App herunterladen
47.36% Watashi no kowareta jinsei / Chapter 8: #9 IBU

Kapitel 8: #9 IBU

"ah!"

Disaat itu, aku terbangun dari pingsan.

"dimana aku?" ucapku dalam hati

Aku pun mulai mengamati sekitar dari kiri ke kanan.

"oh aku di rumah sakit ya. Tiduran lagi aja lah biar ga di omelin dokter atau sisternya."

Aku pun balik tiduran dari yang awalnya duduk karena bangun dalam keadaan terkejut.

Suasana pun kembali menjadi sunyi. Suara burung bersiul mulai terdengar. Angin berhembus dengan tenang mengibaskan gorden kamar.

Udara yang segar mulai masuk lewat sela sela jendela. Membuat aku menjadi sangat nyaman untuk berbaring di dalam kamar.

"Enaknya...aku sampai lupa akan sekolah lagi. Biarin lah toh gaada test....."

"bentar bentar... kaya ada yang salah."

"EH AKU REMIDIAL CUK!" teriak aku.

Aku yang awalnya santai santai sambil berbaring langsung terbangun dari tidurnya. Kecemasan akan nilai semakin meningkat.

Tiba tiba gorden di sebelah kanan kasurku mulai berkibas.

Tidak...itu bukan karena angin... karena jendela itu ada disebelah kiri kasur ku. itu pasti karena perbuatan manusia.

"ara, kamu ternyata sudah terbangun, katou"

Dan ternyata manusia itu adalah ibuku.

"sudah pernah kubilang 'ara' itu tidak dapat membuat kata kata ibu semakin keren tau"

Dia itu Ibuku. Suaranya terlalu cempreng hingga saat mendegar dia berakata ara terasa tidak enak didengar. Rasanya seperti ciri khas 'ara' telah menghilang sejak mendengar ibuku berkata seperti itu.

Dan jangan tanya tanya lagi kenapa Ibu ku aneh. Dia itu sebenarnya tidak aneh. Dia hanya kekanak kanakan. Padahal usianya sudah 39 tahun.

"ara, padahal itu terdengar keren tau"

"malah dipake lagi"

"ara, padahal itu terdengar keren tau"

"oi kenapa malah ngulangin kata kata yang tadi?"

"ara..."

"sudah cukup!"

Karena terdengar keributan di kamar pasien, suster yang sedang berada di depan pintu kamar pasien sebelah kamar pasien kanata pun pergi ke kamar kanata.

"kanata katou, anjuran dari dokter sebaiknya kamu beristirahat dul....."

Karena kebisingan dari kamarku, suster mengira aku sedang melakukan kegiatan aktivitas yang berat hingga membuat keributan, dan ternyata aku sedang mengobrol dengan ibunya.

"...oh, maaf kan aku"

"ah tidak apa apa, seharusnya aku yang meminta maaf karena membuat kebisingan."

"eh suster" ucap ibuku.

"sayuki utaha san, bukannya tadi malam sudah saya ingatkan untuk pulang ke rumah anda. Kenapa malah diam diam masuk ke rumah sakit dan tidur disini?"

"kyaa ketawan!"

"eh ada apa?"

"ibu mu adalah orang yang sangat khawatir dengan anda hingga tidak mau pulang ke rumah sampai kamu terbangun."

"bu..bukan begitu! A..aku cuma....oh iya! Liat, di saku aku tidak ada uang untuk pulang pake taksi maupun kereta. Jadi aku terpaksa menginap disini."

"tsundere tuh. Huh ibu ku punya seberapa banyak sifat sih. Dasar gak jelas, merepotkan, bikin ribut."

"a..aku bukan tsundere!"

"hentikan!! Kembalikan waktu tenang ku tadi. Tolong"

"ara, ibu kira kamu otaku jadi ibu kira kamu akan senang liat moe moe ibu"

"moe moe darimananya? Lagian aku bukan otaku!"

Aku sedikit otaku sih. Aku suka menonton anime bertema mistery dan horror.

"sepertinya kalian terlihat akrab, saya akan pergi mengawasi kamar yang lain. Jangan melakukan yang aneh aneh ya."

Suster pun pergi meninggalkan mereka berdua. Saat suster sudah berada di depan pintu...

"eh, tung...ibu, apa yang kamu lakukan! Oy ibu!"

Dengan cepat suster pun kembali melihat mereka. Dan ternyata ibuku sedang berusaha mencopot infus yang berada di tanganku.

"sayuki san. Apa yang sedang anda lakukan?" ucap suster sambil membenarkan posisi kacamata dengan jari telunjuk.

"cuma mau membawa pulang anak ku yang manis aja kok. Aku gak salah kan?"

Suster itu pun menyeret ibuku keluar dari kamar pasien.

"eh tunggu, katou! Tolong aku!"

"syukur lah beban 1 ilang."

"katou!!....."

"sekarang waktunya untuk bersantai di pagi har...eh kok udah jam 10?!"

"bodo amat ah, yang penting udara di dalam kamarnya masih segar dan selimutnya masih hangat."

Aku pun lanjut berbaring di kasur yang empuk.

Saat aku menoleh ke kanan, aku melihat ada secangkir teh yang masih penuh dan belum diminum siapapun. Teh tersebut berada diatas meja kecil di dekatku.

"hmm. Lumayan tuh, pasti itu untuk ku."

Aku pun meraih teh tersebut dan mencicipinya sedikit.

"Mmm.. tehnya masih hangat. Rasanya juga manis. Minum ah."

Aku pun meneguk teh di cangkir tersebut.

Tiba tiba terdengar suara pintu kamar terbuka.

Aku pun berkata dalam hati, "siapa itu? Hmm... aku berharap dia bukan ibu ku."

"YO KATOU! IBU DISINI!"

Aku yang sedang minum secangkir teh pun, menyemburkan teh yang berada di mulut karena terkejut.

"ara, maaf, ibu mengejutkan mu ya?"

"sudah kubilang ara itu tidak cocok untuk ibu!"

"lagian, gimana caranya ibu bisa balik ke sini?"

"oh itu..."

Beberapa menit yang lalu disaat ibuku di seret keluar rumah sakit.

"Mohon maaf, ini salahku, ampuni aku, izinkan aku masuk lagi, maafkan aku"

"sayuki san, minta maaf sebanyak itu tidak akan berpengaruh bagi ku"

"ah baiklah, aku akan memberi mu 20.000 yen"

"bukannya tadi anda bilang tidak membawa uang?"

"pokoknya izinkan aku untuk kembali. Aku berjanji tidak akan berbuat hal aneh lagi. Oiya! Suster tinggal minta di awasi lewat cctv aja. Aku janji gabakal ngelakuin apa apa kok."

"hmm... ok tapi kalau sayuki san melakukan hal aneh lagi, kami tidak segan segan mengeluarkan anda."

"siap!"

"begitu lah ceritanya. Ibu jago kan?"

"bukannya jago malah terdengar seperti anak kecil yang meminta izin ke orang tuanya"

"teehe"

"seseorang tolong didik ibu ku agar terlihat lebih dewasa."

"jadi, kenapa ibu sangat ingin ke sini. Padahal kerjaannya cuma mengganggu ku saja."

"ara, ibu mengganggu mu?"

"ok deal! Sekarang aku pulang."

"tubuh kamu masih belum sehat buat berjalan loh."

Dan ternyata kata kata ibuku benar. Saat aku mencoba berdiri, aku langsung terjatuh ke lantai dan hanya bisa duduk atau terbaring di lantai.

"benar kan kata ibu."

"daripada begitu, mending bantuin aku, angkat aku ke kasur."

"ga mau, kamu berat"

"ok kalau begitu aku akan teriak bilang kalau ibu melakukan hal hal yang aneh."

"eh? Baiklah kalau begitu. Ta.. tapi aku tidak berniat membantu mu loh. Jangan salah paham."

"tsundere tuh."

Ibuku pun mengangkat aku dan menempatkan kembali aku ke kasur. Setelah itu, dia pergi duduk dan menyalakan televisi.

"sekarang ibu mau ngapain lagi?"

"mau nonton kartun. Teehe"

"yosh panggil dokter jiwa."

"jangan woy! Bercanda doang"

1 per satu saluran tv dilihat dengan seksama. Namun di jam tersebut sama sekali tidak ada 1 pun kartun yang tayang.

"membosankan ya, isinya berita semua."

"oh iya katou, ibu mau pulang dulu. Istirahat yang banyak ya."

"AKHIRNYA!"

Ibuku pun berdiri dari kursi dan remote tv tersebut jatuh dari tangan ibuku.

"aduh."

Secara tidak sengaja, saluran tv tersebut ganti karena kepencet saat jatuh. Dan ternyata saluran tersebut sedang menampilkan berita.

"saksi kecelakaan yang terjadi 2 hari yang lalu secara resmi dilepaskan tuduhan atas perencanaan kecelakaan. Terdakwa secara resmi dilepaskan tuduhannya tanpa melalui persidangan. Selanjutnya...."

"baguslah kalau begitu, kato. Saat kamu sudah sehat ibu akan merayakan kesehatan mu ya."

"baik"

"....munculnya orang berwujud tidak jelas yang beredar di media sosial. Jangan kemana mana, tetap lah di saluran ini."


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C8
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen