Descargar la aplicación
14.48% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 31: Chapter 30; Case 2: Perdagangan organ bagian 18

Capítulo 31: Chapter 30; Case 2: Perdagangan organ bagian 18

"Kamu selalu malingin muka kamu dan ngehindarin aku."

Serius?ia bukan hanya menhindari Mahesa oiii ia menghindari kontak fisik secara langsung denga semua laki-laki di universitasnya!! Dia tahu itu tanda suka dari mana? Apa dia kebanyakan membaca manga dan novel romantis?

"Itu gara-gara aku gak mau deketan dan bernafas di satu ruangan yang sama kayak kamu."

Perkataan Aileen yang terdengar sangat menusuk membuat laki-laki lain yang juga menyukai Aileen menahan tawa mereka begitu juga Rei yang mendengar semua yang Aileen katakan lewat headphonenya.

"Tiap aku ngeliat kamu kamu sering kali nunduk kayak yang malu."

Aileen menaikkan sebelah alisnya mendengar hal ini. Sama seperti sebelumnya dia memalingkan wajahnya bukan hanya kepada Mahesa tapi juga pada mahasiswa lain di kelasnya. Dia selalu berusaha untuk tidak melakukan kontak mota apa lagi menyentuh mereka meski itu tidak sengaja jadi yang Mahesa sebutkan itu adalah hal biasa yang Aileen lakukan. Para laki-laki di kelas Aileen yang ada di sana dan mengetahui kebiaasaan Aileen yang satu ini tampak tertawa mendengar perkataan Mahesa sementara yang tidak tahu tampak bertanya kepada mereka dan setelah di bisiki oleh mereka mereka semua ikut tertawa. Mahesa tampak heran tapi kemudian Aileen pun menjawab.

"Hah? Itu kebiasaan aku, kalau kamu gak percaya tuh tanya ke temen sekelas aku. Aku kayak gitu juga ke mereka semua kok, jadi kamu mau bilang kalau aku suka sama mereka semua juga gitu?"

Tanya Aileen, ucapan sarkastis Aileen tampak membuat semua orang di lorong otomatis tertawa saat mendengarkan penjelasan Aileen dan orang-orang yang salah faham dengan apa yang Aileen lakukan langsung mengerti. Itu bukan berarti Aileen benci pada mereka itu hanya kebiasaan yang selalu di lakukannya. Sementara itu Mahesa terdiam karena malu di tertawakan oleh orang-orang di sekitarnya sesaat sebelum kemudian kembali bertanya.

"Kalau gitu kamu nengahin masalah aku sama Samantha dan ngebujuk dia buat putusin aku kenapa?"

Aileen memutar kedua bola matanya dan berkata. Dia masih bertanya? Apa tidak cukup waktu itu Sammantha mengatakannya sendiri? Atau kepalanya terbentur sesuatu dan membuat ingatannya hilang? Oh ia sungguh ingin membanting orang ini.

"Itu gara-gara dia gak suka kamu posesifin dan dia ngerasa gak nyaman sama kamu jadi aku bujuk dia buat putus sama kamu. Tapi dia takut sama kamu jadi aku anter dia. Yaiyalah dia gak suka kamu posesifin masa pergi sama temen aja harus laporan sama kamu sementara kamu aja gak pernah bilang-bilang ke dia meski kamu jalan bareng cewek lain, masih untung si Samantha sabar sama kamu sampe hubungan kaian bisa tahan selama lima bulan.Udah jelas atau masih ada lagi?"

Mahesa hanya terdiam dan menggeleng mendengar semua penjelasan Aileen, iapun mendelik tajam kembali kepada Mahesa dan berkata.

"Apa yang kamu lakuin di depan aku hari ini bener-bener bikin aku jijik, jangan muncul di depan aku lagi kalau gak aku bakal banting kamu nanti."

Aileenpun pergi ke kelasnya tanpa menoleh meninggalkan laki-laki itu membatu di tempat. Mata laki-laki itu tampak menatap Aileen yang berjalan menjauh darinya dengan tatapan mata yang sungguh menyeramkan bagi Rei dan entah mengapa ia takut sesuatu mungkin akan terjadi kepada Aileen.

Rei melihat Aileen masuk kedalam toilet wanita yang kosong dan meminum beberapa pil dari dalam tasnya setelahnya ia meminum air dari botol minuman yang di bawanya. Namun tubuh Aileen menolaknya hingga gadis itu memuntahkannya di wastafel. Rei langsung menutup laptopnya danberdiri setelah memstikan di mana keberadaan Aileen saat ini. Ia bergegas masuk kedalam kampus mencari keberadaan Aileen tidak peduli dengan matanya yang tidak memakai kontaklens membuat matanya yang merah bisa terlihat dengan jelas. Matanya yang tak biasa sudah pasti membuat ia menjadi pusat perhatian di tambah dengan ia yang berlari di lorong dan masuk kedalam toilet dimana Aileen berada tidak peduli dengan pandangan orang kepadanya menemukan Aileen tampak terduduk di atas lantai dengan beberapa obat yang ia muntahkan tampak berceceran di lantai Pemandangan ini mungkin tampak agak menjijikan namun Rei tidak tampak jijik sama sekali.

"Aileen!! Hei kamu gak apa-apa?!!"

Aileen tampak terbatuk-batuk, Rei nampak mendekatkan tubuh Aileen kepadanya dan meminumkan air di dalam botol yang dibawa Aileen dalam tempat minumnya. Setelah batuknya berhenti Aileen tampak menatapnya dengan tatapan lemas.

"Kak Rendi?"

Rei mendekatkan tubuh Aileen kepadanya dan memeluknya dengan lembut. Dia tidak membenarkan perkataan Aileen juga tidak menyangkalnya. Dia hanya mencoba menenangkan Aileen dengan memperdengarkan suara jantungnya seperti sebelumnya, tidak lama kemudian Aileen kembali tidak sadarkan diri seperti sebelumnya dalam pelukan Rei. Rei menghela nafasnya melihat hal ini. Setidaknya Aileen sudah tenang sekarang. Sekarang ia hanya harus membawa Aileen ke UKS sebelum dia terbangun dan sakitnya kembali kumat.

"Aileen!!"

Rei terkejut melihat Reyna dan Mikha yang tampak berdiri di hadapannya. Keduanya juga tampak kaget melihat Aileen yang pingsan tampak di peluk oleh seorang laki-laki yang wajahnya mirip dengan Rendi. Bagaimana tidak kaget melihat seorang laki-laki yang mirip kekasih sahabatmu yang jelas sudah meninggal empat tahun lalu?

"Rendi?..."

Nama itu meluncur begitu saja keluar dari mulut Reyna sementara Mikha tampak hanya bisa terdiam tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rei tidak mempedulikan keberadaan mereka, ia memeluk tubuh Aileen, mengangkatnya dan membawanya ke arah ruang kesehatan. Sementara Mikha dan Reyna tampak saling berpandangan dan mengikuti mereka dari belakang sambil membawakan Tas Aileen dan toples obat yang tertinggal di atas wastafel tadi. Rei membaringkan tubuh Aileen di atas salah satu tempat tidur yang berada di ruang UKS dan menyelimuti tubuhnya dengan sebuah selimut yang sudah ada di atas tempat tidur di mana Aileen terbaring. Reyna dan Mikha yang baru sampai dan melihat pemandangan itupun terdiam. Bukan Cuma wajahnya namun cara laki-laki ini memperlakukan Aileen juga benar-benar sama dengan Rendi. Reyna menatap Rei dengan tatapan serius yang jarang nampak di wajahnya dan berkata.

"Kamu bener Rendi kan?"

Rei tampak menimbang-nimbang apa yang harus dijawabnya pada Reyna dan Mikha yang berdiri di belakangnya saat ini. Kalau ia jujur mereka akan memborbardirnya dengan berbagai macam pertanyaan dan dia ada kemungkinan akan di hajar oleh Mikha nantinya. Ia tidak mau babak belur saat ini jadi iapun menjawab.

"Bukan."

Reyna menghela nafasnya, ia sesaat lupa jika laki-laki yang di sayangi temannya itu sudah tiada karena wajah dan kedua mata Rei yang benar-benar mirip dengan Rendi tapi berbeda dengan Mikha yang menatap laki-laki itu tidak yakin dengan apa yangdi katakannya.

"Terus? Hubungan kamu sama Aileen apaan?"

Pertanyaan Mikha di jawab cepat oleh Rei tidak ingin perempuan itu lebih curiga lagi kepadanya.

"Bisa dibilang aku sama dia ini teman kerja, aku temen Aksa. Dia yang minta aku buat nganter dan ngejaga Aileen."

Keduanya tampak bingung dengan apa yang di maksud oleh Rei.

"Ngejaga Aileen? Kenapa kamu harus ngejagain Aileen?"

Rei meruntuki mulutnya yang keceplosan dan membuat Mikha dan Reyna penasaran dengan apa yang dia maksud.

"Kalian gak perlu tahu, kalian juga boleh gak percaya sama aku. Ini tugasku selebihnya aku gak bisa ngasih tahu kalian."

Rei beralih menatap wajah Aileen yang tampak tidak sadarkan diri di tempat tidur sementara Mikha dan Reyna menatap laki-laki yang mereka pikir mirip dengan Rendi itu dengan wajah penasaran mereka.

"Kamu... Suka sama Aileen ya?"

Perkataan Reyna sukses membuat wajah Rei memerah sampai ke telinganya.

"E-e- enggak a-aku enggak suka sama dia kok."

Melihat Rei yang gelagapan Mikha dan Reyna tersenyum jahil.

"Ho... Jadi gitu..."

Rei berbalik kepada mereka dengan wajah yang sudah merah padam.

"Ka-kalian salah paham!!"

Reyna dan Mikha tertawa melihat Rei yang tampak berusaha sangat keras untuk mengelak padahal perasaannya pada Aileen terlihat dengan sangat jelas di wajahnya.

"Oke-oke kita gak akan godain kamu soal perasaan kamu sama Aileen, jadi siapa nama kamu?"

Tanya Mikha yang masih berusaha menghentikan tawanya.

"Rei Darka"

Mikha menganggukan kepalanya dan mengingat nama itu di kepalanya.

"Oke kami pergi dulu ke kelas tolong jaga Aileen."

Ujar Mikha sambil keluar dari ruang kesehatan bersama Reyna yang mengikutinya dari belakang setelah Reyna meletakkan tas Aileen di sana, meninggalkan Rei bersama Aileen yang masih belum sadarkan diri.


REFLEXIONES DE LOS CREADORES
LynKuromuno707 LynKuromuno707

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C31
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión