App herunterladen
57.69% Tetanggaku Yang Seram / Chapter 45: Wanita Bodoh

Kapitel 45: Wanita Bodoh

Alice menghentikan langkah kakinya saat ada seseorang yang memanggil namanya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Alice pada Caroline.

Gadis itu tersenyum ramah lalu berjalan mendekati Alice.

"Alice, kau mau ke mana?" tanya Caroline.

"Bukan urusanmu!" sahut Alice dengan ketus.

"Alice, kenapa kamu masih kaku saja sih? Mau sampai kapan kamu akan  menjauhiku?" Caroline menarik tangan Alice.

"Ayo kita bicara sebentar saja, Alice," rengek Caroline.

"Mau sampai kapan kita akan terus bermusuhan? Mau sampai kapan pula kamu akan terus membenciku, Alice?"

Alice berusaha untuk menolaknya namun Caroline kembali mendekatinya dan terus merengek, hingga Alice tak bisa menolaknya lagi. Dan terpaksa dia mau memberi kesempatan pada Caroline.

"Baiklah, kita mengobrol di sana!" Alice menunjuk sebuah restoran sederhana.

Kemudian kedua wanita yang dulunya pernah bersahabat baik itu mengobrol di tempat itu.

"Kita duduk si sini saja," ujar Alice sseraya menarik sebuah bangku.

"Baiklah, kamu mau pesan apa, Alice? Biar aku yang mentraktirmu," ujar Caroline.

"Tidak perlu, aku punya uang sendiri!" sengut Alice.

'Ih sombong sekali,' bicara Caroline di dalam hati.  Kemudian wanita itu memasang senyuman palsu.

"Baiklah, aku menghargai keputusanmu, Alice. Asal kau mau duduk dan mengobrol bersamaku saja, aku sudah bahagia," ucap Caroline dengan senyum bahagia, tentu saja semua itu hanya ekspresi palsu saja.

Alice juga menarik sedikit sudut bibirnya menggambarkan sebuah senyuman samar bercampur sinis.

Kemudian keadaan sedikit tenang, dan Caroline mulai berbasa-basi.

"Alice, bagaimana kabarmu?"

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja," jawab Alice.

"Ah ... syukurlah ... setidaknya aku sekarang dapat bernapas dengan lega. Karena kudengar dari Carlos, jika kamu baru saja mengalami hal buruk. Dan wanita yang bernama Sea itu benar-benar sangat menyeramkan, ya?"

"Ah tolong jangan sebut nama itu lagi!" bentak Alice.

"Maaf, Alice ... aku hanya merasa kasihan saja kepadamu. Tapi setidaknya aku lega melihatmu kembali lagi dan bisa mengobrol seperti ini, aku harap hal buruk tidak akan menimpamu lagi. Karena kamu itu orang baik," pungkas Caroline seraya menyentuh tangan Alice.

"Terima kasih," ucap Alice pada Caroline. Namun pandangannya masih terlihat kaku.

Memang butuh waktu untuk membuat keadaan kembali seperti semula.

Meski berusaha untuk mengikhlaskan semuanya, tetap saja ... ada hal yang membuat hati Alice masih terasa mengganjal dan kesal.

"Alice, aku tidak bosan untuk mengatakan hal ini, aku minta maaf ya untuk kesalahan yang kubuat dulu," ujar Caroline.

"Iya, aku sudah memaafkanmu kok," jawab Alice seraya menyesap minuman yang ada di hadapannya.

"Terima kasih. Dan kalau boleh aku bertanya, apa kamu masih menginginkan Carlos kembali kepadamu?" tanya Caroline.

Alice tersenyum sinis seraya menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Aku sudah tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan pria itu," jawab Alice.

"Baguslah. Aku rasa itu jauh lebih baik!" ujar Caroline.

Alice menengok sesaat. "Kamu pasti senang mendengarnya, 'kan?" tanya Alice.

"Ya ... tentu saja. Karena aku peduli denganmu, Alice."

"Maksudnya?"

"Ah, begini. Aku tahu, Carlos masih mencintaimu. Tapi dia tidak bisa melepaskanku. Dia itu hanya pria yang serakah. Dia tergila-gila kepadaku, tetapi dia tidak ingin melepaskanmu," pungkas Caroline.

Alice kembali tersenyum sinis. "Sungguh. Aku tidak begitu paham dengan maksudmu itu, tapi aku tidak peduli juga sih ...." Pungkas Alice.

"Begini Alice, biar aku jelaskan,"

"Eh, tidak perlu!"

"Tidak apa-apa biar aku jelaskan! Kamu harus tahu, Alice!"

"Ah, yasudah kalau tetap memaksa...." Ujar Alice yang tampak pasrah.

Caroline tersenyum licik dan berusaha mempersiapkan diri untuk berakting di depan Alice.

"Alice, sejujurnya Carlos itu pria yang sangat serakah. Dia ingin mendaptkanmu lagi, tapi saat aku ingin pergi meninggalkannya ... dia tidak mengizinkanku." Kini air mata Caroline mulai berderai.

Dia juga memiliki kemampuan berakting selain modeling.

"Aku juga tidak bisa melepaskan Carlos begitu saja, Alice. Sekarang aku mulai terperangkap dalam dekapnya. Dan aku tidak peduli lagi meski dia akan menduakanku dengan kembali kepadamu. Yang penting aku tetap ada bersamanya,"

"Sebesar itu perasaanmu?"

"Iya! Aku sangat mencintai Carlos! Dan aku tahu jika suatu saat nanti dia akan berhenti mengejarmu! Karena dia sadar jika aku yang terbaik!" ucap Caroline dengan ekspresi menggebu-gebu.

"Haha! Kamu itu bodoh, ya?" cerca Alice.

"Aku tidak bodoh! Aku hanya ingin mengubah seorang pria Playboy menjadi pria yang setia!" sahut Caroline.

Alice pun menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Kalau begitu kejar dia dan jangan sampai lepas!" ucapnya seraya tersenyum setengah menghina.

"Kau mau kemana?" tanya Caroline yang melihat gerakan Alice.

"Aku akan pergi! Karena aku tidak mau terlalu lama dekat denganmu!" jawab Alice.

"Kenapa? Kamu cemburu, ya?" tanya Caroline.

"Cemburu?" Alice tersenyum tipis, "cih! Tidak sama sekali!" Kemudian badannya melenggang dan mulai melangkah. Caroline berusaha meraih tangan Alice.

"Tunggu!"

"Kenapa lagi?"

"Alice! Jujur kepadaku? Kau pasti senang ya, melihat Carlos mengejarmu lagi?"

"Tidak! Bahkan aku berharap dia mati saja! Tidak perlu hadir dalam hidupku lagi! Sayangnya dia masih peduli kepadaku dan malah menyusulku ke London!"

"Jangan senang dulu, Alice! Aku tadi sudah bilang, 'kan jika Carlos itu—"

"Cukup! Jangan menjelek-jelekkan Carlos! Bisa jadi ini hanya trikmu supaya aku menjauh dari Carlos, 'kan? Aku sudah mengenalmu sejak dulu! Dan aku yakin perminataan maafmu tadi hanya formalitas juga, 'kan?" sindir Alice. Seketika Caroline langsung terdiam dengan sorot mata yang kesal.

"Aku tidak habis pikir mengapa ada manusia seperti dirimu. Dan aku juga menyesal pernah menganggapmu sebagai orang yang paling berarti, hingga tak sadar jika kamu hanya seekor ular!" cerca Alice.

Caroline tak terima mendengar ucapan Alice, wanita itu pun mulai murka.

"Diam, Alice! Kau itu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, hah!?" bentak Caroline, dan tak sadar teriakannya membuat pengunjung lain melihat kearahnya.

Tetapi Alice masih terlihat santai.

"Sudah kubilang kau itu bukan manusia, tapi seekor ular! Apa kau tak terima dengan sebutan itu? Atau kau ingin aku memberikan julukan lainnya? Si Jalang, misalnya?" ledek Alice.

Caroline semakin sesak, dia mengangkat tangannya dan hendak menampar Alice. Namun Alice berhasil menangkis tamparan itu dengan tangannya.

"Baiklah, aku tidak boleh bersikap kasar. Sebenarnya aku ingin memberitahu sesuatu kepadamu, Alice!" ucap Caroline seraya tersenyum licik.

"Apa?"

"Ini," Caroline menujukkan ponsel di tangannya.

"Jadi semalam aku baru saja menghabiskan waktu bersama mantan suamimu itu. Dan aku sempat mengambil vidionya," tukas Caroline.

"Oh, aku kaget ... tapi aku tidak ingin melihatnya. Sungguh!" ucap Alice seraya menepis tangan Caroline, lalu dia pergi meninggalkan mantan sahabatnya itu.

"Tunggu!" teriak Caroline.

"Iya, ambil saja Carlos! Aku ikhlas kok!" sahut Alice.

To be continued


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C45
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen