App herunterladen
33.33% The School of Darkness / Chapter 14: Chapter 9: Kebenaran Di Balik Insiden

Kapitel 14: Chapter 9: Kebenaran Di Balik Insiden

"Bertahun-tahun? Apa maksudmu?"

"Sekarang aku yang bertanya. Kau tahu rumor itu dari satu sumber kan?"

Siswa tersebut tidak mampu berbicara lagi. Bisa dikatakan, Mamoru memiliki lidah yang tajam. Saori, Rinto dan Misaki hanya diam saja karena mereka sudah tahu yang sebenarnya.

"Kenapa? Takut mengatakannya?"

"Ma-Mamoru-san.... " Saori menahan amarah Mamoru "Biar aku saja."

"Baiklah, Saori." Mamoru mundur dan digantikan oleh Saori.

Saori menatap warga SMA Akatsuki yang masih hidup "Mau kalian percaya atau tidak, yang jelas rumor yang beredar selama ini tidak benar."

Jeda sejenak....

"Kejadian yang kita alami sekarang murni bukan kesalahan Hoshikawa Riki, tapi ada dalangnya dan dia di antara kita."

"Hah??!! Masa??"

"Tentu saja. Dia mengetahui bahwa Lenka-san adalah murid pindahan tahun ini dan dia mencari cara agar Lenka-san lenyap."

"Yang dimaksud Aonuma-san 'selama bertahun-tahun' adalah kejadian ini sudah ada sebelum kita lahir." Rinto menambahkan penjelasan Saori "Hoshikawa yang kalian tuduh 'kutukan' sebenarnya adalah korban pembunuhan 24 tahun yang lalu dan tidak ditemukan jasadnya. Sekarang dia berjuang membersihkan namanya sendiri. Sakumora sengaja tinggal di dalam gedung sekolah kita untuk membongkar kejahatan dalang di balik kejadian ini."

"Dan faktanya, selain Lenka-san adalah murid pindahan tahun ini, dia adalah putri sulung sahabat Hoshikawa Riki, Sakumora Hazuki."

Misaki yang hanya diam saja langsung angkat bicara "Ditemukan banyak kasus yang janggal dan tempatnya tidak pernah di depan perpustakaan lama dan juga, banyak sekali murid pindahan yang hilang mendadak di kelas 2-4. Baik dari kelas 2-4 maupun luar kelas 2-4."

"Lalu, siapa pelakunya?"

"Kurohaku Amano, kepala sekolah kalian yang baru."

Pandangan mereka beralih pada 2 orang yang baru datang tersebut. Lenka dan Riki berhasil meloloskan diri dari masalah di dalam gedung sekolah. Riki terlihat tidak terbakar matahari meskipun dia sendiri bukan manusia.

"Riki? Kau tidak terbakar matahari?" Mamoru hanya melongo melihat tubuh pucat Riki terlihat segar bugar.

"Aku baru sadar bahwa aku hanya vampire buatan." Lalu, manik merah milik Riki menatap sinis pria paruh baya tersebut "Mengakulah, Amano."

Pria paruh baya tersebut terkejut dengan kehadiran Riki, namun berusaha tenang "Riki, lama tak jumpa. Kyouka khawatir padamu dan selalu menanyakan kabarmu padaku dan Hazuki."

"Kyouka itu.... adikmu, Hoshikawa-san?" Lenka berbisik pada Riki karena penasaran dengan nama "Kyouka"

"Ya, dia adikku satu-satunya." Lalu, Riki berjalan ke arah pria yang bernama Amano tersebut "Kudengar kau melakukan ritual Pemanggilan Iblis sejak lama dengan tumbal murid pindahan dan aku yakin mereka menghilang selama bertahun-tahun karena menjadi tumbal ritual itu."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"HAAH!!??"

"Ja-jadi yang menjadi tumbal selanjutnya.... "

"Ya, Lenka selanjutnya."

Pria yang bernama Amano tersebut terdiam sejenak mendengar penjelasan Riki. Dia langsung tersenyum licik "Riki, meskipun kau mayat hidup, ternyata kau kurang ajar juga."

"Akhirnya Amano menampakkan sisi gelapnya."

Pria tersebut menatap Riki dengan tatapan jahatnya "Hoshikawa Riki, Sakumora Lenka, kalian benar-benar telah merusak rencanaku."

Wush!!!

"Dan Sang Iblis telah menemukan Lenka."

Manik merah milik pemuda bersurai hitam mulai menyala dan mencengkeram kerah kemeja milik pria yang bernama Amano tersebut "Dasar licik. Karena ulahmu, banyak orang menjadi korban."

"Dan sekarang aku akan melakukannya lagi." Amano melepaskan diri dari cengkeraman Riki dan menarik paksa tangan Lenka "Sekarang, ikut aku!!!"

"Amano, lepaskan Lenka!!! Kuharap Hazuki menghajarmu jika kau menyentuh putrinya."

"Aku tidak peduli."

Amano menarik Lenka masuk ke dalam gedung sekolah. Riki yang khawatir akan keadaan Lenka berlari ke dalam gedung SMA Akatsuki sambil berteriak pada mereka berempat.

"Kalian beritahu Hazuki dan amankan semua penghuni di sekolah ini!!!"

"Baik."

Dan Riki masuk ke dalam gedung sekolah. Mereka berempat berbagi tugas untuk menjalankan amanah dari Riki. Setelah ada kata sepakat, mereka berempat pergi untuk melakukannya.

****

Tim cewek berlari ke rumah Lenka untuk memberitahu ayah Lenka, yaitu Hazuki bahwa Lenka dalam bahaya. Siapa lagi kalau bukan Aozora Saori dan Yuzunashi Misaki.

Tap tap tap....

"Kau yakin ini rumahnya, Saori-chan?"

"Iya, Misaki-san. Aku sudah mencari alamat Lenka-san di buku daftar dan di sini rumahnya."

"Oh ok, kita ke sana."

Mereka berlari ke rumah bercat hijau muda tersebut untuk menemui seseorang yang tak lain adalah ayah Lenka, Sakumora Hazuki.

Tok tok tok!!!

"Paman, cepat buka pintunya!!! Ada hal gawat!!!"

Cklek!!!

Muncul seorang pria bersurai coklat dan bermanik hijau muda. Pria paruh baya tersebut menatap Saori dan Misaki dengan tatapan tenangnya.

"Ada apa, anak-anak??"

"Ada hal gawat yang Anda harus ketahui, Paman. Ini mengenai Lenka-san." Saori mulai gugup memberitahu yang sebenarnya pada ayah Lenka.

"Apa yang terjadi pada Lenka?" Pria tersebut mulai khawatir sesuatu terjadi pada putrinya sendiri.

"Lenka-san dalam bahaya dan kepala sekolah Kurohaku tengah membawanya ke ritual Pemanggilan Iblis."

Brak!!!

Saori dan Misaki terkejut melihat pria tersebut memukul kepalan tangannya ke dinding. Kedua gadis tersebut hanya menelan ludah melihat betapa menakutkannya ayah Lenka.

"Se-seram juga ya.... "

"I-iya.... "

"Amano brengsek!!! Aku sudah membesarkan Lenka selama 15 tahun tanpa ibunya, tapi dengan teganya dia mengorbankan putriku."

Mereka berdua menyadari betapa kesalnya pria yang adalah ayah Lenka tersebut. Marah karena putri yang dibesarkannya dengan susah payah menjadi tumbal perbuatan teman lamanya sendiri.

"Paman, mumpung belum terlambat, kita harus mencegahnya."

"Kalian benar, anak-anak. Kita harus bergegas."

Pria tersebut mengunci pintu rumahnya dan berlari bersama kedua gadis tersebut. Dia bersumpah bahwa jika terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya, dia tidak akan memaafkan dalangnya.

****

"Lewat sini. Jangan menyerobot."

"Hati-hati, jangan berdesakan."

Tim cowok membantu para guru untuk mengevakuasi sisa-sisa warga sekolah yang selamat. Mereka adalah Aonuma Mamoru dan Kageyama Rinto.

"Sudah selesai semuanya, sensei?"

"Sudah."

"Kami bangga kalian sudah membantu kami."

"Tidak masalah, sensei."

Groar!!!

Groar!!!

Terdengar suara para zombie yang memekakkan telinga mereka. Mamoru dan Rinto menatap ke arah gedung SMA Akatsuki dan berharap Lenka dan Riki baik-baik saja.

Tet tet....

Ponsel Mamoru berbunyi dan diapun membuka ponselnya sejenak. Ada pesan singkat yang mengatakan bahwa mereka berhasil membawa ayah Lenka.

"Ada apa, Aonuma?"

"Saori mengirim pesan padaku bahwa mereka berhasil membawa ayah Lenka dan dalam perjalanan ke mari."

"Syukurlah kalau begitu." Rinto bernafas lega mendengar jawaban Mamoru.

Mamoru hanya tersenyum karena meskipun tidak banyak yang dilakukannya seperti Riki, namun dia telah membantu mengungsikan para siswa dan guru agar tidak berakhir seperti teman-temannya yang telah tiada.

Groar!!!

Groar!!!

"Sensei, sebisa mungkin sensei pergi dari sini."

"Ya, di situ berbahaya."

"Bagaimana dengan kalian?" Sensei tersebut tampak khawatir dengan mereka.

"Kami akan menyusul."

Sensei tersebut mengangguk dan berlari mengikuti para warga SMA Akatsuki yang lain. Mereka semua yakin kegelapan yang terjadi di SMA Akatsuki segera berakhir.

"Kita tunggu Saori dan Misaki, lalu kita menyusul Riki dan Lenka."

"Baiklah."

Mamoru menatap ke arah gedung sekolah karena 2 orang lain sedang berjuang menghadapi maut yang memisahkan mereka karena ulah Amano "Riki, Lenka, kuharap kalian berdua selamat."

****

"Lepaskan aku!!!"

"Diam kau, gadis kecil!!! Kau itu tumbal, jadi jangan banyak bicara."

Amano masih menarik paksa tangan kanan gadis bersurai coklat tersebut. Gadis tersebut masih memberontak dan berusaha melepaskan diri dari genggaman pria tersebut.

"Amano, lepaskan Lenka!!!"

Riki berlari menghampiri Lenka dan Amano dengan cepat. Manik merahnya menatap tajam pria yang membawa Lenka. Dia melempar pisaunya ke arah pria tersebut.

Syut!!!

Jleb!!!

Pisau milik Riki bukannya mengenai Amano, melainkan mengenai zombie yang siap menghadangnya kapan saja. Riki mengambil ancang-ancang untuk melewati mereka.

Syut!!!

Crash!!!

Para zombie tersebut berhasil dikalahkan dan Riki melesat ke arah Amano dan Lenka yang mulai menjauh.

"Aku bersumpah akan menghabisimu, Kurohaku Amano."


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen