"Bass," panggil Clarine. "Aku boleh memanggilmu Bass, bukan?" tanya Clarine.
"Iya, silakan," jawab Bass, masih dengan mode cueknya.
Clarine tersenyum, ia mendekat pada Bass, seperti hendak membisikkan sesuatu.
"Makan malam kali ini, sangat istimewa bagiku," ucap Clarine, dengan nada yang menggoda.
Namun sayang, dimata Bass Clarine terlihat bukan seperti menggoda, ia justru risih dengan sikap Clarine.
"Karena ada tamu istimewa malam ini," lanjut Clarine.
"Oh, ya? Siapa tamu istimewanya?" tanya Bass, sepertinya ia hanya berbasa-basi, tidak ingin terlalu mencueki Clarine, karena bagaimanapun kini dirinya sedang berada di rumah Clarine, sebagai tamu undangan makan malam.
"Kau."
***
Silau mentari pagi membangunkan tidur panjang Aaron. Aaron yang tidak sadarkan diri usai meminum beberapa gelas alkohol, dibawa oleh Bass ke rumahnya, untuk bermalam di sana. Aaron membuka matanya dan ia masih merasakan sakit pada kepala bagian belakang, juga tengkuknya.
Aaron perlahan mencoba beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu yang masih tertutup rapat.
Keadaan rumah itu sangat sepi. Aaron diam, mengenali sedang berada dimana dirinya kini. Setelah ia tahu kalau itu adalah rumah Bass, Aaron pun memaksakan dirinya untuk kuat, agar tidak merepotkan Bass.
"Aaron, sudah bangun?" Terdengar suara Gisel yang menyapanya.
"Oh, pagi Gisel …," balas Aaron menyapa Gisel. "Maaf Gisel, sudah merepotkanmu dan juga Bass," lanjutnya, masih memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"Aku sudah buatkan kau sup untuk pereda pengar. Pergi saja ke dapur untuk sarapan. Aku titip Kayla dan Kena juga sebentar, ya. Ada mau pergi ke minimarket sebentar. Popok Kayla habis," ujar Gisel.
"Bagaimana dengan Bass? Apa dia sudah bangun?" tanya Aaron.
"Kau bertanya Bass di saat hari sudah siang seperti ini?"
"Siang? Maksudmu?"
"Sekarang sudah jam dua siang, Aaron. Bass bukan lagi sudah berangkat kerja, tapi ia juga sudah makan siang di kantor. Tidurmu terlalu panjang. Sebenarnya kau tidur atau tutorial menjadi pasien koma?" jawab Gisel, dengan tawa kecilnya.
"ASTAGA! Kenapa kalian tidak membangunkanku?" tanya Aaron, kesal. Ia tidak memiliki niat untuk tidak bekerja. Namun jika saat ini ia pergi ke kantor, setibanya di sana ia juga akan kembali pulang karena hari sudah sore. Dan juga ia belum tentu bisa menyetir dengan baik, karena kondisinya saat ini masih belum sadar sepenuhnya akibat pengar.
Ting Tong …
Ting Tong …
Bel rumah Gisel berbunyi. Gisel pun segera menuju ke pintu utama rumahnya untuk melihat siapa yang berkunjung dan membunyikan bel.
Cklek
"Clarine?" sapa Gisel, cukup heran dan terkejut melihat Clarine ada di depan rumahnya.
"Hai Gisel … apa aku mengganggu istirahat siangmu?" tanya Clarine, menyapanya begitu ramah.
"Tidak sama sekali. Mari masuk, di dalam juga ada Aaron," ajak Gisel.
"Loh, Aaron belum pulang?" tanya Clarine lagi.
"Iya, belum. Ia bahkan baru saja bangun," jawab Gisel. "Itu dia."
"Hei, Aaron!" sapa Clarine, terlihat mudah sekali akrab dengan orang yang baru dikenal olehnya.
"Clarine … hai ...," balas Aaron menyapanya. Aaron terlihat salah tingkah karena penampilannya yang kacau usai mabuk dan tidur panjang.
"Bagaimana tidurmu? Sangat nyenyak pastinya, ya?" tanya Clarine.
"Iya jelas. Aku memimpikanmu, sehingga telat bangun dan tidak bekerja," jawab Aaron, berdalih.
"Telat bangun atau tidak ada niat bangun. Jam dua siang baru bangun," cicit Gisel menggerutu.
"Gisel … kau sama saja seperti Bass. Tidak pernah berpikiran positif terhadapku," balas Aaron menggerutu juga.
"Kau berpikir terlalu jauh, Aaron," sahut Gisel, kemudian ia berlalu ke dapur.
"Kau bukan sengaja bangun siang, kan? Ingin dekat dengan Gisel," bisik Clarine.
"Ini lagi … bisa-bisanya menuduh seperti itu. Gisel itu adik kelasku saat di sekolah dulu. Aku tidak mungkin menyukainya, apalagi dia adalah istri sahabatku," balas Aaron semakin menggerutu.
"Apanya yang tidak mungkin?" tanya Gisel, yang kembali dengan membawa minuman kaleng untuk Clarine. "Clarine, aku tinggal sebentar, ya. Aku titip anak-anakku. Untung saja kau datang, aku tidak yakin meninggalkan Kay dan Kean bersama Aaron," ujar Gisel meminta tolong.
"Tenang saja, Sel. Aku akan berada di sini menjaga anak-anakmu. Kau pergi saja, semua akan baik-baik saja," balas Clarine.
"Gisel hanya pergi ke minimarket saja, Clarine. Mengapa perpisahan kalian seolah Gisel akan pergi lama?" sahut Aaron menimpalinya.
Gisel tidak ingin menyahutinya lagi dan ia pun memilih berlalu, keluar dari rumahnya. Gisel pergi ke minimarket yang ada di seberang perumahan tempat tinggalnya. Ia pergi dengan mengendarai mobil, karena mereka tidak memiliki sepeda motor dan hanya memiliki dua mobil dan juga dua sepeda.
Sementara itu Clarine dan Aaron tetap berada di rumah Gisel, untuk menjaga kedua anak Gisel. Aaron yang masih merasa pusing pun segera memakan sup yang dimaksud oleh Gisel dan kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu rumah Gisel.
"Masih sakit kepalanya?" tanya Clarine, ia sama sekali tidak menaruh perhatian, benar-benar hanya sekadar bertany saja.
"Iya. Sakit sekali kepala bagian belakangku ini, rasanya mau pecah," jawab Aaron, melebih-lebihkan.
"Lain kali kalau tidak sanggup minum, jangan dipaksakan. Bisa saja kepalamu sakit karena tensimu tinggi."
"Aku bukan penderita darah tinggi," sela Aaron.
"Meski demikian, tapi kau baru saja minum alkohol dan salah satu efek sampingnya adalah tensi darahmu bisa naik," tutur Clarine menjelaskan.
"Hmmm, terserah padamu saja. Untung saja kau cantik. Jika tidak …."
"Jika tidak apa?"
"Tidak ada apa-apa," jawabnya tidak tahu harus melanjutkan apa. "Clarine, ngomong-ngomong … sejak kapan kau mulai akrab dengan Gisel? Sampai berkunjung ke rumahnya seperti ini?" tanya Aaron kemudian. Pria suka gosip itu pasti sedang mencari informasi untuk ia bagikan di kantor.
"Ya … aku dan Gisel memang sudah mulai akrab. Namanya juga tetangga, bukankah harus akrab? Apalagi suami kami juga berteman baik di kantor," jawab Clarine.
"Benar juga … eh tapi—"
"Banyak sekali tapimu," sela Clarine, sepertinya ia tidak ingin ditanya-tanya lagi oleh Aaron.
Cklek
Pintu rumah terbuka dan itu adalah Gisel, yang baru saja pulang dengan membawa kantong belanjaannya yang tidak begitu banyak.
"Anak-anakku tidak bangun?" tanya Gisel.
"Tidak, aman," jawab Clarine. "Mari aku bantu," ucap Clarine yang beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kantong belanjaan Gisel.
"Wah Clarine, ini tidak berat. Padahal aku bisa membawanya sendiri," ucap Gisel, kemudian mereka berjalan bersama menuju ke lantai dua rumahnya. Gisel pasti mengajak Clarine ke kamar Kayla dan Kean, karena Gisel baru saja membeli popok Kayla dan beberapa kebutuhan untuk anak-anaknya. Sementara itu mereka meninggalkan Aaron di ruang tamu sendirian.
"Dia memang baik. Tapi baiknya seperti tidak wajar. Apa dia sedang mencari perhatian Bass dan Gisel? Tapi untuk apa?"