App herunterladen
5.91% The Lord Of The Darkness / Chapter 19: ~Kerinduan Korvin~

Kapitel 19: ~Kerinduan Korvin~

"Grace, apa kabarmu? Aku harap kau selalu baik-baik saja. Tidak terasa ini hampir tiga bulan kau pergi jauh dariku. Kau tahu, aku benar-benar merindukanmu," Korvin tampak tersenyum kecut di depan sebuah kamera, seolah sekarang dia sedang berbicara kepada kakak perempuannya—Grace. Dan hal itu membuat Korvin sedikit sakit, rasa rindunya semakin membuncah. Dia ingin memeluk tubuh kakaknya. Dia ingin bercerita bagaimana dia tak bisa memanggang roti dengan benar, bagaimana dia tak bisa membuat telur setengah matang dengan benar. Semua yang dia lakukan menjadi berantakan tanpa ada kakaknya di sini sekarang. Tapi, dia tak ingin kalau sampai kakaknya sedih. Dia harus berusaha untuk tetap tegar, tampak bahagia. Seperti apa yang dikatakan oleh Sean. Kaki tangan dari Nicholas Kyle menakankan kepadanya. Untuk jangan bersedih, agar Grace tidak ikut bersedih karenanya. "Ini bukan berarti jika aku benar-benar merindukanmu. Kau tahu, aku hanya sedikit merasa kehilangan tikus kecil sepertimu. Grace, aku di sini baik-baik saja. Aku tidur dengan baik, makan dengan baik, dan kuliahku juga baik. Kau tahu, aku bahkan sudah mendapatkan pekerjaan baru. Aku bekerja di sebuah perusahaan bertaraf internasional dan kemungkinan besar aku bisa menjadi karyawan tetap. Tentu, pekerjaanku sekarang masih belum seberapa. Tapi ketahuilah, aku akan menjemputmu ketika aku sudah benar-benar mapan. Agar kau tak lagi harus bekerja di rumah orang lain," Korvin kembali tersenyum. Air matanya ingin menetes di pipi karena bagaimana derita hidupnya saat ini. Namun dia tak mau mengatakan itu kepada Grace. Dia tak mau kalau sampai Grace bersedih. "Tidak ada kamu rumah jadi sangat nyaman. Karena kau selalu menjadi pengganggu tidurku, satu-satunya wanita paling menyebalkan di dunia. Oh ya, Leon sering berkunjung. Dia juga sering membawakanku roti gandum dan beberapa keperluan lainnya. Kau tahu, dia sangat berusaha keras untuk mendapatkan hatiku. Tapi aku tidak peduli tentang itu," Korvin menghirup napasnya dalam-dalam kemudian dia memandang kamera itu lagi. "Grace, aku harus pergi bekerja. Bosku sudah menungguku. Bekerjalah dengan keras agar kau mendapatkan banyak uang. Perawan tua sepertimu yang enggan menikah akan lebih baik punya banyak uang. Bukankah seperti itu? Aku merindukanmu, kau tahu. Dan aku berharap jika suatu saat kita akan segera bertemu. Melihatmu untuk sekarang adalah hal yang sangat kurindu. Kau jangan lupa untuk terus makan, dan jangan malas Nona Hester! Jangan mempermalukan keluarga Hester!" ancam Korvin. Dia langsung menutup rekamannya, kemudian dia memasnag senyum kaku kepada Sean.

"Apakah Grace akan melihat vidioku itu, Tuan?" tanya Korvin pada akhirnya. Sean tampak mengangguk, rahangnya mengeras melihat Korvin. Ada banyak hal pedih yang berusaha anak muda ini tutupi agar saudara perempuannya bisa tetap bahagia di sana dan tak merasa sedih. Sebuah hal yang membuat Sean agaknya tersenyuh.

"Ini," kata Sean, memberi sebuah amplop cokelat kepada Korvin.

"Apa ini, Tuan?"

"Itu adalah gaji Nona Hester yang dia titipkan kepadaku. Dan ini adalah dari Tuah Nicholas yang diberikan langsung untukmu. Fokuslah kuliah dan berhenti bekerja di tempat orang yang tak menghargaimu. Sebab jika Nona Hester tahu dia pasti akan sangat sedih. Kau…," kata Sean terhenti, melihat pakaian lusuh milik Korvin yang dia yakin jika pemuda itu sengaja tak membeli beberapa potong pakaian baru karena kondisi ekonominya sekarang. "Belilah beberapa potong pakaian, perbaiki penampilanmu. Agar kau terlihat layak menjadi seorang Tuan Muda Hester yang terhormat. Nantinya setiap bulan aku akan mengirimu uang, dan maaf jika agar kau tak tampak menyedihkan seperti ini. lagi pula kurasa gaji kakak perempuanmu bukankah kemarin lebih dari cukup untuk kau menikmati hidup sebagai seorang mahasiswa yang tak harus bekerja, Tuan Muda Hester?"

"Maaf, Tuan. Bukannya aku tak mau, hanya saja. Bagiku uang Grace adalah tetap menjadi uang Grace, aku tidak akan pernah mengambil sepersepun untuk itu. Kau tahu, Tuan. Aku adalah saudara laki-lakinya, yang saat dia menikah kelak aku akan menggantikan posisi Ayah. Aku tak mau memberinya beban, dan bingung untuk mencari uang saat pernikahan. Aku ingin membeli rumah atau apartemen untuknya, dan beberapa keperluannya setelah menikah. Agar setelah dia menikah kelak, dia tak harus bergantung kepada suaminya. Dia masih memiliki simpanan untuk bisa hidup dengan tenang dan bahagia.

Sean kembali tersanjung dengan ucapan dari Korvin, kemudian dia mengangguk paham. Dia tampak tersenyum simpul setelahnya.

"Kau juga bisa membeli kendaraan sendiri, Tuan Muda Hester. Karena terus berjalan seperti ini untuk sampai ke tempatmu kuliah kurasa butuh waktu sangat lama."

"Aku bisa naik bus, Tuan. Percayalah. Aku tak boleh boros, aku harus berhemat karena itu."

Sena lagi-lagi terkekeh. "Baiklah, apa pun itu alasanmu. Kuharap kau bisa menerima semua ini."

"Tapi, aku tak bekerja, kenapa aku juga mendapatkan uang dari Tuan Kyle, Tuan?"

"Karena kamu sanggup berpisah dengan Nona Hester adalah pekerjaan untukmu. Dia merasa bersalah itu sebabnya dia memberi imbalan. Jadi terimalah, karena jika tidak uang itu akan dibuang oleh Tuan Kyle."

"Baiklah Tuan, aku akan mengambilnya. Sekali lagi terimakasih!"

"Oke, aku akan pergi dulu. Kau harus jaga diri baik-baik Tuan Hester," kata Sean pada akhirnya. Dia langsung masuk ke dalam sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam kemudian melesat pergi. Sementara Korvin yang sudah tidak bisa menahan air matanya, tampak menangis tersedu-sedu. Dia terduduk sambil memeluk uang yang ada di amplop cokelat itu.

"Ya Tuha, terimakasih. Ini yang dinamakan berkah. Grace, terimakasih, kau benar-benar sebuah berkah buat keluarga kita!"

Korvin langsung bergegas kembali ke restoran, dia ingin berniat untuk mengundurkan diri setelah mengantarkan pesanan pertama dan terakhirnya itu. Setelah dia menadapatkan izin, dia langsung bergegas mengantar pesanannya kemudian pulang.

Lagi, Korvin tak menyangka jika hidupnya mungkin akan segera berubah. Dia tidak lagi direndahkan oleh Margareth, atu pun dimarahi oleh Bob karena telah telat membayar kontrakan. Dia harus membeli hunian baru agar saat Grace datang nanti, mereka sudah mempunyai rumah yang baru yang nyaman dan aman.

"Hay, Korvy, apa kau ada di rumah! Aku membawakan susu segar dan roti untukmu!" teriak Leon.

Korvin langsung keluar, kemudian dia menarik tubuh Leon ke dalam rumahnya. Wajahnya berseri-seri, kontras dengan biasanya.

"Kau tahu, Leon, Grace telah menberiku sejumlah uang, dan Tuan Kyle juga. Nanti temani aku untuk membeli sebuah rumah baru. Agar aku dan Grace tidak mengontrak lagi!" pekik Korvin semangat.

Leon tampak diam sejenak kemudian dia tersenyum bahagia mendengar hal itu. "Apa kau serius, Korvy? kau akan membeli rumah? Memangnya berapa banyak uang yang diberikan oleh Tuan Kyle sampai kau mampu memberi sebuah rumah?" tanya Leon penasaran.

"Aku tak tahu, tapi jumlahnya benar-benar tak terhingga. Dan aku harus membeli sebuah rumah agar uangnya tidak habis sia-sia."


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C19
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen