Noah panik, dan tumpah ruah air mata bocah laki-laki, ikut menangis bersama Mia. Mia kecil memegang lututnya yang lecet dan berdarah. Mereka berdua sama-sama menangis. Bocah laki-laki penakut yang juga cengeng.
Puas memandang dan mengenang masa kecilnya yang lucu bersama gadis itu, mendaki tumpukan batu-batu. Noah melanjutkan perjalanannya, memasuki daerah perkampungan kumuh, sebuah desa kecil yang terasa begitu familiar. Kakinya terus melangkah di antara rumah-rumah di desa kumuh. Rumah-rumah penduduk desa yang begitu sederhana sekali, rumah yang di buat dari kayu yang mulai lapuk dan atap tertutupi genting-genting berwarna pudar. Ada satu rumah yang memilih berdiri di tanah kosong, jauh dari rumah-rumah penduduk desa yang Noah lewati.
Rumah mungil ini, ada pagar kecil mengitari halaman rumah. Noah melangkah memasuki halaman rumah, sampai di pintu dan mengetuk. Tidak ada sahutan atau seseorang yang membukakan pintu. Sepertinya pemilik rumah ini sedang tidak ada di rumah.
Chapter asli belum update.