App herunterladen
78% Terjebak di Dunia Albheit / Chapter 38: CH.38 Memaksa Diri

Kapitel 38: CH.38 Memaksa Diri

Melihat mereka bertarung belum terlalu lama dan terlalu jauh dampaknya kepada kedua belah pihak, aku langsung turun dan menemui raja Koshiyu dan ratu Kioku. Untung saja aku masih sempat menyelesaikan pertarungan tadi dengan cepat.

"Keena, kau datang. Bagaimana perang di sana?"

"Mereka berdua berhasil aku tangani, tidak perlu khawatir."

"Keena, jangan katakan kau melepaskan batasanmu? Iya kan? Sudahlah kembali saja ke benteng, kami akan tangani mereka berlima."

Tidak kusangka apa yang kulakukan saja bisa terbaca oleh ratu Kioku dengan mudahnya. Yah mau bagaimana lagi, memang terlihat dengan jelas dari seluruh seluk tubuhku bahwa aku memang melepas batasanku. Kalau tidak kenapa badanku terasa ringan dengan luka yang sangat minim sekali.

"Tidak apa, bagaimana pun perang ini juga perangku. Lagipula mereka berlima terlalu sulit bahkan ditangani oleh kita bertiga, apalagi kalau aku tidak ikut, bisa-bisa semakin terpojok kita nanti."

"Hah~ terserah dirimu deh. Koshiyu, Keena, ayo kita selesaikan ini."

Benar, dua dari tujuh sudah kuselesaikan. Dengan ini perang akan jadi lebih mudah karena mereka tidak sesempurna sebelumnya. Jujur kalau mereka bertujuh disatukan yang ada mereka tak akan pernah bisa dikalahkan. Kekuatan mereka benar-benar saling melengkapi.

"Sudah selesai? Tidak kusangka nona yang satu ini berhasil menghabisi Hiro dan Loreu. Ah kalo Loreu sih tidak usah dipedulikan, dia mati atau hidup kami juga tidak peduli."

"Kalian tidak usah memikirkan mereka, lawan kalian ada di depan mata kalian."

"Baiklah, baiklah. Sebelum itu aku perkenalkan kami semua sebelum kalian mati. Aku adalah ketua dari 7 Deadly Sins, Hikarino Sinclair. Mereka berempat adalah Maebure Leviathan, Sin Envy, Hasegawa Yotsuyu, Sin Wrath, hati-hati dengan dirinya kalau sudah mengamuk. Lalu ada Sin Greed Kisegara Hoshikawa, perempuan ganas juga, terakhir ada Brown Rick, Sin Gluttony yandg pernah menghabisi kau nona sekali."

"Kejadian yang sama tidak akan terulang lagi. Kalau kami tidak mengenalkan nama kami, kalian pasti juga sudah tahu siapa kami bukan. Lagipula tujuan kalian adalah kami, tidak ada yang lain. Tentu saja untuk balas dendam."

Jangan ditanya mereka tahu kami atau tidak, mereka sangat tahu dengan mendalam setiap gerak gerik kami karena setiap saat aku merasa ada yang mengawasi. Mereka memberi waktu, itulah kenapa perang dimulai saat kami semua sudah siap. Setidaknya mereka bermain dengan adil, tidak curang sebelum kami siap akan segalanya.

Entah apa alasan mereka melakukan itu, tetapi itu sudah memberikan setidaknya setengah kelegaan kepada kami. Kalau semuanya dilakukan dengan dadakan maka hanya akan ada kepanikan di antara kami dan kekalahan serta kematian akan menyertai kami.

"Kau cukup pintar nona. Baiklah ayo kita mulai ini, lagipula semuanya akan diselesaikan dengan pertarungan bukan? Leviathan, initiator, maju. Yotsuyu, maju."

"Dimengerti Sinclair."

Dengan majunya dua di antara mereka aku langsung mengeluarkan kedua bilang pedangku yang sudah dihiasi oleh darah segar dua dari 7 Deadly Sins itu. Kali ini aku akan membantai lebih lagi dengan dua bilang pedang pendek ini.

Kalau aku menggunakan pedang saja kurasa semuanya ini akan berjalan sangat lambat dan aku akan mencapai batasanku tanpa melakukan hal yang berarti. Mulai dari sekarang aku akan melakukan semua yang aku bisa lakukan.

"Biar aku dulu yang maju. SeReLease. Leeberika. [Noukiri]. [Rashio]. Eyain. Kawakein. Retriakari. Guast. Tarasuka. Rouisa."

Seluruh sihir yang aku ketahui sampai sihir baru aku kerahkan semua. Sebenarnya jika aku melakukan semua sihir ini aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan tubuhku. Namun aku sudah menetapkan pikiranku. Lagipula aku punya tubuh kedua yang tidak akan rusak dengan mudah. Karena itu aku akan melakukan semuanya walau harus benar-benar membebani tubuh ini sampai merasakan rasa sakit yang begitu mendalam.

"Keena! Apa yang kau lakukan!? Kenapa begitu memaksakan diri!?"

"Hehehe, tubuh ini kan tubuh pertamaku, aku masih punya tubuh kedua, tenang saja."

Walau rasa sakit itu tidak bisa diabaikan, aku tetap saja tersenyum dan langsung menghilang secepat kilat. Serangan-serangan kulancarkan dengan mereka sambil membuat diriku tetap sadar. Sulit buatku untuk menahan semuanya ini, tetapi bukan berarti tidak mungkin.

Namun siapa sangka bahwa semua usahaku untuk mengerahkan semua sihir itu dan menyerang bertubi-tubi itu tidaklah berarti. Semua seranganku digagalkan bahkan tanpa sedikit menggores tubuh lawanku.

"Hahahaha, kau sangat membuatku iri nona. Aku tidak sangka bahwa dirimu bisa mengerahkan begitu banyak sihir tanpa mempedulikan rasa sakitnya. Atau harus aku katakan kau menahan rasa sakitnya?"

"Tidak perlu banyak bicara, aku akan sumpal mulutmu itu dengan kedua bilah pedangku."

"Kalau begitu mari kutunjukkan kekuatanku juga. Dari kemarin aku hanya berdiam diri. Chain: Chophiakatu."

Begitu dia menggunakan sihirnya aku langsung bisa merasakan tekanan yang seimbang atau bahkan mungkin lebih tinggi dariku. Tidak mungkin, seharusnya sihir ini milikku sendiri, bagaimana dia bisa mengerahkan sihir yang sama? Bahkan semua sihir yang kukerahkan.

"Fuah~ leganya bisa meniru kekuatan orang lain. Tidakkah ini membuatmu senang melihat orang lain bisa menggunakan kemampuan dan sihirmu?"

"Tidak mungkin, bagaimana bisa!?"

"Inilah kemampuan milikku, bisa meniru sihir milik orang lain semauku."

Aku tidak menduga bahwa ada kemampuan semacam itu untuk menangani situasi semacam ini. Kalau begini aku memakai sihir-sihir ini pun percuma karena pastinya tidak akan berguna. Namun kalau tidak kugunakan juga sia-sia. Arghh, kenapa harus seperti ini?

"Hei, hei aku juga ingin ikut bertarung Leviathan, jangan ambil semuanya untukmu."

"Cih, padahal kau juga sudah terbiasa membunuh lebih banyak, ini mangsaku."

"Ketua yang mengatakan untuk aku juga ikut, jadi ini mangsaku juga. Daripada ribut tentang itu sebaiknya kita menyerangnya sekarang, ini menyenangkan."

"Terserah kau deh, ayo."

Sekejap saja kedua figur lawanku itu tidak tampak sama sekali dari hadapanku. Mengetahui itu pun aku langsung bersiaga untuk menerima serangan dari mana pun. Tidak kusangka kemampuan mereka sangat merepotkan bahkan untukku.

"Hahahah, atas!"

Mengetahui itu aku langsung melempar tubuhku ke arah kiri untuk menghindari serangan itu. Namun ternyata itu hanya serangan palsu, yang asli adalah ke arah ke mana aku menghindar yaitu serangan dari perempuan bernama Yotsuyu.

"Cih, dia berhasil menghindar lagi."

"Nona yang satu ini lumayan juga, menarik-menarik."

"Menarik apanya? Ini membuatku kesal, tidak kusangka seranganku bisa dihindari. Aku akan mengerahkan kemampuanku kalau begitu. Ignitize. Aeterlize."

Aura merah yang begitu tebal tiba-tiba melapisi bilah pedang perempuan itu. Spontan saja aku hendak bertahan supaya aku bisa menahan serangannya atau menghindar. Namun sebelum aku bisa bertindak banyak, aku terperangkap di sebuah lingkaran sihir api dan seluruh tangan dan kakiku terikat oleh rantai api yang begitu membara.

"Uaghh!! A-Apa ini!?"

"Hahaha, sekarang begitu dirimu terkekang aku akan mengalahkanmu. Inilah akhir bagimu gadis kecil. Aegis Precogiction."

Sihir yang bagus, tetapi dia lupa bahwa aku memiliki mantra sihir Toutore yaitu untuk berteleportasi. Namun aku sengaja menunggu dirinya untuk maju terlebih dahulu supaya aku bisa menyerangnya dadakan.

Begitu dia maju untuk menyerangku dan sudah dekat, aku langsung mengerahkan mantra sihir Touture ke atas dirinya. Namun entah kenapa dia bisa membaca seranganku dan kedua bilah pedang saling bertabrakan juga membuat suara desingan yang sangat kencang. Karena aku masih di atas udara, aku jadi terpental jauh akibat parry dari dirinya.

"Ughhh, yang seperti ini pun tidak bisa."

"Hahaha, kau ingin mengalahkan diriku, 30 tahun terlalu cepat."

Sebenarnya ucapan dirinya tidak salah, pengalaman bertarungku itu hanya 6 tahun lebih sedikit dan semua pertarunganku sebelumnya itu melawan monster bukan manusia asli. Lagipula kekuatan mereka itu tidak bisa dipahami seberapa.

"Keena, sebaiknya kita berdua membantumu. Ini sudah di luar kemampuanmu."

"Aku benci mengakuinya, tetapi memang benar ini hanya membuang energiku dan waktu yang ada. Baiklah ayo kita kalahkan mereka berlima."

"Begitu baru bagus. Kalau sebelumnya aku menggunakan kekuatan dewiku untuk melawan Lord V dengan beberapa efek samping, tidak dengan sekarang. Aku bisa mengerahkan kemampuan yang sama bahkan lebih tanpa perlu khawatir. Alo Limi Relaise."

Begitu ratu Kioku melepas batasannya untuk mengerahkan kekuatan dewi, tekanan yang tidak pernah kualami sebelumnya membuat seluruh tubuhku merinding karena besarnya perbedaan kekuatan antara diriku dan ratu Kioku. Untung saja ratu Kioku adalah kawan bukan lawan. Kalau saja lawan bisa-bisa aku dihabisi tidak ada dalam hitungan lima detik.

"Ini… INI DIA!! Setelah sekian lama aku menunggu, akhirnya aku bisa merasakan kekuatan yang menghabisi semuanya."

"Kalau begini seharusnya kita tahu apa yang harus kita lakukan. Hiro, Loreu, tidak perlu bersembunyi lagi, keluar sajalah."

Hah? Apa maksud ucapan orang bernama Rick itu? Bukankah Hiro Sin Lust dan Loreu Sin Sloth sudah kukalahkan? Lagipula seharusnya mereka sudah kupastikan tidak akan bangkit lagi setelah kubakar habis.

"Ugh padahal aku ingin bersembunyi dan tidur, kau selalu mengganggu saja Rick."

"Hei serius saja, tujuan kita di sini adalah menghabisi orang itu. Setelah semua hal yang diperbuatnya 32 tahun yang lalu."

"Ucapan Rick benar Loreu, lagian sih dirimu mengajak diriku untuk bersembunyi segala, jadi datang dengan cara yang tidak elegan kan?"

Cih, aku sangat tidak suka diremehkan. Namun ini adalah medan perang, tidak boleh terpancing emosi dan hal lainnya supaya aku tidak gegabah mengambil tindakan. Perang yang sebenarnya akan dimulai, tidak kusangka aku harus menghadapi kedua orang itu sekali lagi.

"Bukankah mereka seharusnya sudah dikalahkan olehmu Keena?"

"Seharusnya seperti itu, tetapi tidak kusangka mereka berdua masih hidup tanpa cela."

"Ini akan jadi merepotkan. Hah~ sekarang hidup atau mati pun tidak ada bedanya. Kioku sayang, Keena, ayo kita kerahkan semuanya untuk mengalahkan mereka bertujuh. Perang harus kita menangkan dengan segala cara."

"Tentu saja Koshiyu sayang, aku memang sudah mati. Namun dengan perang ini aku merasa hidup lagi."

Ahahaha, aneh rasanya bagaimana aku bisa tersenyum walau dalam kondisi yang terpojokkan. Lebih aneh lagi bagiku untuk bertarung dengan dua orang yang umurnya lebih tua jauh dariku. Namun inilah hidup, tidak terduga. Mungkin aku bisa berharap sekali saja, bahwa hal terduga seperti kemenangan berhasil kita gapai, iya harus.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C38
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen