App herunterladen
29.41% The Loneliest CEO / Chapter 4: Cemburu Menguras Dompet

Kapitel 4: Cemburu Menguras Dompet

Hari itu saat hujan turun dengan derasnya. Grando memayungi Vita yang sedang jalan sambil melamun, setelah itu ia memakaikan Vita jas kerjanya, karena Vita terlihat basah dan kedinginan. Vita masih terkejut dengan perilaku Grando yang sangat manis padanya. Kemudian Grando membawa Vita ke sebuah restoran untuk berteduh sementara. Grando memesankannya minuman hangat untuk Vita. Tetapi Vita memandang Grando dengan sinis, karena Vita yakin Grando hanya berpura – pura baik padanya karena takut ia akan segera resign.

"Tenang saja, aku tidak akan resign jadi bapak gak perlu sampai mentraktir ku". Ucap Vita.

"Jadi kamu masih marah ya, aku beneran mau minta maaf lho, lagi pula aku kan ada hutang". Kata Grando.

"Oh,, iya.. udah lama banget tuh hutangnya, klo hutang di bank pasti ada bunganya". Vita sambil menatap licik.

"Tenang, aku bayar beserta bunganya" Kata Grando.

"Sebulan sekali bos harus traktir aku ya". Pinta Vita.

"Siap, yang penting jangan marah lagi ya?"Kata Grando.

Kemudian Vita tersenyum dengan manis. Tetapi Grando jadi merasa canggung melihat Vita yang tersenyum manis padanya.

"Maksudnya Nanti siapa yang ngurusin klien kalau kamu nggak mood kerja". Kata Grando.

"Iya ,, iya,,Aku mengerti kok bos" Sambung Vita.

Di dalam hati, Vita berkata : "Sudah kuduga, dia ada mau nya gaes, awas kau ya, tunggu pembalasanku".

Tanpa sepengetahuan Vita dan Grando, di meja lain ada Dewi Bulan yang kembali menjelma sebagai wanita muda yang cantik dan Dewa langit yang merasuk di tubuh Baskoro. Mereka sedang mengamati Vita dan Grando dari kejauhan.

"Apa kau menghadirkan cinta untuknya?". Tanya Dewi Bulan.

"Sudah ratusan tahun aku menyiksanya, sekali – sekali aku ingin memberinya hadiah". Jawab Dewa Langit sambil meneguk kopi di cangkirnya.

"Tapi bukannya Dewa Langit selalu berpihak pada raja, semua dewa mengatakan bahwa raja adalah utusan dewa". Dewi bulan sambil menatap Dewa Langit yang berada di tubuh Baskoro.

"Siapa bilang aku akan berpihak pada Mahawira? Aku hanya memberikannya sedikit hadiah". Tegas Dewa Langit.

"Mungkin akan menjadi sulit baginya untuk mati dengan tenang sekarang". Kata Dewi Bulan.

"Itulah takdir yang aku berikan untuknya sebagai hukuman, ia hidup untuk mempersatukan cinta orang lain, bukan untuk dirinya sendiri.". Kata Dewa Langit.

Sementara itu Vita dan Grando mulai terlihat akrab. Mereka tertawa bersama dan bersulang. Grando mulai merasa ada yang spesial dari Vita. Namun ia berusaha menahannya karena ia hidup bukan untuk cinta. Ia hidup untuk menunggu agar bisa menebus dosa pada Rajanya.

"Apa – apaan ini, kenapa jantungku berdebar". Ucap Grando dalam hati.

Beberapa hari kemudian, Grando mengajak Vita untuk datang ke pernikahan kliennya. Pernikahan itu juga di atur oleh Biro Jodoh milik Grando. Grando dan Vita menemui kedua mempelai dan memberikan selamat. Kedua mempelai sangat berterima kasih atas hasil kerja keras tim biro jodoh PT Mencari Cinta Sejati yang berhasil mempersatukan cinta mereka. Melihat sepasang kekasih itu yang sangat berterima kasih pada Grando, Vita merasa penilaiannya selama ini telah salah pada Grando. "Ternyata dia punya sisi baik". Kata Vita dalam hati.

Rupanya pernikahan itu juga dihadiri oleh Lisa. Artis sinetron yang sedang naik daun itu. Lisa datang setelah Grando dan Vita hendak pulang. Saat berjalan di karpet merah dengan arah yang berlawanan, tidak sengaja Grando menatap Lisa dan melihat masa lalunya. Ia melihat Kerajaan Jawa di masa lalu Lisa. Tepatnya di pasar rakyat cangu. Grando menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Lisa.

"Bos, ayo. Kok berenti sih?". Tanya Vita.

"Vit, kamu tau gak itu siapa?". Tanya Grando sambil menunjuk kea rah Lisa.

"Loh,, itukan Lisa artis idolaku". Jawab Vita.

"Oh, sepertinya aku pernah melihatnya". Kata Grando.

"Yaiya lah,, dia kan artis pasti gambar wajahnya ada dimana – mana. Ayo cepat, lihat itu banyak wartawan, nanti kita bisa masuk infotainment kalau dekat - dekat". Tegas Vita.

Grando dan Vita meninggalkan acara pernikahan itu. Tetapi di dalam hati, Grando masih penasaran, siapakah Lisa dimasa lalunya. Apakah Lisa adalah bagian dari masa lalu Grando? Tetapi akhirnya Grando mengabaikannya. Bisa saja Lisa hanyalah pedagang di pasar cangu, atau mungkin ia seseorang bangsawan biasa yang sedang berkunjung kesana.

Ke esokan harinya, Agung mengajak Vita ketemuan setelah pulang kerja untuk membahas perjodohannya dengan Lisa. Setelah jam 5 sore, Vita langsung membereskan meja nya dan buru – buru keluar kantor. Grando mendatangi ruang kerja konsultan dan berpura – pura menanyakan update kinerja para konsultannya. Namun ia tersadar bahwa Vita sudah tidak ada diruangannya.

"Loh, anak baru ini pergi kemana?". Tanya Grando.

"Katanya dia mau ketemu klien nya". Kata Christian, pegawai yang duduk disebelah Vita.

"Klien? Siapa kliennya?". Tanya Grando lagi.

Kemudian salah seorang pegawainya menunjukan formulir registrasinya Agung yang ada di meja Vita. Grando membaca biodata Agung dan Lisa, tetapi kemudian ia tidak tertarik untuk membaca lebih dalam. Ia menaruh kembali formulir itu di meja Vita.

"Ok lah kalau begitu, kalau kalian sudah selesai segera pulang ya". Perintah Grando.

"Baik Pak ".

Vita dan Agung sudah bertemu disebuah cafe, kemudian Vita menjelaskan strategi agar Agung bisa PDKT dengan Lisa. Ia meminta Agung untuk mengirim bunga terlebih dahulu tanpa menyebutkan namanya. Cukup menulis alamat kantor Agung saja. Agung harus membuat Lisa penasaran dan mencari tau soal Agung. Agung menerima ide itu dengan baik. Vita meminta Agung melakukannya setiap hari. Setelah 1 minggu, Agung boleh melaporkan progress nya. Agung pun menyepakatinya.

Kemudian Agung bertanya seperti apa bosnya Vita, mengapa ia menyukai lukisan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati. Vita menjelaskan bahwa bos nya ingin menjadikan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati sebagai simbol cinta sejati. Dan bosnya ingin memasang lukisan itu di lobby kantornya.

"Benarkah? Setahuku kisah cinta Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati tidak berakhir Bahagia". Kata Agung.

Vita pun merasa penasaran mengenai kisah cinta Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati, lalu Agung menceritakannya bahwa dulu ada seorang mahapatih yang haus kekuasaan. Tanpa sepengetahuan raja, patih itu mengatur strategi perang dan menjadikan Putri Cendrawati sebagai persembahan. Raja tersiksa sepanjang hidupnya hingga meninggal dunia.

Mendengar cerita itu Vita langsung terbawa perasaan, ia meneteskan air matanya. Lalu ia bertanya pada Agung, mengapa Agung juga tertarik pada lukisan itu. Agung mengatakan bahwa yang menginginkan lukisan itu bukan dia, tetapi kakak laki – lakinya. Kakak laki – laki Agung adalah seorang sejarahwan. Kakaknya bernama Rudy, Rudy sangat mengidolakan Prabu Rumbaka, karena sang prabu adalah raja paling bijaksana dalam sejarah kerajaan jawa. Seluruh rakyat jawa merasakan keadilan dan ketentraman. Agung juga mengatakan bahwa kakaknya senang mengoleksi benda – benda pusaka kerajaan.

"Oh begitu ya gung, kakak kamu usia nya berapa kalau boleh tau?".

"Hampir 40 tahun". Jawab Agung.

"Wah gak beda jauh sama bos ku, pantesan se aliran,, hahhaa".

"Iya ya,, hahaha".

"Eh tapi kakak kamu gapapa lukisannya dikasiin ke bos ku?" Tanya Vita.

"Engga apa - apa, sebenarnya dia sudah ada lukisannya, cuma bukan yang terbaru aja".

"Oh gitu ya, yaudah kita balik yu". Ajak Vita.

"Eh ntar dulu Vit, gimana kalau kita ke pasar malam dekat sini, udah lama aku gak beli jajanan pasar". Ajak Agung.

"Aduh, pasti kamu gak ada teman ya, yaudah cuss".

Vita dan Agung pergi menuju pasar malam. Suasana pasar malam hari itu sangat ramai. Ada beberapa yang menjual jajanan pasar, pakaian dan ada juga wahana permainan anak – anak. Gemerlap cahaya lampu pun terlihat sangat indah. Sesampainya disana mereka membeli beberapa jajanan pasar. Vita dan Agung nampak sangat menikmati jajanan pasar malam ditengah keramaian. Di tempat lain Bambang merasa bosan, ia pergi ke rumah Grando dan mengajak Grando pergi ke pasar malam.

"Aduh, malas ah bam, pasti ramai, saya benci keramaian". Tegas Grando.

"Ayolah bos, pelisssss". Bambang memohon dengan muka memelas.

"Iyo,, iyoo,, nih kamu yang nyetir". Grando melempar kunci mobilnya.

"Asyiiikkk, jalan sama si bos". Bambang langsung ngacir.

"Apa bagusnya sih pasar malam, heran,,, kenapa anak itu senang banget". Grando menggerutu.

Sesampainya Grando dan Bambang di pasar malam, terdengar riuh suara para pengunjung, terdengar juga suara mereka bertepuk tangan. Bambang penasaran dengan apa yang terjadi, kemudian ia mengajak Grando untuk melihatnya. Ternyata disana ada pentas sulap. Bambang menarik tangan Grando untuk maju kedepan agar bisa melihat pertunjukan itu dengan jelas.

"Halahhh bam,, kerenan juga sulap ku". Kata Grando.

"Ini kan beda bos, saya bosan kalau lihat sulap Pak Bos".

"Apa katamu lah, whatever". Grando terlihat tidak tertarik.

Pesulap itu meminta seorang wanita untuk mendampinginya. Lalu ia mengatakan bahwa ia akan memilih satu diantara para penonton. Dan secara mengejutkan Vita terpilih untuk mendampingi si pesulap. Vita naik ke atas panggung yang berukuran kecil itu. Bambang terkejut melihat Vita maju dan mendekat ke si pesulap.

"Eh bos, itu bukannya itu Vita konsultan kita". Kata Bambang sambil menepuk Pundak Grando.

"Hah iya itu kan si anak baru itu, yang baik tapi kasar".

"Dia pergi sama siapa ya?". Tanya Bambang.

"Lho tadi katanya mau ketemu klien, kok malah main ke pasar malam". Ucap Grando.

Setelah pertunjukan sulap itu selesai, Vita turun dari panggung dan menemui Agung. Vita terlihat tertawa bersama Agung. Hal itu membuat Grando merasa tidak nyaman.

"Ayo bam!". Grando menarik tangan Bambang.

"Eh mau kemana bos?".

"Kita labrak itu si Vita".

"Eh,, jangan – jangan, kalau nanti dia marah terus resign gimana?". Kata Bambang.

"Aduhh,, kenapa saya tidak bisa berbuat apa – apa disaat saya dipermainkan begini". Grando ribut sendiri.

"Ehh,, ehem,, ada yang cemburu nih". Bisik Bambang.

"Cemburu apasih, tempeleng nih".

"Kabuuurrrr…".

Ke esokan harinya Grando meminta Vita untuk datang ke ruangannya. Ia menginterograsi Vita, ia menanyakan apa yang ia lakukan kemarin sehingga pulang lebih awal. Vita mengatakan bahwa ia bertemu dengan klien. Tetapi Grando mengatakan ia tidak percaya, Grando menuduh Vita telah asyik berpacaran di pasar malam.

"Hah pasar malam?.. oh itu, itu aku nemenin klien ku pak, dia namanya Agung. Agung itu yang membeli lukisan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati yang di pameran". Kata Vita.

"Oh begitu, kenapa anak muda itu tertarik dengan lukisan Raja Jawa dan Putri Sunda?". Tanya Grando.

Kemudian Vita menjelasan alasan Agung membeli lukisan itu. Lukisan itu bukan untuknya tetapi untuk kakaknya. Karena kakak nya adalah seorang sejarahwan.

"Eh, tunggu dulu, kamu bilang kamu merelakan cinta pertamamu demi lukisan itu?" Tanya Grando.

"Ya, Benar". Jawab Vita.

"Jadi si Agung itu cinta pertama mu?". Tanya Grando lagi

"Ya, Benar". Vita menjawab lagi.

"Hmmm,, sudah kuduga,, awas ya kalau sampai kau menggagalkan perjodohan klien". Tegas Grando.

"Iya,, iya,, gak akan".

Setelah Vita keluar dari ruangan CEO, Grando berpikir keras akan apa yang diceritakan oleh Vita. Karena kakaknya Agung menyukai benda – benda pusaka dan juga tertarik dengan lukisan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati, ia memiliki dugaan bahwa kakak Agung adalah reinkarnasi Prabu Rumbaka. Karena Prabu Rumbaka sangat menyukai lukisan Putri Cendrawati. Bahkan di masa pemerintahan Prabu Rumbaka, ia membuat ruang pribadinya dipenuhi oleh lukisan Putri Cendrawati.

"Okay, saya harus bisa menemui kakaknya Agung, untuk bisa memastikan bahwa dia adalah Prabu Rumbaka". Kata Grando.

Sementara itu Agung mulai mengirimkan bunga untuk Lisa. Namun Lisa tidak merasa penasaran sama sekali dengan si pengirim bunga. Ia meminta managernya untuk menyimpan bunga itu di flower room. Dan ternyata di dalam flower room itu sudah penuh dengan bunga. Lisa memang sudah terbiasa mendapatkan bunga. Setelah seminggu berlalu belum ada tanda – tanda telpon dari Lisa di kantor Agung. Agung mulai tidak sabar. Kemudian ia menelpon Vita dan meminta ketemuan untuk konsultasi. Agung mengajak Vita bertemu di sebuah cafe di dekat kantor Vita pada saat pulang kerja nanti. Tidak sengaja Grando menguping pembicaraan mereka.

"Eheeemmm,,, aduh gatal tenggorokan". Kata Grando.

"Bapak mau minum? Sebentar saya ambilkan". Kata Vita.

"Tidak perlu, saya mau minum kopi saja nanti pulang kerja". Grando sambil melirik licik.

"Bapak nguping ya?". Tanya Vita.

"Pokoknya saya mau ikut ketemu klien mu yang namanya Agung itu, saya ada perlu".

"Ta,, tapi pak?".

Grando meninggalkan ruangan konsultan tanpa menoleh sedikitpun. Vita menjadi sangat kesal dengan tingkah dingin Grando itu. Tetapi karena Agung adalah pengacara, Vita berpikir bahwa Grando memang sedang membutuhkan jasa pengacara, jadi ia maksa ingin bertemu dengan Agung. "Ah sudah lah". Vita sambil menghela nafasnya.

Hari sudah mulai gelap, Vita dan Grando sudah duduk di cafe sambil meminum kopi mereka masing – masing. Mereka menunggu Agung datang. Tidak lama kemudian Agung datang. Saat Agung membuka pintu cafe seolah waktu berjalan dengan lambat, semua gadis yang berada didalam cafe melihat ke arah Agung sambil tersenyum, tak terkecuali Vita. Ketampanan Agung memang tiada tanding, apalagi ia mengenakan jas kerjanya yang berwarna hitam dan juga mengenakan dasi. Bak setampan Kim Soo Hyun di drakor My Love from the Star. Grando heran melihat Vita yang tatapannya terlihat kosong. Lalu Grando menempatkan wajahnya tepat di depan muka Vita.

"Oh my GOD!!!". Vita menyingkirkan muka Grando.

Agung sudah duduk di hadapan Vita dan di samping Grando. Terdengar suara bisik – bisik para gadis yang memuji ketampanan Agung. Grando mulai gerah dan salah tingkah. Kemudian Agung memulai pembicaraannya. Ia menceritakan bahwa cara yang diberikan Vita belum mempan. Ia sama sekali belum menerima telepon dari Lisa. Kemudian Grando mengejek Vita yang tidak berhasil menjadi konsultan yang gercep. Grando berkata bahwa dia bisa membuat Agung bertemu dengan Lisa, tetapi Agung harus mempertemukan Grando dengan kakaknya. Agung bertanya – tanya kenapa Grando ingin bertemu dengan kakaknya, lalu Grando mengatakan bahwa ia ingin melihat koleksi benda – benda pusaka kakaknya.

Pertemuan itu pun membuahkan kesepakatan antara Grando dan Agung. Grando berjanji dalam waktu 1x24 jam dia akan membuat Lisa menelponnya. Kemudian Grando meminta kartu nama Agung.

"Sombong sekali dia". Bisik Vita.

"Kau lihat nanti ya, jadi konsultan biro jodoh itu harus gercep". Kata Grando.

"Terserah bapak lah". Kata Vita.

Setelah mereka semua keluar dari cafe, mereka pulang masing – masing. Grando langsung menuju ke lokasi syuting Lisa. Ia mengenakan kaca mata hitam dan membawa kotak hadiah yang berisi parfum. Ia menyelipkan kartu nama Agung di dalam kotak hadiah itu. Grando beraksi dengan cepat. Ia menarik tangan Lisa saat ia sedang sendirian, kemudian Grando memberikan kotak hadiah itu lalu pergi dengan cepat. Lisa penasaran siapakah yang memberikannya hadiah itu. Ia membuka isi kotak hadiahnya dan melihat kartu nama Agung. Kemudian Lisa tersenyum.

Setelah selesai syuting, Lisa pulang ke rumahnya. Saat ini dia sudah berada dikamarnya. Ia duduk diatas kasur sambil memegang kotak hadiah yang diberikan oleh Grando. Ia membuka kotaknya lalu mencoba menyemprotkan parfume itu ke bajunya dan merasakan harumnya. Lisa tersenyum karena ia menyukai hadiah itu. Kemudian Lisa mengambil telepon genggamnya dan menyimpan nomor Agung. Kemudian ia mengirim pesan ke Agung, "Terima kasih ya, aku suka perfume nya. Lisa". Agung terkejut menerima pesan dari Lisa. "Pak Grando emang hebat, pantas banyak yang pakai jasa biro jodohnya". Kata Agung. Kemudian Agung pun tertidur dengan senyuman.

Sementara itu Vita kesal karena Grando telah merebut perhatian kliennya. Ia terus menggerutu diatas tempat tidurnya, Alya berusaha menasihati Vita dan memintanya untuk bersabar. Namanya juga bos, terkadang bos memang bertingkah semau mereka. Begitu kata Alya. Akhirnya Vita pun menarik selimutnya dan memejamkan matanya. Alya mematikan lampu kamar mereka lalu tertidur.

Beberapa hari kemudian Agung dan Lisa membuat janji temu di sebuah cafe. Agung merasa senang tetapi ia juga merasa gugup. Agung sudah tiba di cafe lebih awal, lalu ia latihan menyapa Lisa.

"Hai Lisa, Saya Agung, apa kau ingat aku? Kita sudah pernah bertemu di pameran.. Ah kaku banget ya". Kata Agung yang sedang latihan menyapa Lisa.

Tidak lama kemudian Lisa datang menemui Agung, Agung menyambutnya dengan senyuman manis. Kemudian Lisa duduk di hadapan Agung. Mereka memulai pembicaraanya. Lisa mengatakan bahwa ia suka sekali dengan hadiah yang diberikan Agung. Tetapi saat Agung melihat mata Lisa, secara tiba – tiba Agung merasakan sesak di dadanya. Ia terlihat pucat dan terus memegang dadanya. Lisa menyadari hal itu, ia langsung menyanyakan apakah Agung baik – baik saja.

"Kamu kenapa gung? Kamu sakit?". Tanya Lisa.

"Nggak kok, nggak apa – apa". Jawab Agung.

"Tapi kamu pucat banget, aku antar kamu pulang ya, nanti supirku bisa ikutin dibelakang". Kata Lisa.

Agung menolaknya tetapi Lisa bersih keras untuk mengantar Agung. Akhirnya Agung menerima tawaran Lisa. Sepanjang perjalanan Agung terlihat lemas. Ia juga selalu memegang dadanya seolah sedang sesak tiada henti. Entah apa yang terjadi dengan Agung. Kencan yang sudah ia atur sedemikian rupa pun akhirnya harus dibatalkan.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C4
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen