"Lala." Panggil Yola pada calon kakak iparnya yang sedang membantu bunda membuat kue.
"Yola!" Lala berlari pada Yola lalu mereka saling berpelukan.
"Apa kabarmu, La?" Tanya Yola setelah mengurai pelukan mereka.
"Alhamdulilah, baik. Kamu bagaimana kabarnya?"
"Aku juga baik, kak Jhonatan juga baik."
Mendengar nama Jhonatan di sebut membuat wajah Lala memerah. Hatinya berdenyut mengalunkan rindu yang teramat sangat pada pujaan hatinya, surat-surat dari jhonatan hanya sedikit mengurangi rasa rindunya. Kadang ingin sekali lala berlari untuk menemui kekasihnya itu, namun janji yang mereka buat telah meluluhkan hatinya untuk setia menanti tanpa berusaha mencari dan menemuinya.
"Syukurlah kalau begitu. Maaf ya waktu kamu sakit aku ga bisa ikut bunda dan ayah jenguk kamu."Kata Lala penuh penyesalan. Yola menuntun Lala untuk duduk di sofa. Lalu kembali melanjutkan obrolan mereka.
"Tidak apa-apa, Alhamdulilah aku dan kak Jhonatan, baik-baik saja." Ucap Yola sambil mengengam tangan Lala erat.
"Dan selamat ya, kamu udah nikah duluin aku dan Jhonatan." Kata Lala sambil tersenyum pada Yola.
"Ya, terimakasih, sekarang suamiku juga ikut kok, sebentar lagi juga turun, lagi mandi barusan." Jawab Yola.
"Mana Abdul, sayang?" Tanya Jelita sambil menaruh kue di atas meja.
"Lagi mandi bun." Jawab Yola.
"Oh. Di makan."
"terimakasih bunda." Ucap Lala, lalu mengambil satu kue yang tersaji diatas meja.
"Kuenya enak, bun." Kata Yola.
"Itu resep dari Lala, lho." Ujar Jelita sambil menatap Lala.
"Oya, wah… Kak Jhon bisa gendut nih entar, kamu pintar masak ternyata." Puji Yola pada calon kakak iparnya itu.
"Ga Cuma pintar masak lho, dia juga pintar melukis, bahkan kemarin lukisannya laku ratusan juta." Cerita Jelita pada Yola, membuat Yola melotot lalu menoleh pada Yola.
"Kamu hebat, La." Lagi, Yola memuji calon kakak iparnya.
"Terimakasih, itu juga berkat ayah, bunda, dan Om Ronald yang bantuin aku dari pembuatan lukisan sampai pameran."
"Rumah yang di tempati Lala, di beli lho sama Lala, untuk orang tuanya." Tutur Jelita.
"Beneran, La?" Tanya Yola sambil tersenyum lebar, Yola benar-benar merasa bangga Lala berhasil meraih cita-citanya menjadi seorang seniman."
Lala mengangguk, "Tapi pembayarannya masih kurang banyak, masih hutang sama ayah Danil."
"Itu ga masalah. Yang penting itu dari hasil usaha kamu, aku bakalan punya kakak ipar seniman terkenal nih, hebat kamu La." Yola tersenyum lebar.
"Kamu juga hebat, kata bunda tadi kamu berhasil lulus akselerasi ya?" Tanya Lala sambil menatap lekat Yola.
"Kok bunda tahu?" Yola menatap bundanya.
"Abdul kasih tahu bunda tadi." Jawab Jelita sambil melahap kue yang tadi Ia bikin.
"Ow."
"Jadi kamu kuliah di Negara A dong, Yol."
"Rencananya gitu, oya, Bang Jhonatan juga lulus akselerasi kok. Jadi dia kuliah bareng Abdul tahun ini."
"beneran?"
"Iya, Bang Jhon udah galau setengah mati, ga tahan pisah lama-lama sama kamu." Yola tersenyum lebar, sedangkan Lala bersemu merah.
"Asik banget, ngobrolin apaan nih." Kata Abdul yang baru saja datang dari lantai atas.
Lala menatap Yola, "Dia siapa, Yol."
"Kenalin La, dia suami aku. Abdul."
"sayang, ini Lala, calon istri kak Jhonatan."
Lala hanya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, begitu juga dengan Abdul yang duduk di sofa single.
"Wah, bunda jadi merasa lebih tua, ternyata bunda hampir punya dua mantu." Kata Jelita sambil bertopang dagu dan menatap mereka bertiga bergantian.
"Bunda tetap muda kok, masih tetap cantik kayak dulu, kayak pertama kali kita ketemu." Ucap Danil yang tiba-tiba datang memeluk Jelita dari belakang sofa, lalu ikut duduk di samping Jelita.
"Udah kenalan kan?" Lanjut Danil sambil menatap Abdul dan Lala bergantian.
"Sudah Ayah." Jawab Abdul.
"Ya udah Yuk, kita sarapan. Pak Karim sama Yusuf kemana ya, kok belum kelihatan setelah selesai subuhan tadi langsung ilang." Ucap Jelita.
"Kami disini, BU." Jawab Pak Karim dari arah depan.
"Kami habis keliling komplek, maaf ga pamit." Ujar Yusuf.
"Oh, tidak apa-apa, kirain kemana." Jawab Jelita, Yola dan Lala bangkit dari duduk mereka lalu membantu Mbok Rahmi dan Jelita untuk menyiapkan makanan di atas meja.
Tak lama kemudian Danil dan yang lain datang menyusul ke ruang makan, lalu mereka sarapan bagi bersama sambil berbincang ringan.
"Nanti jadi ikut ke kantor kan Abdul?" Tanya Danil sambil menatap Abdul yang mengangguk lalu menjawab, "Ya, jadi ayah."
"Baguslah, ayah jadi semangat kerjanya hari ini, karena di temania mantu yang juga pengusaha muda yang sukses."
"Amiin. Apa kata Ayah adalah doa untuk Abdul, walau saat ini belum sehebat itu, ayah terlalu berlebihan."
Danil terkekeh. "Berlebihan bagaimana, jarang anak muda yang bisa berbisnis di usia muda lho."
"Iya, benar kata Pak Danil, Gus Abdul memang sangat luar biasa." Kata Pak Karim.
"Oya, Pak Karim, Yusuf. Ini Lala, calon istrinya Jhonatan."
Sontak Yusuf dan Pak Karim langsung menatap gadis yang menggunakan kaos panjang biru, berikut pashmina dengan warna senada serta rok panjang Levis.
Lala mengangguk sambil menatap Pak Karim dan Yusuf sekilas. "Apa semua orang kaya itu dijodohin ya," Celetuk Yusuf tapi masih bisa di dengar oleh Danil dan membuatnya terkekeh.
"Jhonatan dan lala tidak kami jodohkan, mereka memang saling suka satu sama lain, tapi karena saya punya peraturan yang tidak memperbolehkan pacaran, maka Jhonatan langsung meminta Lala untuk menjadi calon istrinya. Dan itu salah satu sebab mengapa Jhonatan tak mau pulang saat liburan, takut waktunya habis sama calon istrinya."
"Ow begitu, Maaf Pak Danil, saya tadi Cuma asal." Kata Yusuf sambil nyengir.
"Tidak apa-apa, Yusuf. Wajar kamu jadi bertanya-tanya karena memang Yola dan Abdul sudah kami nikahkan semenjak beberapa bulan yang lalu."
"Kalau yang ini karena Aku yang mencintai Yola, takut Khilaf." Kata Abdul sambil tersenyum lebar.
"Kalau sekarang sudah khilaf berapa kali. Abdul?" Tanya Danil sengaja menggoda Abdul dan Yola.
"Berkali-kali ayah." Jawab Abdul jujur membuat Danil dan semua yang berada di situ tertawa, kecuali Yola yang menatap Abdul dengan tatapan tajam, namun Abdul tak terpengaruh sama sekali dengan tatapan Yola justru dia senang itu artinya Yola menyadari keintiman apa saja yang telah mereka lakukan.
"Yola kenapa cemberut gitu? Ga seneng ya kalau Abdul khilaf?" Goda Danil.
"Apaan sih ayah."
"kalau Abdul ga sering khilaf nanti ayah sama bunda ga punya-punya cucu dong." Lanjut Danil, membuat wajah Yola semakin memerah, Yola langsung menengak air putih di hadapannya.
"Nanti malam Yola tidur sama Bunda, terserah ayah dan Abdul mau tidur dimana." Jawab Yola yang justru membuat semua menjadi tertawa lebar karena ucapan Yola yang sedang kesal.