App herunterladen
26.31% Watashi no kowareta jinsei / Chapter 4: #5 KECELAKAAN

Kapitel 4: #5 KECELAKAAN

Hujan deras terasa sangat dingin di badanku. Terasa sangat berisik di telinga ku. Namun hujan ini dapat menutupi air mata yang mengalir di diwajahku.

Aku.......

telah membunuh fujita.

"Andai saja aku tidak melihat ke belakang, andai saja aku tidak terjatuh, andai saja aku tidak lewat jalan ini, andai saja!"

Tiba tiba dari belakang ada yang menyentuh pundakku. aku dengan cepat menoleh ke belakang, dan ternyata dia hanya polisi.

"hei kamu tidak apa apa? Kamu terluka?"

Aku menangkis tangan polisi dan mulai berjalan pelan pelan meninggali tkp. Saat sedang berjalan meninggali tkp, aku mendengar perkataan para polisi tersebut.

"lapor! Disini ada anak sma yang terdengar mencurigakan dan di badannya terdapat darah dari korban."

Dia terlihat seperti sedang melapor bukti dan semua saksi yang berada di tkp. Tapi, tiba tiba dia terlihat terkejut.

"Tapi pak! Bagaimana kalau..."

"...Baik! laksanakan!

Salah satu polisi disana pun bertanya,

"bagaimana? Apa yang bos tugaskan?"

"bos menyuruh kita untuk menangkap anak itu dan dibawa ke ruang interograsi. Siapa tau dia dalang dari kecelakaan ini."

Mendengar itu, aku pun langsung merinding.

Tanganku langsung mengepal. Gigiku merapat. Dan dahi ku mengerut

"benar juga, kita juga sering mendapat pelaku kejahatan seorang anak SMA."

Salah satu polisi tersebut pun mengeluarkan borgol

"Anak jaman sekarang sudah makin parah ya."

Dengan cepat, aku berlari meninggalkan tkp.

Karena aku tiba tiba berlari, polisi semakin mencurigaiku.

"KEJAR ANAK ITU! JANGAN SAMPAI LOLOS!"

Mendengar itu, aku semakin tegang dan lariku menjadi semakin cepat.

Aku berusaha berlari jauh dan mencari tempat persembunyian untuk istirahat.

Saat aku berlari, aku melihat ada orang yang sedang membawa sepeda. Dengan cepat, aku mengambil sepeda itu

"Aku pinjam sebentar ini!"

Pemilik sepeda itu pun terkejut sekaligus kesal.

"OI KEMBALIKAN!"

Kalau bisa nanti akan ku kembalikan!

dengan sangat cepat, aku pergi dari daerah itu.

Polisi yang mengejarku, menanyakan keberadaan ku ke pemilik sepeda itu.

"hei! Kamu melihat bocah yang sedang berlari tidak?"

"oh ya aku melihatnya, dia tadi mencuri sepeda ku dan pergi kearah sana." dia menunjuk lurus ke depan

"Orang sialan itu! Ok terimakasih ya."

Polisi tersebut pun langsung bergegas mengejarku.

Sementara itu, aku sedang dalam keadaan terdesak.

Tenagaku sudah mulai menipis. Hujan deras yang berlawanan arah sehingga rasanya seperti hujan paku yang menusuk nusuk tubuhku.

Dinginnya...

Lebih parahnya lagi, aku tidak dapat pulang. Bila aku pulang, keluarga ku bisa ikut kena masalahnya. SIALAN!

Diperjalanan, tiba tiba sepeda yang di kendarakan olehku tidak seimbang dan akhirnya aku terjatuh dan terguling guling. Aku pun terbaring tidak berdaya.

Untung sekarang aku berada di kolong jembatan. Kalau tidak aku pasti akan mati kedinginan.

Suhu tubuhku memanas. Nafasku memberat. Badanku terdapat banyak luka goresan. Dan tangan bagian kiri ku terbentur besi sepeda.

"Tidak! Aku tidak mau seperti ini! Aku harus tetap berlari..."

Aku pun berusaha mengangkat badan.

Dimulai dari tangan bagian kanan terlebih dahulu. Namun ternyata, terdapat luka benturan di tangan bagian kiri dan tidak dapat menompang badannya.

Aku pun kembali berbaring.

Dan tidak lama setelah itu, aku pun jatuh pingsan.

Saat aku terbangun, aku berada di suatu tempat yang kumuh. Seperti gedung yang sudah tidak terpakai lagi. Aku perlahan lahan membuka matanya.

"Aku dimana? Tempat apa ini?"

"jangan banyak bergerak. Kamu masih demam. Kalau kamu istirahat sebentar juga nanti sembuh."

Aku pun menoleh ke arah sumber suara. Dan aku pun terkejut setengah mati.

"po...po...POLISI!"

Dengan cepat, aku pergi dari futon dan mencoba untuk kabur. Namun karena aku masih banyak luka, dan tubuhnya yang terserang demam, aku tidak dapat berdiri dan langsung terjatuh.

"oi oi. Sudah kubilang jangan banyak bergerak."

"Bukan aku yang membunuhnya! Bukan aku yang membuat kecelakaan itu!"

"kamu ini ngomong apa? Aku sama sekali tidak menyalahkan mu. Liat saja aku telah menyelamatkan mu. Bersyukurlah, bodoh!"

"Jangan ucapkan itu."

"hah? Ucapkan apa?"

"Jangan ucapkan bodoh. Itu membuatku mengingatkan kepada teman ku yang sudah tiada.."

"ah maaf."

Aku dengan perlahan kembali berbaring di futon.

"ah. Ternyata kamu orangnya mandiri juga ya."

"Ngomong ngomong siapa nama mu? Kenapa kamu mau menyelamatkan aku?"

"oh maaf aku lupa memperkenalkan diri. Aku Hugo. Tujuan ku menyelamatkan mu. Mungkin karena kamu mirip dengan ayahmu."

"kamu kenalan ayah ku?"

"ah ya, itu sudah lama sekali. Mungkin akan panjang sekali bila ku ceritakan."

Hugo pun menyeduh minuman hangat yang cocok untuk orang yang terkena demam.

Dan memasukan suatu obat kedalam minuman tersebut. Saat sedang menyeduh minuman, dia perlahan lahan sambil bercerita masa lalu nya dengan ayahku.

"dulu saat aku kecil, aku dilatih di sekolah beladiri yang diciptakan oleh bapak ku sendiri. Aku berlatih dengan sangat buruk dan selalu mendapat ejekan si lemah oleh orang orang. Saat aku terjatuh, aku diselamatkan oleh pak kanata. Tidak hanya itu, dia juga menyemangati ku dan memberi kata kata motivasi kepada ku. Dan akhirnya aku pun menjadi juara 1 di seni beladiri. Dia sangat kuat loh."

"oh jadi yang ayah ceritakan itu kamu ya."

Aku pun mengambil minuman yang diseduh hoga dan meminumnya.

"Eh?? kamu sudah tau? Yah percuma dong aku ceritakan dari awal."

"ngomong ngomong, tadi aku memasukan obat bius dalam kedalam minuman mu. Tenang saja, obat bius ini tidak memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Aku melakukan ini agar kamu dapat beristirahat dengan baik dan tidak banyak bergerak. Aku melakukannya karena aku tau pasti kamu susah tidur."

"baik, u..untuk itu aku berteri..ma..ka..sih..."

Aku pun tertidur lelap karena obat bius itu.

Pagi hari pun tiba. Aku terbangun tepat ada jam 07:00.

"ah, demam ku sudah sembuh, untung luka luka ini juga hanya luka gores. Yosh! Dengan begini aku sudah bisa berlari."

Saat aku menoleh ke arah kirinya, aku melihat ada sepercik surat.

"eh? Apa ini? Dari Pak Hugo? Untukku?"

Aku pun perlahan lahan membuka surat tersebut. Saat terbuka sepenuhnya, aku membaca isi surat tersebut, "maaf nak katou. Aku menyerahkan diri pada atasan ku. Pada jam 8 pagi pastikan kamu kabur dari tempat itu. Lupakan tentang sekolah ya, hehe :)"

"apa apaan ini? Menyerahkan diri? Jangan bercanda!"


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C4
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen