Descargar la aplicación
21.96% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 47: Chapter 46; Case 2: Perdagangan organ bagian 34

Capítulo 47: Chapter 46; Case 2: Perdagangan organ bagian 34

Pikirnya di dalam hati. Ia sudah pergi ke berbagai tempat dan bertanya kepada banyak orang yang ia temui tapi tidak ada satupun yang melihat keberadaan pria itu. Sepertinya dia memang harus mencari ke diskotik atau mungkin toko yang menjual alkohol tapi dia tidak tahu yang mana dan air bahan bakar motornya juga sudah hampir habis tidak mungkin ia bepergian lebih jauh lagi. Dengan berat hati iapun memarkirkan motornya di parkiran dan membeli bakso yang di jual di pinggir jalan. Tidak lama kemudian bakso yang ia pesan datang dan dia mulai memakan makanan di depannya.

"Mas kayaknya capek banget, abis ngapain?"

Tanya penjualnya dengan ramah sambil menuangkan segelas Air untuknya, setelah itu iapun kembali membuat semangkuk bakso untuk pelanggannya yang lain. Mendengar perkataan pria itu Angga memperlihatkan sebuah foto dari handphonenya.

"Ini Pak, pernah liat bapak ini? Saya lagi nyari dia."

Ujar Angga sambil memperlihatkan foto seorang pria dengan umur sekitar lima puluh tahun. Kulitnya tampak coklat dan rambutnya yang pendek tampak acak acakan. Bibirnya tampak menghitam dan dia memiliki kumis yang tipis. Pria itu menatap foto di handphone Adnan dan menggeleng.

"Sayangnya enggak, tapi kalau boleh tahu kenapa mas nyari dia?"

Tanyanya dengan heran,bukan karena dia ingin tahu urusan orang lain tapi karena laki-laki yang menjadi pelanggannya itu ampak sangat kelelahan mencarinya. Dia mungkin sudah mencari orang itu seharian tanpa istirahat dan tidak mempedulikan kondisi tubuhnya karena itu ia mendahulukan pesanan laki-laki ini dari pelanggannya yang tadi sudah menunggunya. Untungnya perempuan itu pengertian dan tampak tidak mempermasalahkannya.

"Keponakannya yang masih koma tiba-tiba ilang dari rumah sakit pak. Saya lagi ngebantu orang tuanya buat nyariin dia dan mereka gak tahu anak mereka di mana. Saya baru berhenti sekarang soalnya motor saya kehabisan air. Orang ini di curigai sebagai pelakunya, dan saya gak tahu dia di mana sekarang."

Mendengar berita itu tentu penjual dan pembeli yang mendengar perkataan Angga tampak terkejut. Pantas saja laki-laki itu terus mencari pria dalam foto itu tanpa kenal lelah.

"Owalah bejat bener kelakuannya. Boleh minta fotonya mas? Kali aja saya atau oarang yang beli ke sini liat dia, ntar saya kabarin ke mas."

"Oh boleh!, makasih ya pak!"

Ujarnya sambil mengirimkan foto tadi pada bapak penjual bakso tersebut. Sementara itu perempuan yang membeli bakso tadi pergi ke arah motornya dan mengambil sebuah kantung plastik yang tergantung pada stang motornya. Perempuan berambut ungu itupun mengeluarkan dua botol air dari dalamnya yang masing-masing isinya sekitar satu liter dan memberikannya kepada Angga. Ia sama sekali tidak mengerti bagaimana cara pempuan itu bisa kuat membawa dua botol Air satu liter di kedua stang motornya. Bukankah itu berat? Belum lagi di tambah cemilan yang sangat banyak dari dalam kedua plastik putih itu. Memangnya dia mau pergi piknik?

"Air buat bahan bakar motor kamu abis kan? Ambil aja ini."

"Eh? Gak apa-apa?"

"Iya gak apa-apa kita. Lagian cadangan saya masih ada di bagasi. Boleh saya minta fotonya juga? Siapa tau temen-temen saya ada yang liat dia."

"Oh iya boleh. Makasih ya."

Saat itu Angga sadar, sekalipun banyak orang jahat yang berkeliaran di sini tapi orang baik masih ada. Orang-orang yang bahu membahu bekerja sama untuk membantu orang lain sudah langka di zaman sekarang yang penuh konflik, kejahatan di mana-mana dan kejujuran dapat di beli dengan uang.

'Seandainya orang-orang semuanya seperti ini dunia pasti akan damai.'

Pikirnya sambil menyimpan nomor kontak keduanya tadi dan mengirim foto pada perempuan itu lewat email. Iapun meneruskan makannya sampai habis namun tiba-tiba bapak penjual bakso malah memenuhi mangkuknya kembali, ia menatap bapak itu dengan tatapan bingung yang dibalas senyuman olehnya.

"Mas butuh banyak tenaga, tenang yang ini gratis dari saya. Semangat ya?"

Angga membalas senyuman pria itu dan mengangguk. Ia memang masih lapar karena tadi siang dia belum makan. Iapun kembali menghabiskan bakso yang ada dalam mangkuknya dan kembali naik ke atas motornya.

"Makasih pak, ntar aku balik lagi bawa temen-temenku ke sini ya?"

"Oh iya boleh, bawa aja kesini. Semoga cepet ketemu ya?"

"Iya pak, saya jalan dulu."

Angga menjalankan kembali motornya ke jalanan.

Dia kembali berkeliling berusaha mencari petunjuk meski kemungkinannya kecil. Dia bertanya pada setiap orang yang ia temui tapi ia tidak menemukan satupun petunjuk dan ia mulai kelelahan. Angga memutuskan untuk istirahat sebentar, ia melirik sekitarnya mencari tempat yang bagus. Setelah beberapa lama mencari tempat yang sekiranya bagus untuk tempat istirahat ia menemukan sebuah taman. Dimana ada taman pasti ada kursi panjang itu artinya dia bisa tidur sebentar sebelum kemudian kembali mencari paman Lily.

Angga pun memarkirkan motornya di parkiran dan berjalan masuk kedalam taman setelah ia mengambil kunci motornya. Ia berjalan masuk memasuki taman menemukan beberapa orang juga berada di sana. Ia berjalan sambil sesekali melihat sekitarnya mencari bangku panjang yang kosong untuk di pakainya tidur sebentar.

Setelah beberapa menit mencari Angga menemukan sebuah bangku panjang yang letaknya tepat di depan sebuah pohon. Tidak ada yang duduk di sana mungkin karena takut mengingat indonesia punya banyak mitos dan semua tempat punya cerita mistis mereka masing masing. Mungkin bangku itu ada ceritanya juga tapi angga tidak peduli dan hanya ingin tidur saat ini. Dia berbaring di atas bangku itu dan tidur dengan nyenyak di sana. Ia hanya bisa berharap kalau ia dapat petunjuk untuk mencari keberadaan paman Lily agar Lily bisa segera di temukan.

Pukul dua belas tepat tengah malam Angga terbangun dari tidurnya. Ia mengambil handphone yang terasa bergetar di saku celananya, iapun mengambil handphonenya dan melihat nama gadis yang ia temui di tempat bakso tadi Mikha tertera di handphonenya. Angga cepat-cepat menjawab panggilan telpon itu dengan harapan ia bisa mendapatkan informasi.

"Halo? Ini mas yang tadi di tempat bakso kan?"

"Iya ini saya, apa kamu dapet petunjuk?"

"Iya, karena aku lagi gak ada kerjaan aku ikut bantu keliling juga. Lagian aku kenal daerah ini. Aku nemuin orang yang cocok dengan foto yang tadi kamu kirimin. Aku bakal kirim lokasi aku sekarang."

"Hah? Sebentar, kok kamu bisa-"

"Jangan banyak tanya, penjelasannya nanti. Datang ke lokasiku sekarang."

Perempuan itu tiba-tiba mematikan panggilannya dan mengirimkan lokasinya pada Angga. Tanpa pikir panjang Angga bangun dari posisinya dan pergi ke parkiran, ia naik ke atas motornya dan pergi ke tempat dimana Mikha berada. Untuk pergi ke tempat itu butuh waktu sekitar 40 menit dengan kecepatan yang cukup tinggi, untungnya malam itu tidak banyak kendaraan yang lewat jadi dia tidak perlu khawatir akan menabrak. Sesampainya di tempat tujuan ia melihat perempuan yang ia temui tadi tampak sudah berdiri di depan sebuah bangunan tua. Lebih tepatnya mungkin bekas kosan lama yang sudah tidak di pakai. Di sekitar mereka tidak ada bangunan lain lagi jadi ia tahu tempat itulah yang di maksud olehnya.

Perempuan itu tampak mengenakan jaket hitam juga celana hitam berbeda dengan penampilannya yang lebih feminim saat ia pertamakali melihatnya. Rasanya seperti bertemu dengan orang yang berbeda. Perempuan itu menatap Angga dengan tatapan serius.

"Dia ada di dalam. Aku mengikat semua orang yang ada di dalam. Tempat ini di pakai perjudian, pesta seks, dan juga pemabuk. Kita harus amankan tempat ini."

"Kamu... punya senjata?"

"Gak, kedua tanganku aja udah cukup."

Jawabnya sambil masuk ke dalam halaman rumah dengan santainya sambil melewati Angga. Angga terdiam sesaat mendengar perkataan perempuan itu. Ada apa dengan perempuan zaman sekarang?!! Pertama Adara, lalu Aileen dan sekarang Perempuan ini juga sama?!!. Kenapa perempuan yang dia temui menakutkan semua?!!. Angga pun mengejar perempuan itu dari belakang, mau bagaimanapun dia tetap perempuan dan Angga tidak mau dia terluka sekalipun dia tidak terlalu kenal dengan perempuan itu tadi peempuan itu sudah menolongnya.

Dengan santannya perempuan itu menendang pintu depan rumah dengan keras membuat semua orang menghentikan aktivitas mereka masing-masing. Semua orang terlihat kesal karena perempuan itu merusak suasana tapi ketika gadis itu mengeluarkan aura mengancam dan menatap semua orang dengan tatapan tajam mereka semua terdiam di posisi mereka. Ada yang terlihat setengah telanjang dengan pasangan mereka, ada yang sudah mabuk dan tidak sadarkan diri di lantai, ada yang sedang berjudi sambil meminum alkohol dan ada pula yang menggunakan narkoba. Jika di lihat umur merekapun bermacam-macam mulai dari sebelas sampai lima puluh tahunan. Gadis itu geleng-geleng kepala melihat pemandangan di hadapannya. Bagaimana bisa bangsa ini maju kalau orang-orangnya seperti ini?.

"Benar-benar hina kelakuan kalian ini, aku mau saja menghajar kalian semua buat nyadarin otak kalian yang yang sudah rusak tapi sayangnya aku datang dan ngikat kalian semua di sini bukan buat itu."

Perempuan itu itu melirik Angga dan beralih menatap seorang laki-laki yang tampak berbaring di lantai. Mengerti apa yang Mikha maksud ia pergi berjalan ke arah laki-laki yang terbaring di lantai dengan botol minuman keras yang ada di sana dan sebuah koper warna coklat yang berisi uang. Tidak salah lagi laki-laki ini memang orang yang dia cari.

"Bangun sialan."

Ujarnya dengan suara yang terdengar dingin sambil menarik kerah pakaian laki-laki itu ke atas. Mendengar suara Angga laki-laki itu langsung terbangun. Wajahnya tampak biasa saja.

"Oh kamu kemari berarti kamu udah tahu ya?"

Angga menggertakkan giginya dan menatap laki-laki itu dengan tatapan tajam.

"Di mana Lily pak tua?"

"Ada seorang dokter gila yang membutuhkan bahan percobaan manusia jadi... Aku jual Lily padanya!! Bukankah itu brilian?!! Aku tidak pernah suka dengan perempuan penyakitan itu dan aku bisa menyingkirkannya!! Bukankah aku hebat?!! Bukan hanya aku berhasil menyingkirkannya aku juga dapat banyak uang!!"

Laki-laki itu tertawa seperti kesetanan sementara Angga dan Mikha sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru mereka dengar.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C47
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión