Sementara itu Aria telah kembali ke kerajaan suci Aulerialnya, tepatnya di Ibukota Aurora.
Segera setelah dia sampai, para pelayannya langsung menyambutnya tetapi seolah tidak mengacuhkan mereka, dia segera bergegas masuk dengan tergesa-gesa.
Saking tergesa-gesanya dia, sampai Aria sama sekali tidak menyadari kalau dia barusaja melewati Claris, sahabat terbaiknya.
"Aria? Ada apa dengannya?"
Tanpa berpikir panjang, Claris pun segera mengikuti Aria.
Dari arah dia menuju, Claris bisa menebak kalau Aria tengah menuju ke ruangan harta kerajaan dimana disana tersimpan salah satu senjata pemusnah masal dan juga satu Staff kuno yang Claris sendiri tidak tahu asal muasalnya.
Aria pun menuju ke sebuah ruangan dimana terdapat sebuah patung putih raksasa tepat di tengah ruangan.
Tiba-tiba dari belakang, Claris memeluk Aria dan mengejutkannya.
"A~ria!"
Aria pun terkejut dengan kehadiran Claris.
Claris adalah teman terbaik Aria yang juga sekarang dia menjabat sebagai pemimpin pengganti di kerajaan suci ini.
Claris sendiri juga sudah mengenal Aria dari kecil. Bisa dibilang dia adalah murid, adik, sekaligus teman dari Aria. Dia adalah seorang anak Elf yang semenjak kecil tidak mempunyai orang tua akibat perang dan diadopsi Aria sendiri.
Oleh karena itu Aria lah satu-satunya orang yang dimana Claris bisa bersikap kekanak-kanakan.
"Claris? Sejak kapan kamu disini?"
"Aku sudah sedari tadi lho mengikutimu, tetapi tidak seperti biasanya kamu sama sekali tidak sadar. Apakah sedang ada sesuatu yang membebani pikiranmu sekarang ini?"
Aria terdiam mendengar pertanyaan Claris itu.
"Aria, kita adalah keluarga tahu? Jadi ceritakan saja semua bebanmu kepadaku!"
"Keluarga...ya?"
Melihat fakta kalau sekarang Aria sendiri terlibat masalah dengan saudarinya sendiri yaitu Yulia, ini membuat Aria merasa kalau ini adalah sebuah ironi.
Aria sendiri tidak mencoba membatasi pergaulannya dengan para Zodiak yang lain, bahkan dia adalah satu-satunya Zodiak yang mempunyai hubungan sangat baik dengan hampir yang lainnya.
Aria pun tersenyum sendiri.
"Sebenarnya apa kamu tahu tentang pohon raksasa yang melayang di udara, dan juga sumber dari energi besar yang kemarin terdeteksi dari kerajaan Dwarf?"
"Ah...ya! Maafkan aku sebenarnya walau kamu menyuruh kami untuk tidak melanjutkan penyelidikan, tetapi energi itu cukup untuk membuat para tetua gempar."
Itu memang hal yang sangat wajar karena asal dari energi besar itu sendiri berasal dari wilayah musuh bebuyutan para Elf sendiri yaitu bangsa Dwarf.
"Aku tidak menyalahkan itu, tetapi..."
"Tetapi? Memangnya ada sesuatu tentang pohon terbang itu?"
Aria tidak tahu apakah dia harus menceritakan tentang Yulia kepada Claris atau tidak. Tentunya jika pertarungan antara dia dengan Yulia benar-benar terjadi maka itu akan menjadi pertarungan antara hidup dan mati yang sebenarnya.
"Aria! Kamu tidak berniat untuk menyembunyikan sesuatu yang berbahaya dariku kan? Kalau kamu tidak memberitahuku maka aku sendiri yang akan menyelidiki pohon terbang itu!"
Aria terdiam sebentar.
Aria sangat tidak ingin memberitahu Claris apapun yang menyangkut dengan perihal masa lalunya terutama jika dia mendengar tentang Yulia.
Kemungkinannya sangat besar kalau dia akan memaksa ikut menemani Aria karena sifat Claris yang keras kepala.
Memang kalau ini musuh yang seperti biasa, Aria tidak akan khawatir karena Claris itu merupakan penyihir terkuat kedua setelahnya, tetapi jika lawannya Yulia yang sudah tentu berkali-kali lebih kuat darinya itu, Aria tidak bisa membiarkan Claris dalam bahaya.
"Aria~!"
"(sigh) Baiklah kalau begitu, tetapi berjanjilah kalau kamu tidak akan melakukan hal yang sembrono."
Claris pun mengangguk dengan senang.
"Pohon itu, pohon terbang itu bernama Yggdrasil. Pohon yang merupakan sebuah benteng terbang bagi salah satu orang yang terkuat di dunia ini."
"Terkuat? Lebih darimu?"
"Dia adalah orang yang bisa mengeringkan lautan, tentu aku tidak akan berkutik menghadapinya. Bahkan dengan semua pengetahuan sihir yang aku punya, dia bisa mengungguli kemampuanku itu dengan mudah. Dia bisa mengungguliku dari segi sihir, bahkan dari segi kekuatan fisik pun dia tak terkalahkan. Dialah Yulia, kakakku."
Ini pertama kalinya Claris mendengar itu.
"Kakak? Kamu punya kakak?"
"Kamu tahu Tamamo-no-Mae dari kekaisaran Miyako? Juga Archangel Chamuel dan Michael? Mereka bertiga adalah saudari-saudariku dan masih banyak yang lainnya."
Tentunya ini membuat Claris lebih terkejut lagi karena bagaimanapun baik Tamamo-no-Mae. Michael, dan Chamuel itu makhluk yang berbeda ras, bahkan mereka juga bukan "Half" yang keberadaannya sangat jarang di dunia ini.
"Aku yakin kamu pasti tidak bisa berkata apapun, tetapi memang inilah kenyataannya. Dan kakakku nona Yulia itu saat ini sudah bangkit dan ingin memburu kami semua."
"Memburu? Tetapi kenapa?"
"Dia bukan orang yang jahat, hal yang dia lakukan juga tidaklah salah dan masih sangat bisa dimengerti. Itu semua karena kesalahanku sendiri dan aku tidak berniat untuk menghindari itu."
Aria pun menggenggam tangan Claris sambil tersenyum dan dia pun menatap Claris dengan mata hijau indahnya.
"Karena itulah kalau semisal aku tidak kembali, aku menyerahkan kerajaan ini kepadamu sebagai penerusku."
Pada saat ini entah kenapa Claris merasakan beban emosional yang sedang dipikul Aria sendirian.
Aria yang sekarang terlihat berbeda dengan Aria yang selama ini dia kenal. Biasanya Aria adalah sosok yang sangat percaya kepada dirinya sendiri dan juga selama ini dia tidak pernah berkata kalau dia tidak bisa mengalahkan seseorang sampai seperti ini.
Bagi Claris sendiri, Aria itu sosok yang dia anggap sempurna. Sosok yang sangat anggun, jenius, bijak, dan juga kuat. Bagi Claris, Aria lah yang menjadi pilar utama bagi kerajaan suci ini.
"Itu pasti tidak benar! Aria, kamu itu sangat kuat lho, mana mungkin-"
"Di dunia ini masih ada orang-orang yang mustahil untuk aku kalahkan sendirian.
"Kalau begitu bawalah aku-"
Aria menolak itu.
"Dalam pertarungan kami, kamu tidak akan bisa berbuat apapun."
Aria pun tersenyum kembali.
"Tetapi tenanglah, karena aku dan yang lainnya tidak berniat untuk kalah. Tidak sebelum aku membuat impian tuanku yang agung tercapai."
"Tuan?"
Aria pun melihat ke bendera dengan lambang matahari yang terdapat di langit-langit.
"Apa kamu pernah berpikir kenapa lambang kerajaan suci ini adalah matahari? Itu semata-mata adalah lambang dari tuanku dan bentuk kebaktian dan kesetiaanku kepadanya."
Pada saat itu Aria berlutut layaknya orang berdoa dan dia pun mengucapkan mantra.
"o thee the holy protectector
from thee I desire.
the saint of nature
the one who bears the miracles
grant mine own request
open the gates of life to the infinite world"
Aria saat itu benar-benar terlihat layaknya seorang bidadari. Hatinya yang sangat tulus kepada orang tempat dia mengabdi benar-benar membuatnya tampak sangat berbeda di mata Claris.
Pada saat itu Claris menyadari kalau perasaan yang ada di dalam hati Aria ini sangatlah kompleks. Kesedihan, kebahagiaan, dan perasaan yang lainnya bercampur menjadi satu, tetapi satu yang dia mengerti dari itu. Aria sangat mencintai orang yang dia anggap sebagai tuan itu dengan sangat sangat dalam dari lubuk hatinya.
"Aria..."
Sebuah simbol yang ada di patung itu pun bersinar dan dengan perlahan patung itu bergeser dari sana terlihat sebuah tangga menuju ke bawah.
Baginya, persiapan untuk melawan Yulia yang sudah pasti akan datang ke dalam medan pertempuran untuk menghancurkan mereka itu adalah mutlak.
Dia sendiri sangat tahu kekuatan Yulia yang sangat amat luar biasa. Bahkan diantara semua Zodiak, kekuatan Yulia lah yang paling destruktif karena sebagian besar dari sihir asli Yulia adalah sihir penghancur Area.
Tentu itu adalah sihir yang tidak bisa dianggap remeh karena dia sudah pernah merasakan pengalaman melawan Yulia sendiri dengan mode Deus Machina yang pada saat itu benar-benar menghancurkannya dan juga yang lainnya.
Untuk sekarang persiapan melawan Yulia, Aria perlu untuk mengerahkan semua yang ia punya. Itu bukan hanya dirinya, tetapi semua Zodiak harus mengerahkan semua yang mereka punya karena kali ini sama seperti di masa lalu, mereka tidak akan mengandalkan Lily dan juga White.
Itu semua karena masalah ini adalah masalah antara Aria dan yang lain dengan Yulia yang bagaimanapun harus mereka selesaikan sendiri.
Aria pun berdiri dan menoleh ke arah Claris.
Baginya Claris juga adalah orang yang sangat penting, dia tidak mau jika terjadi apapun dengan Claris. Aria sendiri tahu kalau Yulia tidak akan menyakiti orang yang sama sekali tidak ada hubungannya, tetapi Claris adalah orang yang keras kepala. Dia mungkin akan mencoba menyerang Yulia dan jika itu terjadi, dia akan langsung dianggap musuh dan dilenyapkan.
"Melawan nona Yulia bukanlah hal yang main-main. Sekuat apapun dirimu, kamu hanya akan menjadi semut di depannya."
Selain sihir penghancur, sihir Yulia yang lain juga tidak bisa dianggap remeh. Yulia yang bisa melihat akar sihir dan menirunya itu sudah cukup untuk meihatnya sebagai orang yang luar biasa kuat.
Untuk itulah Aria mempunyai senjata-senjata sihir yang sudah ia siapkan untuk keadaan seperti ini di dalam ruangan rahasia.
"Mari aku tunjukkan padamu senjata sihir rahasiaku."
Shirayuki tersenyum dengan segala takdir yang telah dia lalui selama ini. Takdir yang telah menempanya dan membuatnya menjadi seseorang yang hebat seperti sekarang.
Apakah dia harus bersyukur dengan takdir yang membawanya sampai kemari atau tidak, dia tidak tahu. Dia begitu banyak bertemu dengan orang-orang yang dia anggap sangat berharga layaknya dulu dia bertemu dengan Fu dan Sakuragi.
Dia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi jika Edward dan yang lainnya tidak menemukan dirinya, tidak menemukan seekor rubah kecil di sebuah kota besar yang penuh dengan hal-hal yang menarik.
Kalau dia tidak bertemu dengan mereka semua, kemanakah masa depan akan membawanya sekali lagi.
Pada saat itu Lily berjalan mendekati Shirayuki dan dia memeluknya dengan lembut.
Sebuah pelukan yang terasa sangat hangat layaknya pelukan dari Fu.
"Yuki, ingat kalau Lily tidak membiarkanmu bertarung sendirian lagi. Yuki bisa mengandalkan Lily dan yang lainnya jadi...
...
Jangan bilang kalau Yuki ingin bertarung sendirian."
Lily memang dari awal dia sudah menganggap Shirayuki adalah saudarinya sendiri yang sangat dia lindungi.
Lily tahu bagaimana perasaan Shirayuki dan apa yang mengganggunya sekarang. Shirayuki masih merasakan ketakutan akan kehilangan orang yang dia sayangi lagi dalam pertarungan melawan musuh utamanya dulu.
"Lily akan selalu ada untuk Yuki. Bukan hanya Lily, tetapi semua yang ada di sini. Dan juga sebagai seorang kakak, Lily akan mengerahkan semua yang Lily punya untuk melindungi Yuki dan semuanya dari segala mara bahaya."
Perasaan dari seorang gadis tersuci yang sangat murni dari dalam hatinya membuat Shirayuki merasa bodoh karena dia masih belum bisa menghilangkan traumanya.
Melihat itu, Chamuel dan semua Zodiak yang ada di sana ikut tersenyum.
"Sudah kuduga kalau nona Lily adalah orang yang paling pantas menduduki kursi pertama," ucap Arashel.
Dia yang sedari awal tidak ada niat untuk merebut posisi pertama dari sang gadis suci dan mereka semua yang memang sudah sadar kalau mereka tidak akan bisa mengalahkan sang gadis suci.
Lily pun lalu tersenyum dengan penuh ketulusan.
Shirayuki pun tersenyum.
Dia sangat bahagia karena bisa bertemu dengan Lily dan yang lainnya yang telah memberikannya kehangatan seperti ini.
Kehangatan yang sudah lama dia tidak rasakan.
"Terima kasih...semuanya..."
Senyuman tulus dari sang gadis rubah yang sangat manis membuat para Zodiak yang ada di sana juga ikut memeluknya.
Pada saat ini melihat betapa hangatnya para Zodiak, Edward sendiri masih merasakan sesuatu...kesendirian.
Kehangatan yang ada di depannya itu membuatnya semakin berpikir kalau ini bukanlah tempat sebenarnya ia harus berada.
Lubang gelap yang ada di hatinya masih menganga luas, dalam, dan tak berujung.
Dia yang telah berusaha mati-matian dari semenjak kecil menghadapi dunia yang dingin kepadanya. Melihat kehangatan seperti ini menjadi seperti sesuatu yang tidak pernah ia bisa bayangkan dan rasakan.
Dia sudah tahu kalau dia mungkin sudah jatuh cinta kepada sang gadis suci, tetapi rasa dingin ini sama sekali tidak bisa menghilang.
Bagaikan berdiri sendirian di tengah gurun di malam hari dimana yang hanya bisa dia lakukan hanyalah memandangi bintang yang indah di langit dengan kebersamaan mereka. Tetapi apakah dia bisa menerima kehangatan akan kebersamaan itu?
"Ed-chan, kenapa Ed-chan hanya bengong? Ayo sini!" ajak Chamuel.
Edward saat ini merasa bimbang dengan semua ini.
Apakah ia harus bersama dengan mereka? Ataukah dia harus berusaha mewujudkan impiannya sendirian dengan caranya sendiri?
Rute apa yang harus ia lalui sekarang dan di masa depan?
Seandainya dia tidak menjadi sang Cahaya, mungkin Edward bisa membuat Chamuel dan yang lainnya bahagia. Tetapi apakah kalau dia bukan sang Cahaya, dia akan bertemu dengan mereka? Apakah mereka masih akan mendekatinya seperti sekarang?
Pada saat itu sesuatu yang besar akan terjadi yang akan merubah Edward sepenuhnya.
Disini di dalam pertempuran yang akan dia jalani dengan penuh akan perasaan bimbang.
Kebimbangan yang akan membuat dirinya sendiri meragukan tujuannya.
Ini mungkin adalah terakhir kalinya Edward bisa melihat para Zodiak sebahagia ini karena apa yang terjadi di masa depan tidak akan seperti yang mereka bayangkan.
Masa lalu yang membentuk dirinya saat ini tidak akan bisa dirubah karena dirinya sudah terikat dengan itu.
Ketidaktahuan mereka semua tentang rahasia tersembunyi dunia tentang Cahaya dan Kegelapan akan menyebabkan terjadinya sesuatu yang sama sekali tidak akan mereka duga.
Sesuatu yang menjadi awal dari semuanya...
Awal dari pertempuran yang akan melahirkan seseorang tak bernama dan terlupakan oleh dunia.
Seseorang itu bukanlah pahlawan, juga bukan pula penjahat. Dia hanyalah dia yang tak bernama, tak beridentitas, bahkan tak bereksistensi.
Dialah...
Setelah Arc Yulia ini end, disitulah ending cerita bagian pertama, dan akan berlanjut di bagian kedua dimana cerita utamanya dimulai.