App herunterladen
3.55% The Darkest Side Human / Chapter 14: Tuduhan Tak Berdasar

Kapitel 14: Tuduhan Tak Berdasar

(Ryandra Lim)

Aku ingat kejadian setahun yang lalu. Kejadian dimana aku menyelamatkan Noah yang terkurung di gudang terbakar, saat itu aku baru tahu si bodoh ini menyimpan sebuah kekuatan unik. Aku dan Noah mengunjungi Clarissa, sepupuku di rumahnya. Karena dia meminta aku membantu tugasnya. Clarissa dan aku sekolah di akademi yang sama. Clarissa sama dengan aku dan Noah, dia seorang Spirit Magis. Aku bersama Noah datang ke rumahnya yang mewah.

Clarissa, dia gadis sombong dan angkuh, sifatnya juga sama dengan Paman Jay. Dia gadis muda berambut pendek sebahu, memiliki tatapan mata yang tajam dan jika tersenyum tidak mengenakan sama sekali. Noah sering bilang kalau aku dan Clarissa hampir sama saja sifatnya, sama-sama angkuh dan sombong. Aku tidak tahu kalau si bodoh itu memiliki pemikiran seperti itu tentang aku.

Noah dan Clarissa tidak memiliki hubungan baik, apa lagi Paman Jay yang tidak menyukai aku berteman dengan Noah. Pamanku aneh sekali, Paman Jay tidak menyukai aku berteman dengan Noah. Padahal orang tuaku tidak mempermasalahkan aku berteman dengan siapa saja. Aku menemani mereka berdua mengerjakan tugas di ruang belajar.

Clarissa anak yang pemalas, sepupuku itu lebih peduli dengan karirnya sebagai model dari pada melatih kekuatannya. Menganggap kekuatan seperti itu tidak berguna di dunia yang serba modern, terutama orang-orang biasa yang tidak akan menerima Spirit Magis. Noah, meski bodoh, tetapi si bodoh ini giat belajar.

Noah merebut formulir pendaftaran model yang sedang diisi Clarissa. Gadis itu yang memiliki temperamen, tidak terima.

"Kerjakan tugas kamu, itu belum selesai."

Clarissa menggebrak meja, membuatku melirik mereka berdua yang kembali bertengkar. "Mau kamu apa? Terserah aku, mau lakukan apa saja. Dari pada kamu, yang otak udang."

"Dari pada otak udang, yang sok cerdas, tapi malas," kata Noah menatap tajam Clarissa.

Tidak ada yang mau saling mengalah, aku hanya diam menyaksikan pertengkaran mereka. Menunggu momen tepat, jika sudah tak terkendali.

"Selesaikan dulu tugas kamu. Setelah itu, silahkan kamu mau lakukan apa."

Clarissa menunjuk Noah, mulutnya membuka dan menutup. Tidak tahu, ingin mengucapkan kata-kata kasar apa. Clarissa keluar dari ruang belajar, dengan wajah yang memerah.

"Kamu tidak usah ikut campur."

Gadis tempramental dan sikapnya yang kasar, selalu dimanja. Pasti Clarissa akan mengadu ke Paman Jay. Padahal dia sendiri salah. Aku yang sudah menyelesaikan tugasku, memilih ke dapur mengambil air minum. Tenggorokanku sangat kering sekali.

"Mau keman?" Noah bertanya.

"Aku haus."

Aku sudah sering berkunjung ke sini bersama Noah, tetapi karena Noah dan Clarissa memiliki hubungan permusuhan.

Aku mengambil segelas air dingin dan mengisi ke dalam gelas, sambil berjalan kembali ke ruang belajar. Aku melihat Clarissa dan Noah di ruang belajar dari balik jendela. Mereka saling menatap penuh permusuhan. Aku tidak lantas masuk ke dalam, ingin melihat apa yang akan terjadi di dalam sana.

Clarissa berjalan ke meja belajar dan entah membawa apa di balik tangannya yang tersembunyi di belakang, mendekati Noah yang sudah selesai mengerjakan tugas, membereskan buku-buku dan mengambil jaket yang tergantung di stok dinding. Tidak sadar Clarissa menaruh sesuatu di tas Noah. Gadis itu licik sekali. Sengaja membuat Noah seperti pencuri, padahal Clarissa sendiri yang berbuat ulah.

Noah tidak menyadari ada sebuah benda yang Clarissa masukkan ke dalam tas. Noah keluar dan berpapasan denganku yang masih berdiri di luar sambil membawa segelas air.

"Kamu mau pulang?" Aku bertanya.

"Ya. Aku sudah selesai, malas lama-lama di sini." Noah menatap sebal, melirik Clarissa di balik jendela yang sedang mendengarkan musik. "Kamu mau pulang tidak?"

"Aku ambil tas dulu."

"Ya sudah, aku tunggu di luar. Malas kalau ada di sini. Kamu sama dia sama saja, tapi untungnya kamu tidak mirip dengan dia."

Memuji atau menghina. Aneh.

Aku tidak menghiraukannya dan kembali masuk, membereskan barang-barang ku.

"Kamu sudah mau pulang? Lalu, tugas aku bagaimana?" Clarissa merengek, padahal aku dan dia memiliki umur yang sama, hanya aku lima bulan lebih tua. Tapi aku tetap tidak suka dengan sikapnya.

"Kenapa tadi tidak mengerjakan bersama? Kamu malah sibuk dengan formulir pendaftaran model. Sudah diingatkan Noah. Itu salah kamu sendiri." Kataku menegur gadis itu dengan tenang. Meski yang aku tahu, Clarissa gadis yang tidak suka jika ditegur. Padahal dia memang salah.

Lihat. Dia mendengus dan keluar begitu saja, tidak terima jika ditegur. Selesai aku membereskan barang-barangku. Aku berjalan di lorong menuju ruang depan. Aku mendengar keributan. Benar saja. Clarissa mengadu ke Paman Jay, karena benda kesayangannya hilang.

"Kalung emas bentuk kupu-kupu aku, hadiah dari ayah hilang. Kamu kan yang mencurinya?" Clarissa menuduh sembarangan.

Noah yang sedang memakai sepatu, tidak terima dituduh. Berdiri mensejajarkan dengan tinggi Clarissa. Menatap benci musuh di depan matanya.

"Aku tidak pernah mencuri barang-barang kamu. Jangan main asal tuduh."

"Aku tidak menuduh. Tapi memang faktanya, kamu benci aku dan kamu sengaja mencuri barang kesayangan aku." Clarissa masih bersikukuh menuduh Noah dan terjadilah saling tarik-menarik tasnya Noah. "Pasti ada di tas kamu."

"KAMU JANGAN TUDUH AKU SEMBARANGAN." Tidak terima, Noah mendorong Clarissa hingga jatuh.

Gadis itu mengadu kesakitan, memegang sikunya. Mungkin pura-pura kesakitan. Aku tahu bakatnya yang pintar akting.

"BERANI-BERANINYA KAMU MENYAKITI PUTRI SAYA!"

Oh tidak. Paman Jay menghampiri Noah dan menampar keras wajah Noah, Tante Selena membantu Clarissa berdiri.

"Ada apa ini sebenarnya?" Tante Selena yang memiliki sifat lembut, bertanya baik-baik.

"Ayah. Laki-laki bodoh ini sudah mencuri kalung aku, sekarang dia malah dorong aku."

Pintar sekali gadis itu membuat drama. Sayangnya aku melihat kejadian itu, Clarissa sengaja mendorong dirinya sendiri sampai jatuh, padahal Noah tidak sama sekali mendorongnya.

Aku tahu, saat ini Noah sepertinya menggerutu, mengutuk keras sikap Clarissa yang sudah kelewatan.

Paman Jay mengambil paksa tas ransel Noah, membongkarnya hingga isi di dalam tas berserakan di lantai. Aku melihat sesuatu berkilau di balik tumpukkan buku. Kalung emas dengan bandul kupu-kupu.

Mati sudah. Noah akan dipersalahkan atas tuduhan yang tak berdasar.

Paman Jay mengambil kalung emas itu dan menunjuknya di depan wajah Noah, dengan raut wajah marah. "Ini apa buktinya? Kamu berani mencuri di rumah saya. Sebaiknya kamu jangan harap pulang."

"Jay, kita bisa selesaikan masalah ini baik-baik. Mungkin ada kesalahan pahaman."

"Kenapa Mama bela dia? Dia sudah mencuri barang Cla." Clarissa tidak terima dengan Tante Selena yang membela Noah.

"Jelas-jelas dia mencuri. Buat apa kamu bela dia? Aku sudah menghubungi paman dan bibinya, biar tahu rasa. Sekalian lapor ke polisi."

Aku tidak tahan melihat Noah tersudutkan seperti itu, aku yang masih peduli pada si bodoh.

"Noah sama sekali tidak mencuri, Paman." Aku ikut memberi suara pembelaan.

Dua lawan dua. Aku dan Tante Selena membela Noah, sedangkan Paman Jay dan Clarissa menuduhnya sembarangan. Aku sekalian saja membongkar kebobrokan Clarissa di depan orang tuanya dan melihat, apa tanggapan mereka sebagai orang tua yang gagal mendidik anak.

"Noah hanya menegur Clarissa yang tidak menyelesaikan tugasnya, malah sibuk dengan pendaftaran modeling. Tentunya Clarissa tidak terima dan aku melihatnya, dia menaruh sesuatu di tas Noah." Jawabku lantang.

Clarissa dengan wajah yang memerah, mengobarkan api permusuhan padaku. Biarkan saja.

"Dan jelas, dia mulai menuduh yang tidak-tidak, hanya karena hal sepele. Dia mau jadi apa kalau sikapnya seperti itu terus."

"Clarissa, lihat perbuatan buruk kamu. Kamu malah menuduh orang sembarangan. Mama tidak pernah mengajari hal buruk padamu." Tante Selena marah besar dan menegur Clarissa yang terduduk di sofa. Tidak memandang sedikit pun wajah Tante Selena.

"Kamu jangan marah-marah ke Clarissa. Dia salah, tapi anak ini juga yang sudah membuat Clarissa kesal." Paman Jay membela Clarissa yang sebenarnya memang salah.

"Clarissa putriku juga. Aku berhak mendidiknya dengan baik, tidak di benarkan perilaku buruknya itu."

Paman Jay dan Tante Selena bertengkar. Tontonan apa lagi ini? Bertengkar di depan anak-anak, dua orang dewasa ini sama-sama bodoh.

"MAMA TIDAK BERHAK MENGATUR AKU!" Clarissa berteriak keras di hadapan Tante Selena, dengan wajah yang memerah, menahan marah.

"Clarissa, kamu sopan sedikit sama mama Selena."

"UNTUK APA AKU SOPAN SAMA ORANG YANG BUKAN IBU KANDUNGKU! Urus saja anak Mama yang sakit itu."

Tante Selena membekap mulutnya, menahan keterkejutan yang di lontarkan Clarissa. Sedangkan gadis itu pergi ke kamar begitu saja dengan sejuta pertanyaan dikepalaku. Aku tidak tahu apa maksudnya. Memang Tante Selena bukanlah ibu kandungnya Clarissa, hanya ibu sambung dan aku tidak salah dengar, Tante Selena punya anak lain.

Sebenarnya ada apa ini? Baik Paman Jay dan Tante Selena tidak memberi tahu aku soal saudara tirinya Clarissa di keluarga mereka.

"Sepertinya urusan keluarga kalian semakin rumit. Jadi, Noah tidak bersalah dan semua masalah beres. Paman Jay, Tante Selena, kami pamit pulang."

Aku dan Noah berpamitan pada mereka. Paman Jay bahkan menatap benci Noah, Paman Jay tidak suka pada Noah yang menjadi biang keributan. Padahal semua ini bukan salah Noah, putrinya sendiri yang membuat masalah.

Aku masuk ke dalam mobil, disusul Noah yang duduk di kursi samping. Tatapan mata si bodoh itu terlihat aneh sejak mengetahui Clarissa bukan anak kandung Tante Selena.

"Aku mengerti sekarang, kenapa sikap Clarissa seperti itu. Kehilangan sosok ibu kandung sangat menyakitkan sekali."

Si bodoh ini ternyata terbawa perasaan. Aku terlebih dahulu mengantar Noah pulang ke rumah. Si bodoh ini sepanjang jalan hanya diam saja. Terlalu terbawa perasaan, padahal Noah laki-laki. Terlalu sentimentil. Aku tidak terlalu memperdulikannya.

Mobilku berhenti di pagar rumah besar milik keluarga Chandra. Paman dan Tantenya Noah padahal kaya, kenapa Noah hidupnya miskin sekali, ditambah paman dan tantenya yang kejam. Noah keluar dari mobil, di sambut paman dan tantenya yang berwajah masam. Sepertinya Noah tidak akan baik-baik saja.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen