“Ralin bantu ya, Ma.”
Donna tersenyum pada sosok Ralin yang duduk di pinggir ranjangnya dan menyuapinya makan malam. Yuga menghela napas dalam saat melihat wajah Donna yang masih sepucat dan selesu tadi pagi. Ralin memandangnya dengan raut cemas sekaligus tegang, mengawasi dengan cermat bagaimana Donna mengunyah makanannya dengan susah payah.
“Apa perlu Ralin buatkan bubur, Ma? Mama sukanya bubur apa?” tanya Ralin sigap. Donna mengusap pipi Ralin.
“Nggak usah, Sayang.”
“Tapi Mama…”
“Mama bisa kok makan biasa, cuma sedikit kesulitan menelan. Nanti juga terbiasa.”
Ralin mengangguk, melempar pandang pada Yuga yang duduk tak jauh. Sorot matanya dipenuhi kesedihan. Yuga tahu gadis itu tengah menahan air matanya, membuatnya ingin memeluknya.
“Mana papa kalian?” tanya Donna.
“Di ruang kerja.” Yuga menjawab.
“Jangan biarkan dia bekerja sampai larut, Yuga.” Donna mendesah, lalu menerima suapan dari Ralin.