App herunterladen
10.57% The Seven Wolves: Trapped Under Devils Possession / Chapter 74: Makan Malam Untuk Mily

Kapitel 74: Makan Malam Untuk Mily

Arya membereskan pekerjaannya sebelum sore. Ia sudah berjanji akan membawa Emily ke rumah untuk makan malam. Semula Emily menolak karena ia merasa bahwa langkah Arya terlalu cepat padahal mereka hanya sepakat untuk berpacaran biasa saja. Namun bukan Arya namanya jika tidak pintar meluluhkan dan bernegosiasi. Ia berhasil menyakinkan Emily jika ini hanyalah makan malam biasa.

"Percayalah padaku. Ini hanya makan malam biasa, bukan perkenalan calon menantu apa yang kamu takutkan!" ujar Arya sedikit menyengir pada Emily yang sudah memasang wajah angut-angutan.

Jika mengingat seperti apa Arya harus membujuk Emily dua hari yang lalu ia pasti senyam senyum saja. Belakangan Emily memang bisa membuat Arya terus tersenyum dan bersenandung kecil bahkan ketika ia tengah bekerja. Bahkan salah satu arsiteknya pernah memergokinya bergoyang tak jelas mendengarkan musik menggunakan earpods.

Arya lalu bertemu Bryan yang baru pulang dari sebuah pertemuan bersama Nisa. Pasangan itu makin terlihat terus bersama belakangan ini. Setelah Bryan melamar Nisa yang lamarannya sebenarnya belum dijawab Nisa, ia tidak pernah terlihat pergi kemana pun tanpa Nisa.

Selain karena Nisa memang asisten pribadinya tapi juga karena Bryan tidak mau Nisa jauh dari pandangannya. Arya tersenyum pada Bryan ketika ia terlihat keluar dari lift bersama Nisa dan sedang bergenggaman tangan. Kini seluruh isi kantor bahkan mungkin se Jakarta sudah tau bahwa Bryan dan Nisa merupakan pasangan.

"Mau kemana lo, udah mau pulang ya?" tanya Bryan begitu keluar dari lift. Nisa bersamanya ikut tersenyum pada Arya.

"Iya, gue mau jemput Emily ada janji makan malam di rumah." Arya membalas sambil ikut tersenyum manis pada Nisa.

"Wow, congratulation... oh ya sebelum lo pergi, lo udah baca email gue?" Arya mengangguk

"Thank you Bry, tapi gue gak butuh mobil baru atau hadiah apapun dari lo. Cukup lo dan Nisa makan malam bareng gue dan Emily." Bryan tersenyum sambil menggeleng.

"Come on man, setidaknya gue harus kasih kado!"

"Elo sebagai sahabat gue adalah kado terindah dari Tuhan buat gue, udah cukup!" ujar Arya sambil memegang kedua lengan Bryan dan terkekeh.

"Ah, lo cheesy juga. Harusnya yang lo gombalin itu Emily bukan gue!"

"Hehehe... gue pulang dulu. Oh ya, laporan yang lo minta udah gue kirim ke email lo. Selamat lembur ya bro!" Arya menepuk pundak Bryan seraya berjalan melewatinya.

"Bye Nisa, jangan mau diajak lembur sama Bryan, dia berbahaya. Kamu gak akan selamat sampe tanggal 9 nanti," bisik Arya sedikit mendekat pada Nisa dan langsung kabur. Mata Nisa membesar dibisiki Arya seperti itu. ia sampai terpaku di tempatnya tak bergerak.

"Eh jangan jadi provokator lo!" ancam Bryan menunjuk pada Arya yang sudah ada di dalam lift. Dan dia hanya melambaikan tangan pada Bryan dan Nisa. Bryan akhirnya hanya bisa menyengir lalu menarik Nisa untuk masuk ke ruangannya.

Arya berkendara kurang lebih satu jam untuk sampai ke asrama tempat tinggal Emily. Sampai disana Emily sudah siap dan keluar dari pintu asrama sesaat setelah Arya menelponnya. Ia memakai dress dengan lace putih dan rok tutu pink selutut.

Rambutnya sudah diluruskan kini membuatnya terlihat lebih dewasa. Biasanya ia tampil innocent, kali ini ia terlihat lebih elegan dan cantik. Begitu Emily masuk dan Arya pun masuk ke mobil, Arya seperti biasa memakaikan seat belt dan kali ini memberi Emily ciuman di pipi.

"Kamu sangat cantik hari ini, Kitten," ujarnya sambil mencium pipi Emily.

"Thank you," jawab Emily sambil tersenyum.

Arya pun menyetir ke kediaman Mahendra sambil tersenyum bahagia. Mereka sampai ke rumah mewah itu setelah satu jam lebih berkendara. Namun ketika tiba disana, Emily merasa bahwa ragu apakah keputusannya bersedia bertemu dengan keluarga Arya adalah tepat atau tidak.

"Apa aku melakukan hal yang benar?" tanya Emily berhenti di depan Arya di halaman parkir. Arya meletakkan kedua tangannya pada pundak Emily

"Kitten, orang tuaku meminta untuk bertemu denganmu, mereka ingin bertemu dengan pacarku, kamu akan menyukai mereka, Percayalah!" Arya meyakinkan Emily lagi. Emily menarik napas panjang dan akhirnya mengangguk. Arya pun meraih dan menggenggam tangan Emily untuk mengajaknya masuk. Di dekat pintu depan, Arya langsung disambut oleh Sinta ibunya.

"Anak Mama sudah sampai," ujar Sinta memeluk putranya. Arya kemudian mencium pipi Ibunya seperti biasa.

"Ma, ini pacar Arya... namanya Emily. Emily this is my lovely mom," (ini Ibuku tersayang) ujar Arya memperkenalkan mereka. Mata Sinta berbinar melihat Emily.

"Gak bisa bahasa Indonesia ya? kamu gak bilang pacar kamu orang luar?" tanya Sinta sambil tersenyum. Arya hanya menyengir sementara Emily tidak tahu ibunya bicara apa. Namun ia tetap memperkenalkan diri.

"Hello, my name is Emilia Carter, nice to meet you Mrs. Mahendra," (Halo, namaku Emilia Carter, senang bertemu denganmu Ny. Mahendra) jawab Emily sambil mengulurkan tangannya.

"Sama-sama, namaku Sinta Mahendra. Kamu boleh memanggilku dengan sebutan Tante Sinta," balas Sinta sambil tersenyum ramah dan menyambut tangan Emily. Ia masih menggenggam tangan Emily sambil berkata.

"Kamu sangat cantik, ayo masuk kedalam." Sinta menarik dan merangkul Emily untuk masuk ke rumahnya. Emily sempat menoleh pada Arya sekilas yang tidak berhenti tersenyum.

'Strike one, Arya. The queen's down,'- ujar Arya dalam hatinya sambil tersenyum lebar.

Sampai di dalam, Dara adalah orang kedua yang heboh melihat Emily datang.

"Wah pacar kak Arya cantik banget. Kak Farah liat sini orangnya kayak boneka," teriak Dara heboh di depan kakaknya. Arya bersyukur Emily belum bisa bahasa Indonesia sehingga ia tidak tahu adik adiknya heboh saat ia membawa pacar ke rumah.

"kak Arya memang tokcer sekali bawa pacar cantik banget" Farah ikut menanggapi celotehan Dara. Arya menepuk jidatnya berkali kali. Adik adiknya noraknya minta ampun.

"Mily, these two squarrels are my sisters Farah and Dara, ini namanya Emilia" (Mily, dua tupai ini adalah adikku Farah dan Dara) ujar Arya saling memperkenalkan. Farah dan Dara saling berpandangan sebelum bersalaman dengan Emily.

"Jadi pacar kak Arya bule, wah... hi I am Dara and I can speak English very well!" (Hai namaku Dara dan bahasa Inggrisku bagus) Dara heboh memperkenalkan diri. Farah juga melakukan hal yang sama. Dara sampai berbisik pada Ibunya.

"Dara lebih suka Emily dari pada Dira." Bisikan itu di dengar oleh Arya. Ia tersenyum.

'Two strikes, the princesses are down,'-ujar Arya dalam hati. Tinggal yang terakhir, Ayahnya.

Emily hanya bisa merona dan tersipu diperlakukan seperti itu oleh ibu dan adik adik Arya. Mungkin keputusan yang benar berkenalan dengan keluarga Arya. Surya kemudian masuk ke ruang tamu dan hendak berkenalan dengan Emily. Sinta merangkul lengan suaminya mengajaknya menemui Emily.

"Mily this is my Dad, Pa ini Emilia Carter." (Mily, ini Ayahku) Arya memperkenalkan Emily pada ayahnya. Surya mengangguk tidak tersenyum dan meraih tangan Emily.

"Nice to meet you, sir," (senang bertemu denganmu) ujar Emily lembut sambil menjabat tangan Surya. Ia mengangguk dan menyebut namanya. Ada perasaan aneh pada diri Emily ketika bertemu dengan ayahnya Arya. Ia merasa dari semua orang di rumah ini, hanya Ayahnya yang tidak begitu ramah. Atau itu hanya perasaannya saja. Emily mencoba menepis perasaan tidak enak dihatinya.

Tak lama mereka semua menuju ruang makan. Surya duduk di depan, Sinta di sebelah kirinya lalu adik adik Arya disebelah ibu mereka. Sementara Arya berada di samping kanan ayahnya dan Emily duduk di sebelah Arya.

"Aku harap kamu suka masakan Indonesia," ujar Sinta ramah sambil tersenyum pada Emily. Emily hanya membalas senyum dan mengangguk. Mereka akhirnya makan tanpa banyak bicara. Usai makan malam Emily dibawa ke ruang santai dan duduk di sebelah Arya.

"Jadi Emily, Bagaimana ceritanya kamu bisa bertemu dengan Arya?" tanya Surya santai pada Emily sambil memegang cangkir kopi.

"Ehmm, aku bertemu dengannya saat di New York." Emily melirik sekilas pada Arya dan Arya hanya menarik napas. Sepertinya Ayahnya mulai membuat ruangan ini jadi tempat interogasi.

"Kami kenalan di tempat teman Pa," ujar Arya berbohong. Ia lalu tersenyum pada Emily. Surya mengangguk.

"Tapi Arya tidak pernah menyebut-nyebut nama kamu sebelumnya. Jadi bagaiaman kalian bisa pacaran sekarang?".


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C74
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen