App herunterladen
9.09% Terjebak Cinta Karena Harta / Chapter 13: Rumah Baru

Kapitel 13: Rumah Baru

Empat bulan berlalu, aku masih merasakan bimbang karena hati ini masih saja memikirkan Martha. Mungkin saat ini perutnya sudah terlihat buncit karena usia kehamilannya sudah memasuki usia empat minggu ke-16. Apa suaminya kini berubah? Apa Martha hanya lupa akan permintaannya padaku empat bulan lalu? "Ayolah, Adrian! Ini sudah dua kali Martha menggantung cintamu!" Bagaimana aku tidak menggerutu, Martha membawaku terbang, lalu jatuh, terbang lagi, dan jatuh lagi. "Tuhan, dosa apa yang sudah ke perbuat hingga Kau menghukumku seperti ini?"

Empat bulan yang lalu

Martha dan Felix masuk ke dalam rumah secara bersamaan. Felix melihat gerak tubuh Martha yang terlihat kaku. Wajah pucat, serta kedua matanya yang memberi tatapan sendu. Martha tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Walaupun sebenarnya, perasaan Martha masih sangat gimbal akan kepedihan yang telah Felix ukir di dalam lubuk hatinya.

Tertegun dan terpukau akan keindahan lekuk tubuh Martha yang seksi. Felix teringat akan foto Martha yang masih ia pajang di dalam kamar rumah kosong tadi. Felix tidak bisa pungkiri, bahwa benih-benih cinta saat pertama melihat Martha masih tersimpan rapi dalam berkas kenangannya.

Setelah menyiapkan semua kebutuhan sang suami, kini giliran Martha memenuhi kebutuhannya sendiri. Mulai dari mandi, mengganti pakaian tidur, dan minum vitamin untuk kehamilannya. Martha melakukan semua aktivitas itu tanpa berbicara pada Felix. Sedang Felix, sejak tadi hanya melihat Martha yang sibuk mengurus diri.

"Aneh! Kenapa Felix tiba-tiba jadi pendiam? Sejak masuk kamar tadi, Felix hanya duduk memandoriku."

Hingga akhirnya, Martha duduk di atas kasur. Tepatnya di samping Arian. "Martha?" Tegur Felix. Martha melirik ke arah Felix. "Ada apa?" Kemudian Martha pun membalas tatapan tajam Felix dengan penuh rasa kesal.

Felix mengusap wajah Martha. "Maafkan aku." Martha terperangah kala mendengar ucapan Felix. "Ma-maaf?" Martha membalas ucapan Felix dengan satu pertanyaan. Bibirnya bergetar, suhu tubuh Martha mulai dingin.

"Ada apa dengan Felix?"

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Felix.

Martha menilik setiap sudut wajah Felix yang tampak serius. Martha pun menjawab dan mengikuti alur keadaan yang semakin tenang. Martha dan Felix melakukan perbincangan pertama mereka dari hati ke hati sejak menikah dua bulan lalu.

"Apa, setelah ini kamu akan menceraikan aku?" tanya Felix cemas. "Iya!" Martha menjawab dengan tegas. "Tapi setelah anak ini lahir! Selama kehamilan nanti, aku akan berusaha mencari alasan perceraian kita yang nanti akan ku jelaskan pada ayah dan ibuku."

Felix menangis. Ia mencium tangan Martha dan berkata, "Tolong, maafkan aku!" Martha pun heran dengan ucapan Felix. "Apa maumu, Felix?"

'Aku harus yakinkan Martha agar dia tidak menceraikan aku sebelum dendammu terbalaskan!'

Felix memohon dan bertekuk lutut di hadapan Martha. "Bangun, Felix! Karena apapun yang kamu lakukan, tidak akan mengubah keputusanku untuk bercerai dengan kamu!" Martha menghempaskan tangannya dari genggaman Felix.

Martha lebih memilih tidur dan membiarkan Felix yang masih menangis. "Sial! Martha masih tetap keras kepala!" Kemudian Felix membiarkan Martha tidur. Ia juga menyusul sang istri untuk memejamkan mata dan tertidur lelap di samping Martha.

Pagi, pukul 7.

Felix sengaja bangun lebih awal dari biasanya. Ia menyiapkan sarapan untuk Martha yang masih tertidur lelap. "Aku harus membuat Martha yakin dengan permintaan maafku!"

"Hei ... Martha, bangun!" Felix menepuk lembut pundak sang istri. Kemudian Martha pun bangun seraya mengucek matanya yang masih mengantuk. Martha melihat jam yang berada di atas meja di sampingnya. Waktu menunjukkan pukul 7:30. 'Tumben, Felix sudah bangun.'

Felix mengajak Martha untuk sarapan. Ia menyiapkan sepiring nasi goreng spesial dengan telur gulung yang menumpuk di atasnya, pas dengan kesukaan Martha. Di meja makan yang hanya ada dua insan berstatus suami istri ini memainkan peran sebagai pasangan baru yang memadu kasih walau terlambat.

Hari demi hari, Felix melakukan kebaikan pada Martha. Ia sejenak melupakan benih-benih cintanya yang mulai tumbuh terhadap Sarah. Martha juga terpaksa membuang Adrian kembali karena sikap Felix berangsur membaik hingga empat bulan ini.

Saat malam ke-4 bulan perubahan Felix.

"Felix ... Felix ... Buka pintu!"

Teriakan dua orang laki-laki yang berada di luar itu seketika membangunkan tidur malam Martha dan Felix. Martha beranjak pelan dari kasur. Ia berjalan membuka pintu depan. Lalu, Felix menarik tangan Martha dan menitahnya untuk menunggu di kamar saja.

Kemudian Felix ke luar menemui orang yang berteriak memanggil namanya. Ternyata mereka adalah penagih hutang. Sampai saat ini, Felix belum bisa melunasi hutangnya pada Bos yang bernama Yongki itu. Kemudian ia meminta waktu satu bulan lagi untuk membayar semua hutangnya.

Setelah orang-orang suruhan Bos Yongki pergi, Felix bercerita tentang siapa yang datang. Felix tampak kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan. Sementara gajinya setiap bulan pun tidak cukup untuk membayar hutang. Mengingat, Felix yang hanya bekerja sebagai Pelayan di sebuah Restoran di daerah Jakarta.

"Aku bisa saja sih, menjual rumah ini. Tapi, akan sangat sulit bagiku mencari alasan jika orang tuamu tahu bahwa aku menjual rumah ini untuk melunasi hutangku."

Dan, sebenarnya Felix bisa saja menjual rumahnya yang kosong itu. Tapi tetap, jikalau terjual, masih akan kekurangan karena rumah itu tidak terlalu besar untuk melunasi hutangnya pada lelaki bernama Yongki tersebut.

Martha mengutarakan ketidakmasalahan jika dirinya harus tinggal di rumah yang sederhana. Ia juga memaklumi keadaan Felix. Sepertinya Martha sudah memaafkan Felix. Ia sudah luluh jatuh kembali dalam pelukan sang suami. Mereka sepakat untuk menjual rumah yang saat ini mereka tinggali dan pindah ke rumah sederhana milik Felix yang sudah lama kosong.

Martha sama sekali tidak memikirkan aku yang menunggu kabar darinya. Sarah juga menunggu kabar dari Felix. Sedang mereka fokus maju ke depan dan melupakan cerita denganku juga adikku, Sarah.

Tiga minggu kemudian, Felix berhasil menjual rumahnya dan membawa Martha pindah ke rumahnya yang berada di Jl. Gajah Mada nomor 25. Arian juga telah berhasil membuat Martha memaafkannya dengan syarat membuang jauh-jauh rasa tidak sukanya terhadap sikap orang tua Martha.

Sekarang, saatnya menyusun rencana kembali. Bagaimanapun juga, Felix masih tetap menyimpan rasa dendamnya terhadap ibu kandung dari Marha tersebut.

Felix akan membuat Martha menderita perlahan. Karena baginya, bukan hidup Martha yang hancur. Tapi hidupnya lah yang hancur berkeping-keping dengan berpisah dari orang tua Felix yang berada di Bangkok.

Satu minggu setelah Martha dan Felix menempati rumah dengan suasana baru, Sarah mencari tahu tentang Felix. Ia nekat mengirimi pesan pada Felix bahwa ia meminta Felix menemuinya di rumah kosong. Saat Felix membaca isi pesan teks dari Sarah, ia pergi menemui Sarah sebelum Sarah datang ke rumah yang saat ini ada Martha.

 


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C13
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen