Pada saat yang sama, lubang darah lainnya mulai mendidih, seolah-olah lubang-lubang itu tersegel. Awan kabut berdarah naik ke udara, yang berubah menjadi pedang berwarna darah yang kemudian melayang di atas, memancarkan aura pembunuh.
Satu-satunya lubang tanpa pedang darah adalah lubang tempat Meng Hao yang baru saja menghilang, yang semua lelaki berjubah hitam melaju ke arahnya.
Meng Hao bergerak dengan kecepatan luar biasa. Ketika dia keluar dari lubang darah, dia mendapati dirinya di sebuah terowongan panjang dan sempit yang turun ke bawah ke ruang rahasia di bawah. Ketika dia muncul ke dalam ruangan, cahaya berwarna darah menusuk matanya secara menyilaukan.
Dalam hati, dia terkejut dengan aura jahat yang tak terlukiskan yang meledak di wajahnya itu. Seolah-olah teriakan menyedihkan yang tak terhitung jumlahnya bergema di telinganya. Entah bagaimana, suara-suara itu terasa akrab, seolah-olah masing-masing dari mereka adalah orang yang dikenalnya.