App herunterladen
14.43% The Hidden Smile / Chapter 14: David #4

Kapitel 14: David #4

Untuk kedua kalinya Nadia terlibat masalah dengan gadis bernama Intan itu. Steven segera diusir pergi dari ruangan itu, dan ketika pemuda itu keluar, hampir seisi sekolah sudah ada di depan ruangan untuk melihat secara langsung apa yang terjadi dengan kedua gadis itu. Gosh, betapa hebatnya penyebaran informasi di sekolah ini.

Intan segera dibawa oleh teman-temannya ke UKS untuk mendapatkan pertolongan pertama. Untuk pertama kalinya sekolah itu ramai saat bukan jam istirahat. Nadia berdiri menghadap wali kelasnya yang terlihat frustrasi. Nadia tidak merasa bersalah sama sekali, tangannya tetap terkepal, dan wajahnya mengisyaratkan kemarahan yang sangat dalam.

"Kamu pshyco, hah?!" bentak pak David. Nadia hanya terdiam "Kamu bakal dikeluarin dari sekolah karena masalah ini." Kata pak David lemas lalu terduduk. Keduanya terdiam beberapa saat.

"Tadi mama saya datang ke sekolah." Kata Nadia tiba-tiba. Pak guru David terkejut dan menatap wajah Nadia. "Mama saya nggak pernah datang ke sekolah saya seumur hidup, karena saya dan kakak saya nggak pernah bikin masalah. Tapi kali ini, mama saya datang karena ada anak lain yang bikin masalah sama saya. Dia datang bukan untuk marahin anak itu, dia datang hanya untuk meluk saya dan nangis." Jelas Nadia dengan tatapan kosong.

Pak David bangkit berdiri dan masih menatap Nadia. "Tadi, mama datang ke sekolah? Mama nangis? Mama nangis kenapa? Trus mama bilang apa?" tanya David bertubi-tubi.

Nadia menatap guru di hadapannya dengan tatapan dingin, hingga David pun gemetar melihat tatapan Nadia. Dia nggak pernah ngasi tatapan kayak gitu ke siapapun. Tatapannya yang biasa aja udah bisa bikin orang takut sama dia, apalagi ini… Mama kenapa?

"Mama kenapa, Nadia?? Jawab!! " tanya David tak sabar. Nadia tersenyum, senyumnya menyeramkan. Senyumnya bisa membuat David lari ketakutan.

"Mama nangis, mama nanya aku mau pindah sekolah apa enggak. Kata mama, anak-anak lain nggak mo temenan sama aku karena aku jahat. Tapi aku tau alasan yang sebenarnya." Kata Nadia dengan tatapan yang kosong.

David juga mengerti alasan yang sebenarnya, kenapa mereka tidak ingin dekat dengan Nadia. Pantas saja Intan dianiaya…

"Aku jahat ya?" tanya Nadia tiba-tiba. "Kak, aku jahat ya?" tanyanya lagi. David menatapnya miris.

"Nggak sayang, kamu nggak jahat kok." David mendekatinya dan memeluknya. "Kamu nggak jahat. Nadia anak baik, kok." Katanya lagi sambil membelai rambut Nadia.

Nadia menggigil dalam pelukan David. "Tapi mama nangis karena aku, kak. Aku pasti jahat."

Alex berlari dari kelasnya langsung menuju ke ruang BK. Terlalu banyak orang yang menutup akses tempat itu, terlalu banyak orang yang ingin tahu dengan urusan yang tidak berhubungan dengan mereka, terlalu banyak orang yang akan semakin menyakiti Nadia. Pemuda itu melihat sedikit dari kaca ruang BK yang transparan, David yang sedang memeluk siswi bermasalah itu. Pantas saja semua orang semakin bersemangat membuka mata-lebar-lebar dan menikmati alur cerita ini. Ia lalu bersusah payah menembus kerumunan hingga dapat masuk ke dalam ruangan.

"Nggak sayang, kamu nggak jahat." Nadia mendorong David menjauh.

Nadia menatapnya tajam. "Aku jahat. Aku bikin mama nangis. Aku bikin mama kita nangis, kak! Gara-gara aku! Harusnya aku nggak ada. Harusnya aku…" Belum selesai kata-kata Nadia, Alex segera menariknya keluar dari ruangan itu, menembus kerumunan dan berlari ke tempat yang tidak bisa didatangi siapapun. Jangan sampe dia ngomongin hal yang bakal bikin lebih banyak masalah lagi.

Keduanya sampai di sasana tempat latihan karate di sekolah yang gelap dan luas. Alex segera mengunci pintu dan membiarkan mereka berdua sendirian di dalam.

Nadia masih terlihat seperti seorang psikopat dengan ekspresi wajah datar, tatapan kosong, dan tangannya tetap terkepal. Alex mendorongnya pelan mendekati samsak di depannya lalu menjauh. Nadia mulai menatap samsak itu dan mulai memukulinya. Dimulai dengan pukulan yang pelan, Nadia terus memukuli benda itu hingga sampai ke pukulannya yang paling keras.

Alex hanya berdiri memandanginya tanpa sepatah katapun. Hingga akhirnya pukulan-pukulan Nadia semakin keras dan diiringi dengan teriakan-teriakan keras yang kemudian berubah menjadi teriakan lemah, dan gadis itu pun jatuh terduduk. Tangannya tetap memukuli benda itu, namun sudah tidak ada tenaga yang tersisa.

Ia mulai menangis… Alex duduk membelakanginya dan membiarkan Nadia bersandar padanya. Tidak sepatah katapun terdengar, hanya sebuah tangisan lemah yang bergema. Tangisan marah, kecewa, menyesal, frustrasi, dan sakit hati, tangisan Nadia…


AUTORENGEDANKEN
Weird_Unicorn Weird_Unicorn

Like it? You may want to add this book to your library!

I tagged this book, so come and support me with a thumbs up, please!

If you have some idea about my story,

please be free to comment it and let me know.

Creation is hard, so cheer me up!

*ps: your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen