"Meskipun kami bukan teman terdekat, aku masih menganggapnya sebagai teman. Aku memang percaya padanya saat itu."
Jadi aku memang pernah lebih dekat ke dunianya satu kali … Dan aku menghancurkan kepercayaan yang ia miliki untukku dan menghancurkan persahabatan kami dengan tanganku sendiri.
Jika aku tidak begitu memaksa pada malam itu, apakah ada kemungkinan ia akan jatuh cinta padaku?
Tetapi pada akhirnya, tidak ada lagi 'seandainya' untuk kita berdua … Satu langkah yang salah, dan setiap langkah sesudahnya bisa menjadi suatu kesalahan. Aku sangat salah sehingga aku benar-benar telah melukainya sampai tingkat yang tidak terukur.
Ketika ia keluar dari ruangan psikolog, pikiran yang muncul di hatinya melintas di benaknya sekali lagi.
Haruskah aku benar-benar melakukannya? Sepertinya satu-satunya jalan yang bisa aku ambil …