Lu Bancheng menunggu 10 menit sebelum kegelisahan menguasainya dan ia mengetuk pintu dengan lembut. Xu Wennuan tidak memberikan respons, dan yang bisa didengarnya hanyalah air mengalir. Ia menunggu beberapa saat lagi dan kemudian mengangkat tangannya untuk mengetuk lagi ketika ia mendengar suara isakan yang nyaris tak terdengar di atas suara air yang mengalir.
Ada rasa sakit yang samar-samar di hati Lu Bancheng. Lengannya yang membeku melayang di udara. Setelah beberapa saat, ia menurunkan sikunya. Ia melangkah ke samping, bersandar ke dinding, dan tetap diam di sana. Suara tangisan di kamar mandi bergantian antara keras dan lembut. Hati Lu Bancheng tetap sakit sampai jam tiga pagi, ketika Xu Wennuan berjalan keluar dari kamar mandi, pucat dan tanpa ekspresi mengenakan jubah mandi.
"Nuannuan." Ketika Lu Bancheng mendengar pintu, ia segera berdiri dan menatap Xu Wennuan. Ia tidak mau mendengarkan kata-katanya dan terus berjalan maju perlahan.