Zefan berjalan malas ke dalam kelasnya dengan mata yg sedikit terkantuk-kantuk dan sedikit membengkak membuat matanya yg sipit tambah tak terlihat. Ia tak peduli akan apa yg sedang terjadi di sekitarnya, yg ia inginkan saat ini adalah kembali lagi ke rumah dan tidur, sungguh ia kurang tidur semalam. Tapi apa daya ia masih teringat pesan wanita itu untuk tetap menuruti perkataan ayahnya yang menyuruhnya untuk sekolah.
BRRUUKKK
"Akkhhhhh, brengsek!!!!" Maki Zefan.
Ia memutar kepalanya dengan wajah penuh emosi dan mendapati kerumunan anak kurang kerjaan yg hanya terpesona oleh murid-murid baru sialan itu. Ia menyesal tak memperhatikan sekelilingnya dan berakhir bokongnya mencium lantai koridor sekolahnya.
Tap.. tap.. tap..
"Kau baik-baik saja?"
Sebuah suara membuat Zefan melirik sang pemilik suara itu.
'Jason Farrow' pikir Zefan.
Kemudian mukanya berubah datar sedatar-datarnya menatap dingin pria di depannya.
Zefan menatap sekelilingnya merasa terintimidasi terutama di tatap oleh saudara-saudara Jason di samping dan belakangnya.
"Brengsek," lagi-lagi kata laknat itu keluar, lalu Zefan bangkit dan berjalan kesal meninggalkan Jason dan saudaranya yang menatapnya dari belakang.
"Menarik," ucap Ray di samping Jason.
"Dia milikku, hyung!" Kesal Jason sambil berjalan santai.
-
"Hey Zefan Khan!!!!" Panggil wanita cantik di belakang Zefan.
"Ahh, Luna." lirih Zefan.
"Kenapa wajahmu?" Tanya Luna saat tahu ada yg aneh dari wajah sahabatnya ini selain dari wajah datarnya ia sadar jika matanya sedikit bengkak.
Hey, Luna sudah hampir 3 tahun bersama Zefan bagaimana ia tak tau akan sifat dan sedikit rahasia sahabatnya ini.
"Pagi ku sudah sial gara-gara si brengsek itu," dingin Zefan.
"Siapa?? Jason?? Pria tampan itu??"
Pertanyaan Luna membuat muka Zefan tambah datar dan wanita cantik itu segera mengkantupkan bibirnya sadar akan ucapannya.
"Ahh, maaf.. maaf.. tapi bukan itu yang ingin kutanyakan, tapi matamu terlihat sembab," ucap Luna cepat sebelum sahabatnya ini marah.
Zefan menghela nafas berat, mukanya berubah mengingat kejadian semalam yang membuatnya menangis dan tak bisa tidur.
"Bukan apa-apa,, kau sudah tau apa jawabannya dan jangan bertanya hal itu lagi,," jelas Zefan dan duduk di bangkunya.
Luna mengangguk paham, ia memang sudah tau apa yg terjadi jika Zefan seperti ini. Ia sedikit merasa kesal akan keluarganya ia yakin keluarganyalah yg membuat seorang Zefan Khan dingin sedingin es tapi ia juga tau bahwa sahabatnya ini baik melebihi temannya yg lain yg ia kenal.
"Jika kau butuh bantuan, ingat selalu ada aku di sini,, oke?" Ucap Luna dengan penuh empati.
"Kau terlalu berlebihan!!" Keluh Zefan sungguh ia bosan akan kelakuan Luna yg kelewat hiperprotective padanya. Tapi di sisi lain ia juga senang mempunyai sahabat yg perhatian sepertinya.
-
Pelajaran di mulai dan sudah dapat dilihat apa yg terjadi, Zefan tengah terkantuk-kantuk sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Luna yang melihat itu hanya meringis khawatir.
Percuma saja izin pada pelajaran ini, Jung-ssaem adalah guru biologi yang sangat mewajibkan mengikuti pelajarannya atau akan mendapat nilai nol satu semester.
"Zef, izin ke toilet saja," bisik Luna.
Zefan hanya diam tengah menimbang-nimbang usulan sahabatnya itu, tapi ia takut nilainya nol hanya karna tak mengikuti pelajarannya beberapa menit.
"Zef," bisik seokjin lagi.
"Ekhhemm, ada apa di sana?" Tanya Jung-ssaem yg mendengar bisik-bisik di bangku belakang.
"Ehh, anu pak, emm,"
"Saya izin ke toilet pak," potong Zefan.
"Keperluan apa?" Tanya Jung-ssaem.
"Apa saya harus membicarakannya di sini pak?" Jelas Zefan.
Jung-ssaem menatap Zefan mencari kebenarannya, tapi jujur saja sulit membaca ekspresi seseorang jika orang tersebut berwajah datar.
"Baiklah, saya kasih waktu 5 menit," ucap Jung-ssaem.
"Terima kasih pak," Zefan membungkuk sopan lalu pergi ke toilet.
-
"Benar-benar hari yg sial," lirih Zefan sambil memutar keran dan mulai membasuh mukanya.
"Kenapa?"
Sebuah suara reflek membuat Zefan terlonjak kaget untungnya Zefan tidak latah atau mengeluarkan kata-kata aneh.
Zefan menatap pria yang mengagetkannya tadi dengan datar.
"Brengsek!! Kau mengagetkanku!" Maki Zefan dengan suara pelan. Lagi-lagi umpatan itu keluar.
Pria di sampingnya ini hanya terkekeh gemas akan ekspresi Zefan saat kaget tadi.
"Hobi sekali kau muncul di hadapanku!" Kesalnya.
"Ini tempat umum Zefan-hyung,, apa aku tak boleh kemari?" Tanya pria itu.
"Bagaimana kau tau namaku?" Heran Zefan, sungguh yang ia tau hanya beberapa murid saja yang tau namanya bahkan teman sekelasnya pun terkadang lupa akan namanya.
"Aku Jason Farrow," ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya.
"Aku tak peduli, dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi pendek!!" Maki Zefan.
Zefan melangkah keluar toilet dengan rahang terkatup rapat. Entah kenapa Zefan selalu saja terbawa emosi jika melihat muka pemuda itu. Apa karna mukanya yg konyol? Atau sok angkuh? Atau ketampanannya? Yoongi tak tau yg penting ia benar-benar tak ingin melihat wajah Jason.
Sungguh Zefan selama ini menahan emosinya meledak tapi saat ia melihat Jason untuk yang pertama kalinya ia rasa sesuatu di dalam dirinya ingin keluar dan emosinya akan meledak kapan saja. Seolah pemuda itu adalah pemicu bom dalam diri Zefan.
'Ku yakin ada sesuatu yg di sembunyikannya, auranya membuatku tertarik, aku sangat ingin memilikinya, sangat cocok untuk rekrut baru,' batin Jason dengan senyum yg sulit untuk di artikan.
-
-
"Apa kau yakin?" Tanya Ray.
"Ya, aku sangat yakin hyung," jawab Jason.
"Kuharap dia adalah orang yang tepat Jason, ramalan itu, kita harus mengingatnya," jelas pemuda bernama asli Reizal sambil bersender di atap bangunan usang di tengah gemerlap kota Seoul.
"Ya, ramalan itu," lirih Ray.
"Isshh,, ramalan itu membuatku kacau!" kesal Jasob.
-
TBC.
(Masa Penggantian Nama Pemeran)