App herunterladen
50% The Misterious Man / Chapter 8: 8. Mistery Box

Kapitel 8: 8. Mistery Box

Sementara itu Agung segera bersiap-siap untuk berangkat ke kantornya, dia mempunyai sebuah perusahaan yang cukup misterius. Nama agensinya adalah the black warlords atau panglima perang hitam. Entah apa maksudnya dari nama tersebut, yang jelas agensinya itu bergerak di bidang penyediaan jasa spy, bodyguard, dan semacamnya.

Agung cukup ditakuti oleh banyak orang yang mengenalnya, seperti seorang ajudan yang memiliki banyak anak buah. Ada beribu rahasia yang dia sembunyikan dari putrinya. Bahkan, perihal rumah pun dia sembunyikan.

Di tengah masyarakat Agung hanya dikenal sebagai warga biasa seorang ayah tunggal yang bersusah payah dan berjuang keras untuk membesarkan putrinya seorang diri pada pangkat lebih pada kekayaan berlimpah semuanya biasa saja.

Namun para klien dan juga anak buahnya mengenal dia sebagai seorang miliarder yang punya rumah bak istana namun tak berpenghuni seorang yang kejam melebihi mafia yang gila kehormatan dan mempunyai banyak sekali pengawal.

Semua sisi dari kehidupan yang lain selalu dia sembunyikan rapat-rapat dari Greysia tak ada yang mengetahui tentang hal itu selain anak buah kepercayaannya terutama para kliennya.

Itu sebabnya Agung tidak percaya bahwa ada orang asing yang mengganggu putrinya karena dia merasa semua orang yang terutama para anak buah dan juga ke lainnya itu menghormati dirinya dan tak ada satupun dari mereka yang mengetahui soal gereja bahkan semua rekan bisnisnya tak tahu kalau dia sudah menikah dan punya anak. Jadi tak mungkin ada yang berani musik mengusik Greysia.

Seorang gadis berseragam putih abu-abu sedang berjalan dengan sedikit tergesa-gesa, ketika dia akan melewati sebuah gang yang semalam hampir saja menjadi gang maut untuknya, kaki gadis itu bergetar. Semua kejadian yang terjadi kepadanya malam tadi satu-persatu terbayang dalam benaknya seperti kaset film yang terputar secara otomatis.

Greysia berkali-kali harus menelan salivanya sendiri akibat ketakutannya. Gang itu memang selalu sepi, tak peduli malam atau pun siang keadaannya sama saja. Greysia hanya takut jika tiba-tiba ada seseorang yang menikamnya dari belakang, itu sebabnya dia harus sering menoleh ke belakang, matanya juga dengan awas mengawasi sekelilingnya. Tak lupa tangan kanan Greysia dua benamkan di dalam saku roknya untuk menyembunyikan pisau yang dia genggam erat sejak berangkat dari rumah.

"Kayaknya keadaan pagi ini cukup aman," pikir Greysia. Dengan sekali hembuskan nafas, dia berjalan tergesa-gesa melewati gang tersebut. Ternyata sampai dia berbelok ke arah gang lain yang banyak dihuni oleh warga pun tak ada kejadian yang mencurigakan. Semuanya berjalan normal seperti biasanya.

Setidaknya setelah melewati gang itu Greysia jadi lebih merasa tenang, namun meski begitu dia tetap harus selalu waspada karena tak menutup kemungkinan orang misterius itu akan mencoba membunuhnya di keramaian sekalipun. Bahaya akan selalu mengintai Greysia di mana pun dia berada.

Seperti biasa, Greysia menaiki angkutan umum untuk menuju ke sekolahnya. Jarak antara sekolah dan rumahnya tidak terlalu jauh hanya perlu menaiki satu kali angkutan umum maka dia sudah bisa sampai di sekolahnya.

Ketika sampai di sekolah, Greysia segera turun dari angkutan umum tersebut, dia berlari-lari kecil menuju ke gerbang sekolahnya. Terpampang jelas di sana sebuah pelang bertuliskan SMA negeri 1 Rajawali, salah satu sekolah Favorit di kota Bandung. Suasana sekolahnya masih tampak lengang, hanya baru ada beberapa siswa yang terlihat berlalu lalang di sana dan juga beberapa cleaning service yang sedang membersihkan halaman serta beberapa ruangan yang ada di sana, wajar saja karena ini masih terlalu pagi.

Apalagi ketika Greysia masuk ke dalam ruang kelas XI IPA 2, tak ada orang satu pun di sana, bahkan yang bertugas untuk piket hari ini pun belum datang.

Greysia berjalan perlahan menuju ke mejanya, tiba-tiba pintu kelas tertutup dengan sendirinya sehingga menimbulkan suara yang cukup nyaring sampai Greysia terlonjak.

"Astaga, angin ngagetin aja," gumam Greysia sambil menghela napas lega dan mengusap-usap dadanya.

Jantung Greysia masih terasa berdetak kencang akibat rasa terkejutnya tadi, namun dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Greysia memandang ke sekelilingnya, ruangan kelas yang cukup besar dengan cat berwarna putih bersih itu terasa tidak biasa. Angin yang berhembus menerpa tengkuk Greysia terasa lebih dingin dari biasanya dan berhasil membuat bulu kuduknya sedikit demi sedikit mulai meremang.

"Tenang, Grey. Ini di sekolah, mana mungkin dia berani datang ke sekolah," Greysia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan berusaha seolah semuanya baik-baik saja.

Kemudian dia segera meletakan tas di dalam lacinya, tepat ketika itu Greysia menyentuh sebuah benda yang ada di dalam laci, benda itu berbentuk kotak dan agak besar seperti sebuah hadiah. Dengan sedikit takut-takut, Greysia mengeluarkan benda itu dari dalam lacinya.

Ternyata benar, itu adalah sebuah kotak yang dilapisi kertas marmer berwarna merah. Greysia mengerutkan keningnya, dia tak habis pikir tentang hadiah yang tiba-tiba ada di dalam lacinya.

"Siapa yang naro ini di sini? Perasaan gak ada hari istimewa, ulang tahun gue juga masih lama, terus ini kado apa dan dari siapa?" Greysia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

Gadis itu kembali mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, tak ada siapa pun di sana. Tak ada satu pun tas di meja-meja itu, dia benar-benar sendirian. Belum ada yang datang selain dirinya, lalu siapa yang menaruh kado itu di lacinya?

Jika benar itu dari teman sekelasnya, kemungkinan besar kotak itu diletakan dari kemarin sepulang sekolah, karena hari ini belum ada yang datang.

"Ini orang terniat banget, apa jangan-jangan ini hadiah dari penggemar rahasia gue," Greysia tersenyum bangga.

Selama ini dia tak cukup populer, bahkan orang-orang pun seperti enggan untuk dekat dengannya karena dia yang terlalu introvert dan menutup diri. Hanya Kevin lah satu-satunya orang di sekolah ini yang berhasil dekat dan bersahabat dengan Greysia, tak ada yang lain lagi. Akibat terlalu sering mendapatkan teror membuat Greysia menjadi pribadi yang sangat tertutup, bahkan menurut sebagian orang Greysia itu menyebalkan seperti orang yang antisosial.

Namun siapa sangka kalau ternyata ada seorang penggemar rahasia yang tiba-tiba saja meletakkan hadiah di dalam lacinya.

Dengan sedikit rasa senang sekaligus penasaran, Greysia membuka sedikit demi sedikit kotak yang ada di depannya dengan harap-harap cemas. Ketika kotak itu sudah terbuka lebar …

Mulut Gresyia menganga lebar dengan mata terbelalak setelah melihat seluruh isi kotak yang ada di tangannya. Napas Greysia memburu, tenggorokannya seperti sedang di cekik oleh rasa takutnya sendiri, tak sampai sepuluh detik Greysia langsung melemparkan benda yang membuatnya hampir mati berdiri karena ketakutan. Isinya pun jatuh berceceran di atas mejanya.

"Siapa yang naro itu di sana? Gimana bisa dia masuk ke sekolah ini, bahkan dia juga tau di mana tempat duduk gue," kata Greysia dengan sangat ketakutan hingga seluruhnya bergetar hebat.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C8
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen