App herunterladen
1.9% The Tales of Lixe / Chapter 1: Pembalasan Dendam yang Menyedihkan: Hutan Kematian part 1

Kapitel 1: Pembalasan Dendam yang Menyedihkan: Hutan Kematian part 1

"Dimana ini?"

Edward melihat dunia yang sangat indah yang akan membuat mata siapapun terpana melihatnya, itu adalah dunia indah yang penuh dengan tanaman yang berwarna warni merambat dan menghiasi dinding dari setiap bangunan megah yang ada. Edward pun berjalan-jalan di dalam dunia mimpi indahnya itu, dia menikmati setiap pemandangan indah yang disuguhkan oleh dunia mimpi yang indah itu.

"Siapa itu?"

Tiba-tiba Edward melihat seorang gadis disana, gadis itu terlihat seperti bukan manusia, dia mempunyai sayap yang berwarna putih di punggungnya, dia juga memiliki rambut yang panjang berwarna putih bersih. Gadis itu pun menyadari Edward yanng sedang melihat ke arahnya, dia pun tersenyum manis ke arah Edward.

"Kami sudah menunggumu, tuanku!"

Tiba-tiba gadis itu mengepakkan sayapnya dan dirinya bersinar sangat terang sehingga menyilaukan mata Edward dan membuat Edward tidak bisa melihat apapun. Gadis itu semakin bersinar terang dan membuat seluruh dunia mimpi itu menjadi tidak terlihat lagi, Edward berusaha menutupi matanya dengan tangan agar cahaya itu tidak menyilaukannya tetapi gadis itu terbang ke arah Edward dan memegang tangannya, gadis berambut putih itu pun mendekatkan wajahnya dan tiba-tiba dia mencium Edward.

"Uh...Mimpi?"

Edward pun akhirnya tersadar dari dunia mimpi yang indah itu, dia merasa malu dan wajahnya memerah memikirkan apa yang telah dia mimpikan. Edward tahu kalau dirinya sangat ingin mempunyai pujaan hati, tetapi dia tidak menyangka kalau dia sampai memimpikannya juga.

"Pagi!"

Edward tiba-tiba mendengar suara seorang gadis yang terasa sangat dekat, dan betapa terkejutnya Edward sampai dia tidak bisa berkata apa-apa ketika dia melihat seorang gadis cantik sedang duduk di atasnya dan menatap Edward dengan muka datar. Gadis itu mempunyai rambut yang sangat panjang sampai kaki, dia memiliki mata yang berwarna merah darah dan yang lebih penting, dia terlihat seperti gadis berusia empat belas tahun.

"M-maaf tapi...bisakah kau turun?"

Gadis itu sedikit memiringkan kepalanya ke kanan seolah-olah tidak paham dengan apa yang dikatakan Edward, dia pun mendekatkan wajahnya dan membuat wajah Edward memerah tersipu malu, tiba-tiba gadis itu pun memeluk Edward dengan sangat Erat dengan senyum bahagia di wajahnya.

"Ya~"

"Tu-tunggu!"

Wajah Edward pun semakin memerah seperti tomat yang sudah masak, selama ini dia tidak pernah sekalipun dipeluk oleh seorang gadis sebelumnya, dia semakin tidak mengerti dengan situasi apa yang sedang dia hadapi sekarang sehingga tiba-tiba ada seorang gadis cantik yang Edward bahkan tidak kenal dengannya sedang memeluknya dengan erat. Setelah beberapa saat, gadis berambut putih itu pun melepaskan pelukannya dari Edward dan memandang wajah Edward sambil tersenyum, Edward mencoba menenangkan dirinya dan mengamati lingkungan sekitar, dia pun akhirnya menyadari kalau itu bukanlah kamarnya sendiri.

"Di-dimana aku?"

Gadis berambut putih itu tetap memandangi Edward dengan senyum manisnya dan membuat Edward semakin terganggu, Edward sangat tidak terbiasa dengan hal yang seperti itu. Jangankan bermesraan, bahkan Edward sama sekali tidak pernah mencoba merayu wanita karena terikat dengan janjinya. selain itu, Edward juga tidak pandai berkata-kata manis, dia hanya berkata jujur apa adanya.

"Hei gadis kecil, bisakah kamu turun?"

"Ya~"

Edward semakin tidak mengerti dengan gadis berambut putih itu, gadis itu terus menjawab perkataan Edward dengan kata-kata yang sama sampai-sampai Edward berpikir kalau sebenarnya gadis itu tidak mengerti bahasa yang Edward gunakan.

Edward pun tidak punya pilihan lain selain mencari tahunya sendiri, dia mulai berpikir tentang apa yang terjadi dengannya terakhir kali dan dia pun teringat dengan pertarungannya dengan Draconis dan dia pun juga teringat dengan gadis bersayap yang telah menolongnya di saat-saat dia hampir mati.

Edward melihat ke arah gadis berambut putih itu dan melihat kemiripan antara dia dan gadis yang menolongnya, tetapi Edward tidak yakin karena gadis yang menolongnya itu mempunyai empat buah sayap di punggungnya dan tubuhnya juga terlihat seperti orang yang sudah dewasa, sedangkan gadis yang sedang berada di atas Edward itu tidak mempunyai sayap dan bahkan dia seperti gadis empat belas tahun.

Gadis itu terus berada di atas Edward seolah-olah dia tidak membiarkan Edward untuk bangun, dia terus menatap wajah Edward sambil tersenyum manis dan membuat Edward semakin tidak nyaman.

"Ehm...kita belum memperkenalkan diri, namaku Edward jadi...bolehkah aku tahu nama-"

"Cukup sampai disitu kau Lolicon!"

Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan wajah tampan berambut panjang berwarna violet, dia memiliki empat sayap di punggungnya, dan juga berpakaian dengan sangat rapi.

"Malaikat!"

Edward yang sangat terkejut dengan Malaikat yang tiba-tiba muncul di hadapannya karena Manusia dan Malaikat itu tinggal di dunia yang berbeda, meskipun dunia sudah menyatu tetapi jarak antara para Malaikat dan Manusia tinggal sangatlah jauh, Manusia tinggal di dunia yang bernama Iume, sedangkan Malaikat tinggal di sebuah dunia yang bernama Veden yang terletak sangat jauh di barat dan juga dipisahkan oleh laut.

Sudah beberapa puluh tahun sejak ketiga dunia bergabung, tetapi misteri penyebab bergabungnya ketiga dunia masih belum terpecahkan, mereka semua tidak punya waktu untuk mencari penyebabnya karena perang yang terus bergejolak sesaat setelah ketiga dunia bergabung yang bahkan sampai sekarang perang itu masih belum usai dan terus terjadi antara ras terbesar di ketiga dunia yaitu Manusia, Iblis, dan Malaikat.

"Tenanglah! aku ke sini bukan untuk bertarung, Aku hanya menjenguk pasien yang telah tertidur selama satu bulan."

"S-satu bulan!"

Edward merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan malaikat itu, dia tidak menyangka kalau dirinya sudah tertidur selama satu bulan penuh.

"Kau tahu, itu adalah waktu yang cepat mengingat luka-luka yang kau derita saat itu."

Gadis berambut putih itu pun akhirnya turun dari tubuh Edward dan duduk di pinggiran tempat tidur.

"Apa kau juga datang menyelamatkanku dari Draconis?"

"Draconis? Aku tidak tahu apapun tentang itu tapi gadis kecil itulah yang membawamu kemari dan memintaku untuk menyembuhkanmu. Kalau kau tidak percaya, tanyakan saja pada gadis kecil itu."

"Aku tidak berpikir kalau gadis itu tahu apa yang aku bicarakan."

Gadis berambut putih itu terlihat kesal mendengarnya, dia pun menggembungkan pipinya dengan Ekspresi kesal dan mulai berbicara.

"Itu tidak benar!"

Edward terkejut mendengar gadis berambut putih itu bisa berbicara dengan bahasa Edward, Edward pikir selama kalau gadis itu berasal dari suatu tempat dengan bahasa yang berbeda darinya sehingga dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang Edward ajukan.

"K-kau bisa bicara?"

"Tentu saja dia bisa, apa menurutmu gadis itu terlihat seperti orang bisu?"

"Tapi dari tadi dia hanya terus-"

Malaikat itu tahu betul apa yang Edward rasakan, saat Malaikat itu bertanya tentang sesuatu, gadis berambut putih itu hanya menjawabnya dengan jawaban yang sama dengan Edward sampai-sampai Malaikat itu menyerah dan memutuskan untuk tidak bertanya lagi.

"(sigh) aku tahu apa yang kau rasakan Ed."

Sekali lagi Edward terkejut ketika Malaikat itu mengucapkan namanya disaat Edward belum mengatakan namanya.

"Ke-kenapa kau tahu namaku!"

"Hmmm...tentu saja aku tahu itu, aku adalah Zadkiel."

"Zadkiel! M-maksudmu Zadkiel yang itu?"

"Ahahaha...memangnya ada Malaikat lain yang bernama Zadkiel selain diriku."

Edward pun sangat terkejut dan tubuhnya gemetar setelah mendengar nama dari malaikat itu, bukan tanpa alasan kalau dia gemetar karena Zadkiel adalah nama dari salah satu Archangel yang mempunyai kekuatan yang luar biasa, dia tidak menyangka akan bertemu dengan salah satunya secepat ini.

"Ayolah jangan seperti itu, aku tidak ada niatan untuk melukaimu kok."

Meskipun Malaikat itu sudah berkata seperti itu tetapi Edward tetap tidak melemahkan penjagaannya, dia tahu kalau itu percuma karena jarak kekuatan diantara mereka sangatlah besar seolah-olah dia sedang melihat pucuk gunung dari jurang terdalam di bumi.

"Ah...aku hampir lupa, gadis kecil itu kelihatannya sedang kehilangan ingatannya."

"Kehilangan ingatannya?"

"Kelihatannya sih seperti itu, tapi siapa tahu? Anggap saja begitu."

Edward jadi semakin bingung dengan gadis itu, apakah benar seperti yang dikatakan Zadkiel kalau gadis berambut putih itu benar-benar kehilangan ingatannya. bagi Edward, hal itu tidaklah penting untuk sekarang, karena gadis berambut putih itu telah menyelamatkannya, maka Edward harus membalas kebaikannya itu dengan sesuatu yang setimpal, tetapi tidak berpikir kalau ada sesuatu yang bisa dia lakukan untuknya sekarang.

"Hmmm...kenapa ini semakin menjadi rumit?"

"Buatkan saja nama untuknya biar urusannya selesai, tidak ada gunanya kau memikirkan sesuatu yang tidak perlu."

"Nama?"

"Apa kau mau memanggil gadis itu tanpa nama terus?"

Edward merasa keberatan jika dia yang harus memberi nama kepada gadis itu, dia tidak mau membuat gadis itu menjadi kecewa karena selama ini Edward mempunyai selera yang jelek dalam memberi nama.

"K-kenapa aku?"

"Memangnya siapa lagi? Ya kan gadis kecil?"

"Ya~!"

Gadis berambut putih itu terlihat sangat senang dengan itu, itu membuat Edward merasa tertekan dan berusaha berpikir keras agar tidak mengecewakan gadis berambut putih itu. Edward pun melihat gadis itu mempunyai kulit dan rambut yang putih dan dia pun teringat dengan bunga Lily putih yang dulu sempat dia tanam di depan markas, bunga itu membuat para gadis di kelompok Edward merasa senang saat memandangnya.

"Lily...bagaimana dengan Lily!"

"Lily?"

Edward yang mempunyai selera buruk dalam memberikan nama itu pun terlihat sangat gugup dan berpikir kalau gadis berambut putih itu tidak akan menyukainya, tetapi gadis itu terlihat sangat senang dengan nama barunya yang telah diberikan oleh Edward.

"Ed, terima kasih!"

Lalu Zadkiel pun memasang wajah serius dengan tiba-tiba seolah-olah semua candaan tadi hanyalah ilusi belaka, wajahnya yang terlihat sangat ramah telah diganti dengan wajah serius dengan tatapan yang seolah-olah bisa membuat tubuhmu merasakan ketakutan.

"Edward, aku telah tahu tentangmu, kelompokmu, dan tujuanmu."

Tubuh Edward pun dibanjiri oleh keringat dingin, dia berusaha untuk tetap tenang dalam situasi yang sangat mengerikan baginya itu.

"Kau mencoba membuat sebuah dunia yang damai kan?"

"Iya, kami berusaha mengakhiri perang tidak berguna ini."

"Apa kalian bisa melakukannya? Mengakhiri perang itu sama artinya dengan melawan seluruh dunia, apa dengan kelompok kecil itu kalian bisa mengakhiri perang?"

Mata dari Archangel Zadkiel mencoba untuk mengintimidasi tetapi Edward tidak terpengaruh dengan itu, sebaliknya Wajah Edward terlihat seperti wajah seseorang yang menunjukkan keberanian untuk menghadapi apapun. Sejak dari awal tentu Edward tahu kalau itu adalah jalan yang sama sekali tidak mudah sampai-sampai dia menganggap nyawanya tidak berarti jika dibandingkan dengan itu.

"Apa menurutmu aku akan mundur setelah apa yang aku alami selama ini?"

Zadkiel melihat keberanian dan tekad kuat dalam diri Edward, dia pun menghilangkan tatapan mengintimidasinya dan tersenyum ramah kepada Edward. Edward telah menunjukkan sesuatu yang sangat luar biasa yang tidak dimiliki oleh sembarang orang.

"Hahahaha...sudah kuduga kalau kau orang yang menarik! Baiklah aku akan membantumu."

"Membantu? Apa yang kau maksud?"

"Asal kau tahu, tidak semua malaikat setuju dengan peperangan itu, diantara mereka juga ada yang membelot seperti yang kau lakukan saat ini, tentu saja itu juga berlaku untuk iblis"

"Jadi!"

"Benar, aku juga menentang peperangan."

Saking terkejutnya dengan fakta yang baru saja dia dengar Edward sampai tidak bisa berkata apa-apa, Edward tetap terdiam karena dia tidak menyangka kalau akan ada orang lain yang memiliki pemikiran yang sama dengannya.

Setelah mengatakan hal yang mengejutkan itu, Zadkiel pun berdiri dan berjalan keluar dari kamar tempat dimana Edward dirawat.

"Kalian berdua, ikuti aku!"

Edward dan Lily pun mengikuti apa yang diperintahkan Zadkiel walaupun mereka tidak tahu maksud dan tujuan menyuruh mereka untuk mengikutinya, mereka berjalan menuju sebuah ruangan yang sangat besar dengan balkon yang terlihat besar, sesampainya mereka di balkon itu, Edward sangat terkejut melihat kerumunan para Malaikat dan juga ras-ras yang lain telah berkumpul di depan istana Zadkiel.

"Apa yang sebenarnya mau dia lakukan?"

"Wahai rakyatku! Aku Archangel Zadkiel dengan ini memutuskan akan mendukung penuh pemuda Manusia ini dan membuat Aliansi dengannya untuk mengakhiri peperangan ini!"

Di hari itu pertama kali terbentuk aliansi untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun itu, suara tepukan tangan pun terdengar sangat meriah dari luar istana Zadkiel. Edward yang masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Archangel Zadkiel pun hanya terdiam membisu, tentu dia senang kalau ada yang membantu dia untuk membuat perdamaian di dunia yang rusak ini, tetapi dia sama sekali tidak menyangka kalau seorang sekelas Archangel akan membantunya. Di saat itu tujuan Edward untuk membuat dunia yang damai pun semakin dekat, dia semakin yakin bahwa tujuannya akan segera tercapai tanpa mengetahui bencana yang akan menimpanya di masa yang akan datang.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C1
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen