App herunterladen
11.11% Untouchable Blood (Bahasa Indonesia) / Chapter 4: Vampir dan Werewolf

Kapitel 4: Vampir dan Werewolf

"Bagaimana bisa?!" seru Lucas. Dia berdecak sebal, mengusap wajahnya dengan kasar. Sudah sangat kecil kemungkinan bagi Lucas untuk mendapatkan keturunan dari Alyuura.

Pantang bagi seorang werewolf untuk bersentuhan dengan zat perak secara langsung dengan darah mereka. Maka dari itu, peluru perak adalah salah satu senjata yang sangat berbahaya bagi para Werewolf. Atau bisa dibilang sebagai satu-satunya senjata yang membahayakan nyawa mereka.

"Aku pun belum mengerti tentang keadaan ini. Baru kali ini aku menemukan seorang Luna memiliki darah yang terbuat dari perak," sahut Damian.

"Lebih baik kau periksa sekali lagi, bisa saja kau keliru. Aku tetap tidak percaya, bagaimana bisa seorang Luna memiliki darah yang terbuat dari perak?!"

"Tidak terbuat, tapi lebih tepatnya terindikasi zat perak. Ini kasus yang sangat langka. Tapi untuk memastikan lagi, aku akan memeriksa ulang. Barangkali aku yang melakukan kesalahan, semoga saja."

.

.

.

.

.

"Sekarang, wanita dengan darah suci sulit ditemukan. Yah, kalaupun ada, pasti sudah banyak makhluk dari klan vampir atau serigala yang memperebutkannya."

"Aku tidak tertarik untuk mencari seorang pasangan."

Kini dua orang pria dengan mata berwarna kemerahan, dan rambut yang berwarna hitam pekat tengah menikmati dinginnya malam melalui je dela kamar mansion yang sangat megah. Mansion dengan gaya arsitektur Inggris kuno itu nampak sangat megah dan semakin megah di kala malam hari. Meskipun sengaja dibuat redup karena si pemilik mansion yang tak terlalu menyukai cahaya.

"Oh ayolah, Rai. Kau adalah seorang vampir muda yang memasuki usia matang untuk mencari pasangan. Menikahlah dan memiliki anak, ibu pasti akan sangat senang kalau kau memberikannya cucu laki-laki yang tampan dan sehat."

"Kita bukan seperti klan makhluk berbulu itu. Jangan terlalu mengekang diri dengan peraturan kuno yang kolot itu. Kita ini adalah orang-orang spesial dengan kemampuan untuk hidup berabad-abad, aku tidak ingin terburu-buru menjerumuskan diriku ke dalam bentuk kehidupan yang membosankan."

Pria itu mengerling, matanya yang berwarna merah darah namun mengkilap seperti permata Ruby itu menatap miris ke arah lawan bicaranya itu.

"Tuan, maaf menyela pembicaraan kalian. Saya hendak meletakkan bunga ini di sini untuk mengganti bunga yang layu," ucap seorang pelayan yang menyela pembicaraan kedua pria tampan itu.

Kedua pria itu adalah salah satu orang-orang berkasta tinggi di tengah ranah masyarakat perkotaan. Mata merah dengan rambut hitam legam dan kulit yang pucat, tak salah lagi mereka adalah vampir.

Mansion yang menjadi tempat tinggal mereka itu adalah tempat tinggal sebuah keluarga vampir yang sangat terpandang di negara itu.

"Wah! mawar juliet," sapa vampir yang punya sifat ceria itu. Dia jauh lebih ramah dan hangat ketimbang saudaranya yang cenderung dingin dan tidak simpatik itu. "Artinya melambangkan cinta, sangat cocok untuk dekorasi di ruangan pernikahan."

Pria vampir itu mendekati bunga tersebut. Kemudian mengambil setangkai bunga tersebut kemudian menyerahkannya pada pria vampir yang masih tetap berada di depan jendela kamarnya tersebut. "Hei, coba lah kau berlatih untuk melamar seorang wanita."

"Berhenti mengoceh hal yang tidak penting, Rusha! aku tidak suka dengan pembicaraan konyol tentang wanita, pernikahan, dan sebagainya. Aku ingin menjalani kehidupan ku dengan caraku sendiri. Kalau kau tak punya keperluan lain selain itu, lebih baik kau keluar dari sini," sergah pria bernama Rai itu. "Daripada memikirkan aku, lebih baik kau pikirkan dirimu sendiri. Kau sendiri yang lebih tua 300 tahun daripada aku, juga masih menyendiri. Kenapa tidak berpikir untuk menikah lebih dulu daripada aku?"

Pria bernama Rusha itu berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Jemari telunjuknya juga bergerak ke kanan-kiri mengartikan kata tidak untuk ucapan Rai. "Pelatih takkan langsung turun ke lapangan. Itulah pelatih, hanya memantau dan memberikan arahan. Bila muridnya berhasil, baru pelatih melakukannya."

"Kau bukan melatihku, tapi menjadikan ku sebagai tikus percobaan mu," maki pria bertubuh jangkung itu.

"Kau selalu berpikiran negati tentang aku, padahal aku ini adalah kakak mu sendiri. Aku menyayangimu dan memperhatikan mu, wahai adikku tersayang," ucap Rusha dengan nada dan sikap sedih yang dibuat-buat. Membuat Rai merasa mual ketika melihat tingkah laku saudaranya itu.

Ya, Rai dan Rusha adalah kakak-beradik. Mereka berdua terpaut usia tiga ratus tahun. Dan yang menjadi adiknya adalah Rai, sedangkan si kakak adalah Rusha. Namun meskipun begitu, sifat mereka itu berbanding terbalik dengan posisi mereka di dalam keluarga itu. Rusha terlihat lebih kekanakan dan juga tidak tahu aturan. Sedangkan Rai jauh lebih kalem dan dewasa.

"Aku dengar ada seorang gadis yang sangat cantik. Diklaim sebagai Luna, namun dia adalah gadis berdarah manusia murni. Bukan campuran dari makhluk jenis manapun. Kecantikannya bisa mmebuat lutut bergetar, aku pikir kau pasti akan menarik kata-kata mu bila sudah bertemu dengan gadis itu."

Rai melipat tangannya di depan dadanya. Dia mendengus sebal, menurutnya kakaknya itu tak pernah lelah untuk mengoceh setiap hari. Ia sudah muak dan ingin sekali menendang kakaknya itu agar keluar dari rumah ini. Tapi sayangnya sang kakak belum punya pemikiran untuk menikah.

"Lalu? kau pikir aku peduli?" tanya Rai dengan sarkastik. Dia mencebik dan pergi meninggalkan tempat itu begitu saja.

"Namanya Alyuura, aku yakin adikku ini pasti akan menarik kata-katanya suatu saat nanti. Bagaimana kalau kita buat taruhan?" tantang Rusha.

"Aku tidak peduli, dan aku tidak tertarik sama sekali dengan taruhan itu. Kenapa bukan kau saja yang menjadikan perempuan itu sebagai istrimu? bukankah kau sendiri yang merupakan lelaki penggila wanita?" cibir Rai.

"Astaga Rai, mulutmu itu kata-katanya sangat menyakitkan. Aku sampai terluka dibuatnya. Tapi...bila aku menawarkan benda itu, bagaimana?"

Rai berjengit, ingin sekali dia melempar saudaranya ini begitu saja dengan kekuatannya. Tapi ia segera menahan keinginannya itu ketika mendengar tawaran saudaranya tersebut.

"Jangan memancing ku, Rusha," sergah Rai dengan raut wajah yang sangat dingin.

Rusha menyeringai tipis. "Aku kan hanya menawatimu. Rupanya kau sendiri yang tertarik. Tapi kalau kau memang tidak mau, tidak apa-apa juga. Aku masih bisa menjaga benda itu sampai lima ratus tahun lagi."

Rai sudah terlanjur terpancing oleh perkataan Rusha. Nampaknya benda itu sangat berarti bagi Rai hingga dia berubah pikiran secepat itu. Padahal dari tadi, trao terus menolak tawaran atau bujukan dari Rusha.

Bicara soal itu, mari kita sedikit berkenalan dengan dua bersaudara yang tampan ini. Nama mereka adalah Rai Gushtamer Elfruaikiamu dan Rusha Grishamein Elfruaikiamu. Mereka adalah putra dari seorang pemimpin kebangsawanan vampir yaitu Rael Gashuar Elfruaikiamu.

Sedikit sulit untuk menyebutkan nama mereka, jadi lebih baik kita sebut dengan nama panggilan saja.

Elfruaikiamu adalah garis keturunan berdarah vampir yang terkenal dengan kekayaan dan kekuatan mereka yang penuh kuasa. Tak jauh berbeda dari sistem kemasyarakatan dalam klan werewolf, klan vampir juga punya kelompok-kelompok tersendiri yang dipimpin oleh tingkatan tertinggi dari mereka yang juga disebut sebagai emperor.

Mereka hidup dan membangun kawanan mereka sendiri. Namun sedikit berbeda dengan golongan werewolf, golongan vampir lebih memikirkan tentang kemewahan dan takhta. Dibandingkan werewolf yang lebih kasar, vampir lebih anggun dalam melawan musuhnya.

Mereka juga memperebutkan pasangan, mendapatkan wanita yang cantik dengan darah berisi energi magis yabg berharga sangat mereka incar. Bukan untuk dihisap sebagai pemuas rasa lapar mereka terhadap konsumsi darah. Melainkan untuk menunjang keturunan mereka agar semakin kuat dan sempurna.

Untuk aspek yang satu ini, seluruh golongan juga punya prinsip yang sama untuk urusan meneruskan keturunan.

Mereka selalu mencari pasangan yang lebih rupawan, dan juga memiliki energi supranatural yang kuat di dalam darah mereka. Agar anak mereka menjadi sosok yang semakin kuat dan istimewa.

"Lalu apa yang harus ku lakukan?" tanya Rai.

Rusha melongo. "Kau tidak tahu? tentu saja mendekati perempuan yang aku maksud tadi. Aku yakin sekali kalau perempuan itu masih belum dijamah oleh anggota kelompok werewolf."

Rai menaikkan salah satu alisnya. "Apa yang membuatmu begitu yakin akan hal itu? kau sendiri sudah tahu bukan bagaimana sifat para werewolf? mereka adalah makhluk yang penuh nafsu menjijikan. Anjing-anjing liar itu pasti sudah menggagahi wanita mereka saat itu juga.'

"Percayalah Rai, gadis yang aku maksud ini belum tersentuh oleh mereka," balas Rusha. Dia tersenyum dengan wajah yang sangat yakin.

"Kalau gadis itu tidak seperti yang kau ucapkan. Aku takkan pernah percaya pada perkataan mu lagi, biarpun kau mengatakannya sambil berlutut atau menyembah padaku," ancam Rai.

"Hoho, tidak akan pernah begitu. Karena aku mengatakan yang sebenarnya," ucap Rusha. "Ya sudah, aku tunggu pergerakan mu. Jangan banyak mengancam saja, aku sudah tidak sabar melihat adikku yang sudah perjaka tua ini membawai mempelai wanita ke rumah ini."

Rai mendelik marah. Tapi tetap saja ia mempertahankan ciri khasnya sebagai vampir yaitu tetap anggun dan berwibawa. Mereka bukan makhluk ganas seperti kaum werewolf.

"Kau sendiri juga sudah perjaka tua, Rusha. Yah, walau memang tidak ada kata tua untuk makhluk yang hidupnya mencapai ribuan tahun."

Rai kembali menatap indahnya malam, bulan purnama yang bulat sempurna memancarkan cahaya bagi seluruh penjuru dunia yang sedang berada pada waktu malam hari. Menurut Rai, bulan purnama itu tidak seindah kelihatannya. Karen banyak kekacauan yang terjadi pada saat bulan purnama.

Sebagian dari kaum werewolf ada yang tidak dapat terkendali sikap dan pikirannya golongan ini adalah golongan Lesser Wolf, Hound, dan Natural Wolf. Mereka sering berburu tak hanya berburu hewan liar, tapi juga makhluk campuran dan juga manusia murni. Di saat-saat seperti ini, mereka menjadi lebih agresif dan suka menyerang. Banyak orang yang enggan untuk bepergian atau beraktivitas di saat malam bulan purnama utuh.

Rai memejamkan matanya sejenak, membiarkan hembusan angin malam yang sejuk dan nyaman menerpa tubuhnya. Tak lama setelah itu, Rai membuka matanya, matanya yang merah darah itu mengkilap terang. Bercahaya di tengah gelapnya mansion yang pencahayaannya remang-remang.

Cahaya yang terpancar indah dari matanya itu bukan semata-mata hiasan belaka. Melainkan sebuah tanda dari respon fisik Rai. Bila ada energi magis yang sedang dikerahkan oleh Rai, maka matanya akan memancarkan cahaya merah sesuai warna matanya. Layaknya para vampir lainnya.

Rai mematung, masuk ke dalam kekuatan pikirannya sendiri. Menjelajah ke luasnya memori ingatan Rusha yang ia salin ke dalam pikirannya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C4
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen