App herunterladen
80.55% Untouchable Blood (Bahasa Indonesia) / Chapter 29: Kepanikan

Kapitel 29: Kepanikan

'Tidak mungkin Alyuura dapat bergerak secepat itu dalam jarak sejauh itu. Dan kalaupun dia dibawa oleh orang lain, setidaknya masih ada jejak aura dari Alyuura. Kemana dia? apa jangan-jangan, dia dibawa ke dimensi lain?'

Sementara itu.

Alyuura tengah berjalan di tengah kawasan yang memperlihatkan puluhan kelinci dengan warna yang berbeda-beda. Bahkan juga banyak bayi kelinci yang terdapat di situ, ada bayi-bayi burung yang bercuit menunggu kedatangan induk mereka, juga ada kucing-kucing lucu yang sangat gembul di sana.

Alyuura mengira bahwa dirinya masih berada di karnaval tadi, dia mengira bahwa dirinya masih berada di tempat yang sama dengan tadi.

Bahkan sejenak dia lupa kalau dirinya sudah terpisah dengan Lucas. Dia benar-benar tidak menyadari apa yang terjadi sekarang.

Dia sudah berada di tempat yang lain, di tempat yang tak bisa sembarang dijangkau oleh orang lain. Tempat yang tidak bisa ditempuh hanya dengan perjalanan berpuluh-puluh kilometer.

Sebuah tempat yang terlihat sangat menyenangkan, hingga siapapun merasa nyaman dan terbuai akan keindahan tempat tersebut.

"Kyaa, lucu sekali." Alyuura memungut seekor kelinci yang tengah mengigit wortel. Kelinci itu nampak makan sangat lahap. "Andai saja Lucas memperbolehkan aku untuk memelihara mereka. Padahal aku itu bisa memelihara hewan dengan baik, mungkin saja dia mengira aku akan menelantarkan hewan-hewan itu."

Alyuura terus bergumam, dia menggendong kelinci itu dengan penuh kasih sayang, ketimbang menggendong seekor hewan dia lebih terlihat seperti menggendong seorang anak.

Menggemaskan sekali.

"Kau boleh membawanya."

Alyuura terkejut, dia tadi sedang mengamati kelinci di gendongannya itu dengan saksama, namun tiba-tiba ada sebuah suara bariton yang mengajaknya berbicara.

Alyuura menoelh ke sekelilingnya, mencari sosok yang berbicara itu. Namun di sekelilingnya hanya terdapat hamparan tanah penuh rumput pendek berwarna hijau. Dengan sedikit kabut dan walau agak cerah.

Dia baru tersadar bahwa dirinya tengah berada di tempat lain yang aneh dan jauh dari tempat dirinya bersama Lucas tadi. Ini bukan daerah perkotaan, ini bukan daerah manapun di kota itu. Alyuura tahu sekali bahwa tidak ada daerah seperti itu di kota ini.

Berarti dia sudah dibawa ke sebuah daerah yang belum pernah dia ketahui selama ini. Itulah kesimpulan Alyuura sekarang.

"Siapa kau? dimana ini? apa yang mau kau lakukan?" tanya Alyuura dengan waspada.

"Aku tidak sedang melakukan apapun. Malah, aku yang ingin bertanya kenapa kau bisa berada di sini," jawab sosok tersebut. Masih belum muncul orang tersebut, hal itu membuat Alyuura semakin penasaran sekaligus takut.

Alyuura menyesali dirinya yang tidak benar-benar memperhatikan posisi dirinya dan Lucas. Seharusnya dia lebih waspada agar dirinya tidak terpisah dari Lucas. Kini Alyuura tidak tahu dimana dirinya dan dimana Lucas sekarang ini.

Dengan cepat dia mengambil ponsel di saku bajunya. Namun ketika dia terlihat lesu karena mengetahui sekarang tidak ada sinyal yang terhubung ke ponselnya itu.

"Tidak mungkin, pasti kau yang telah membuatku terjebak di sini," ujar Alyuura. Rupanya sifat suka menuduh orang lain mulai meresap dalam kepribadiannya.

Salahkan saja Lucas tentang hal itu.

"Padahal ini adalah tempatku, aku yang memiliki tempat ini. Kau yang masuk sembarangan tanpa izin malah menuduhku yang tidak-tidak. Seharusnya aku yang menuduh dirimu."

Klotak klotak klotak

Suara sepatu pantofel memberikan suara ketukan yang menggema di wilayah berkabut namun indah tersebut. Padahal di sana hanya ada tanah yang berumput, tetap bagaimana bisa sebuah sepatu pantofel mengeluarkan bunyi ketukan bila sepatu itu dijalankan di atas tanah berumput?

Tempat itu nampaknya tidak nyata, hanya ilusi.

Tapi bisa juga struktur tempat itu dimanipulasi dengan sengaja oleh orang itu dengan tujuan tertentu.

Itu masih asumsi Alyuura, bahkan dia juga tidak tahu siapa orang yang tengah berbicara dengannya sekarang.

Suara ketukan sepatu pantofel itu semakin terdengar jelas, terdengar mendekat dan semakin nyaring. Orang itu mulai muncul dari balik kabut tersebut.

"Siapa namamu?"

Alyuura tertegun, dia kira orang yang akan bertemu dengannya itu adalah seseorang dengan perawakan yang besar dan menyeramkan. Sebab suara di sana begitu bergema dan menyebabkan gaung sehingga suara orang itu terdengar besar sekali.

Tapi kenyataannya, suara orang itu memang sangat berat.

Suara yang seksi.

Andaikan Lucas tahu bahwa Alyuura berpikiran seperti itu, dia pasti akan cemburu berat dan memborgol tangan Alyuura agar tidak pergi kemana-mana.

Dasar posesif.

"Kau siapa?" tanya Alyuura balik.

Sosok itu terdiam, dengan sorot matanya yang lurus dan dingin dia menatap Alyuura beberapa detik sebelum mengalihkan pandangannya pada seekor burung kecil yang hinggap di jemari telunjuknya yang ia angkat.

"Tidak sopan bila seseorang menjawab pertanyaan orang lain dengan pertanyaan. Jawab dulu, baru bertanya."

"Namaku Alyuura Eldiron. Panggil saja aku Alyuura," jawab Alyuura. Dia tidak ingin menjelaskan hal-hal yang lain selain namanya.

"Senang berkenalan denganmu, Alyuura. Kau pasti tersesat hingga bisa masuk ke tempat ini," balas Rai. "Ini adalah tempatku. Lebih tepatnya dimensi milikku."

Alyuura tercengang, seketika dia lupa untuk menanyakan nama Rai pada saat itu.

Ya, orang yang ditemui Alyuura itu adalah Rai. Sebenarnya ini bukan ketidaksengajaan, melainkan sudah direncanakan oleh Rai. Bahkan karnaval itu juga adalah bentuk dari rencananya. Dia tidak menyangka bahwa rencananya itu akan berhasil, sebab dia hanya coba-coba untuk membuat karnaval hewan menggemaskan untuk menarik perhatian Alyuura.

Sekarang dia bisa berbincang lebih banyak dengan akyuura, tanpa lupa untuk tetap menyembunyikan nama aslinya.

"Dimensi? tunggu! aku rasa tadi aku sedang berjalan-jalan di tengah kernaval yang ada di kota. Apa kau tidak sengaja membuka portal menuju tempatmu ini? apa kau bisa mengembalikan aku?" pinta Alyuura.

Dia hanya bisa meminta pada sosok tersebut, sebab dia tidak tahu lagi harus meminta kepada siapa. Tidak ada orang lain di tempat tersebut. Benar-benar asing dan tak aneh.

Rai masih diam, dia membuat Alyuura menjadi sedikit jengkel, padahal Alyuura sudah berharap banyak agar Rai bisa segera mengembalikan Alyuura ke tempat semula. Namun, Rai malah diam seperti patung.

"Kenapa kau diam?" tanya Alyuura. Dia menengok ke arah pria berwajah keras itu dengan tatapan yang begitu polos. Menggemaskan sekali, sampai-sampai membuat siapa saja yang melihatnya berpikir bahwa gadis itu adalah titisan peri kelinci yang imut.

"Karena kau terlalu banyak bertanya, butuh waktu bagiku untuk menjawab satu persatu pertanyaan itu. Bahkan aku tidak tahu harus menjawab pertanyaan yang mana," jawab Rai.

Alyuura hampir saja menangis karena frustasi. Tapi dia harus tetap tenang sekarang ini. Namun tetap saja Rai ini sangat sulit untuk dimengerti, dia juga tidak menampakkan emosi sama sekali. Benar-benar seperti berbicara dengan sebuah robot.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C29
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen