Kapitel 100: Chapter 100 Mbok ya Foto yang Bagusan Dikit

Mas Huda mengangguk-angguk sambil tersenyum sendiri,"Memang nggak salah kan, aku pilih Nadia sebagai calon istri? Ilmu agamanya lumayan juga, ilmu dunia juga insyaAllah mengikuti pula."

"Kenapa senyam senyum Mas?" tanya Nadia.

"Enggak ... lagi senang aja. He ...he," sahut Mas Huda.

Nadia yang merasa tak enak sendiri melihat Mas Huda menatap dirinya.

"Udah ah, ayuk segera dimakan," kata Nadia.

Bakso mereka pun sudah siap dan pas untuk disantap. Tak berselang lama, adzan maghrib pun mulai terdengar berkumandang.

"Yah ... udah adzan,"kata Nadia.

"Oiya, nanti habis dari sini sekalian saja kita mampir masjid," sahut Mas Huda.

"Oya Mas. Kayaknya kalau harus nunggu sampai tempat kos itu takutnya terlambat nanti," sahut Nadia.

Adzan selesai, bersamaan juga makanan mereka semua juga sudah habis.

"Yuk buruan Mas," ajak Nadia, dan dia pun langsung bergegas membayar makanan mereka berdua.

"Lho ... kok kamu yang bayar?" tanya Mas Huda yang baru saja hendak mengeluarkan dompetnya.