lebih kotor dan lebih menjijikan. Meskipun begitu, aku tidak peduli. Ini semua aku lakukan agar hidupku terus bertahan.
Benar, selain bekerja sebagai pelayan aku juga berkerja sebagai seorang gigolo. Awalnya aku cuma dibayar dengan ala kadarnya. Tetapi selama dua bulan aku menjalani perkerjaan yang katanya nista itu, aku mendapatkan penghasilan yang berlimpah. Bahkan dalam satu kali panggilan, tarifku sama dengan gaji pelayan selama dua tahun. Mengagumkan bukan?
Hampir setengah tahun kujalani pekerjaan yang berurusah dengan selakangan wanita itu, hingga aku bertemu dengan seorang klien. Klien tersebut adalah istri dari seorang profesor tua, meskipun begitu usia klienku hanya terpaut enam tahun diatasku. Ya, sebut saja namanya Bu Tania.
Bu Tania sering sekali memesan pelayananku. Bahkan dalam seminggu nyaris 3-4 kali. Aku tidak keberatan, apalagi dia selalu memberikan bayaran yang lebih dibandingkan klienku yang lain. Sampai pada akhirnya, Bu Tania menyatakan perasaannya padaku.
Shock? Tentu saja. Aku tidak pernah melibatkan perasaan dalam perkerjaanku. Semuanya aku lakukan semata-mata demi profesionalitas. Jika pun iya aku mencintainya, aku tidak mungkin kan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Tapi di sisi lain, aku juga tidak mau kehilangan tambang emasku.
"Tenang Rio, kita tidak akan menikah." Ucapnya saat aku tidak segera membalas pernyataannya. "Aku pun juga tidak bisa meninggalkan suamiku. Tetapi aku mohon, jangan layani wanita lain selain aku."
"Apa? Tapi Tania bagaimana_"
"Aku akan memenuhi semua kebutuhanmu. Apapun yang kau butuhkan akan aku turuti. Aku bahkan sudah membelikanmu sebuah apartemen mewah." Kata-katanya kali ini semakin membuatku terkejut.
"A-apa?"
"Kau...kau juga bisa melanjutkan kuliah di kampus suamiku secara gratis? Kau...kau mau kuliah bukan?"
Fix. Akhirnya dengan rayuan sedemikian rupa, aku pun menerima tawaran Tania untuk menjadi simpanannya. Sejak itu, aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Sebuah apartement mewah yang dibeli atas namaku, kesempatanku kuliah meskipun aku tidak memiliki ijazah. Dan biaya hidup sehari-hari yang sekarang bukanlah menjadi persoalan. Untuk kali ini biarkan aku menjadi seorang pemenang.
~oo0oo~
Aku kuliah di Fakultas Fisika. Di salah satu Universitas Swasta terbaik di negeri ini. Selama satu tahun kuliah, aku sudah bisa membuat sebuah senjata rakitan yang cukup canggih. Tidak ku sia-sia kan kemampuanku itu. Tentu saja, kemampuan itu terus ku asah dan ku jadikan sebagai sumber pendapatan.
Benar, aku menjual senjata rakitan tersebut secara ilegal. Tentunya, aku menjualnya di 'dunia bawah tanah'. Tidak terlalu sulit untuk mencari pasar, sebab aku adalah bagian dari mereka. Dan untuk hubunganku dengan Tania, itu masih berlanjut.
Hanya saja selama dua tahun hubungan kami, aku mulai merasa tidak nyaman dan sangat amat tidak nyaman dengan sikapnya yang terlalu protektif. Dia tidak seperti dulu lagi, akhir-akhir ini dia selalu menggunakan ancaman recehnya jika aku tidak segera menuruti apa maunya. Ya ancamanya adalah mengeluarkanku dari universitas. Dia tahu kelemahanku. Akhirnya aku takluk dengan mudahnya.
Terkadang terbesit keinginan dalam hati untuk menghabisi Tania. Tetapi tenang, aku tidak sejahat itu. Hanya saja lama ke lamaan aku menjadi sangat muak dengan wajahnya dan sikapnya. Hingga suatu hari, Tania diberitakan terbunuh.
Serius! Sumpah! Bukan aku yang melakukannya. Aku hanya berniat membunuhnya saja. Tetapi tidak pernah ingin melakukannya. Apalagi aku masih membutuhkan Tania untuk keperluan materiku.
Dan tentu saja, berita terbunuhnya Tania membuatku takut. Aku takut dicurigai. Aku takut suami Tania tahu tentang hubungan kami. Yang kebetulan, suami Tania adalah salah satu dosenku. Tentu saja aku takut terkena DO.
Tetapi ternyata Tuhan Maha Baik. Selain denganku, Tania juga punya affair dengan Pria lain. Dan pria tersebut sudah memiliki istri. Sang istri dari Pria itu pun marah dan dendam hingga akhirnya dia menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh Tania.
~oo0oo~
Terbunuhnya Tania tidak merubah apapun dalam hidupku. Kecuali, penjualan senjata gelapku yang semakin meningkat. Semenjak kematian Tania, aku benar-benar bebas dalam menjalani binis bawah tanah ini. Dan akhirnya, dalam tiga tahun terakhir aku hampir bisa menguasai pasar di Asia Tenggara.
Dalam kisah ini, hidupku terdengar mudah bukan? Namun kenyataannya tidak seperti itu. Sering aku mengalami situasi yang menempatkanku antara hidup dan mati. Dan untuk dapat menghindari kematian, aku menawarkan apa yang bisa aku tawarkan. Meracik segala dusta agar menjadi suatu hal yang manis serta menarik untuk dinikmati. Hantaman, pukulan, darah juga kekerasan adalah makanan yang selalu tersaji di atas meja kehidupanku. Jangan salah, hukum rimba masih berlaku di dunia bawah. Sistem budak dan majikan diterapkan kembali di zona ini.
Sistem budak. Dimana manusia bisa memelihara manusia. Jadi, jika orang itu tidak benar-benar kuat dan lihai dalam mengendalikan situasi, mereka akan diperlakukan tidak mulia dari seekor anjing peliharaan.
Lalu disinilah aku, melihat manusia menghajar seorang manusia didepan para gerombolan manusia lainnya. Oh bukan, aku bukan datang kesini untuk menikmati tontonan ini. Aku kemari untuk menawarkan daganganku. Mengertilah, meskipun aku jahat dan tak bermartabat, aku masih bukan golongan manusia yang laknat.
Orang itu dihajar terus menerus. Sampai wajahnya sudah tidak bisa lagi disebut dengan wajah. Aku tidak bisa menghentikan ini meskipun aku ingin melakukannya. Mereka punya perjanjiannya sendiri. Menolongnya sama artinya menjanjikan hidupku dalam kesulitan bahkan kematian.
Tetapi inilah hidup. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Karena jika Tuhan berkehendak, semua bisa terjadi dengan cepat. Walaupun, hal itu mustahil dan sulit untuk dipercaya oleh manusia. Ya, akulah contohnya.
Orang yang dihajar tadi lari. Dia melarikan diri dengan tubuh yang dipenuhi oleh darah dan luka. Tentunya, dengan kondisi seperti itu dia tidak akan bisa lari lebih dari dua puluh meter. Nah, inilah sialnya. Pria itu terjatuh di depan diriku serta wajahnya nyaris mencium kakiku. Ternyata, jika dilihat dari dekat lukannya sudah sangat mengenaskan.
"To-tolongg..." Dia memohon kepadaku dengan suara yang sangat menyayat.
Astaga, apalagi ini? Haruskah aku selamatkan dia? Tada! Ternyata Tuhan ingin aku menyelamatkannya. Itu ditandai dari keadaan hatiku yang tiba-tiba merasa kasihan dan dipenuhi rasa iba. Baiklah aku tolong, mungkin Tuhan memberikan perintah gaibnya melalui sisa-sisa nuraniku.
"Aku beli pria ini!" Ucapku dengan lantang dan sok berani dihadapan mereka. "Berapa harganya?"
Bersambung...
Terimakasih buat yang ngasih koment dan votenya. Jujur aku pingin bales komentar kalian, tapi aku belum tahu caranya, hehe...
Dan beribu terimakasih juga buat yang udah ngorbanin uangnya untuk membeli PDFnya Satrio sama Tiara. Makasih banyak ya...
Ditunggu koment positifnya. Muaaccchhhh....